Arsip | 08.38

Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab (4)

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

37. dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia* supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya**. dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
(al-Ahzab: 37)

* Maksudnya: setelah habis idahnya.
** Yang dimaksud dengan orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya ialah Zaid bin Haritsah. Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dengan memberi taufik masuk Islam. Nabi Muhammadpun telah memberi nikmat kepadanya dengan memerdekakan kaumnya dan mengangkatnya menjadi anak. ayat ini memberikan pengertian bahwa orang boleh mengawini bekas isteri anak angkatnya.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Anas bahwa ayat…. Wa tukhfiii fiii nafsika mallaahu mubdih…(… sedang kamu menyembunyika di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya…) (al-Ahzab: 37) turun berkenaan dengan peristiwa Zainab binti Jahsy dan Zaid bin Haritsah.

Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Anas bahwa Zaid bin Haritsah mengadu kepada Nabi saw. tentang kelakuan Zainab binti Jahsy. Bersabdalah Rasulullah saw: “Tahanlah istrimu.” Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 37) yang mengingatkan Rasulullah akan sesuatu yang tetap dirahasiakan oleh dirinya, yang telah diberiktahukan oleh Allah.

Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, dan an-Nasa-I bahwa ketika telah habis idah Zainab (setelah diceraikan oleh Zainab), bersabdalah Rasulullah saw. kepada Zaid: “Pergilah engkau kepada Zainab dan terangkanlah kepadanya bahwa aku akan menikahinya.” Berangkatlah Zaid dan memberitahukan maksud Rasulullah. Zainab pun menjawab: “Aku tidak akan berbuat apa-apa sebelum meminta pertimbangan dari Rabbku.” Kemudian ia pergi ke tempat sujudnya.
Setelah turun ayat ini (al-Ahzab: 37), datanglah Rasulullah saw. menikahinya tanpa menunggu persetujuannya. Pada waktu itu para shahabat dijamu makan roti dan daging (walimah). Merekapun berangsur pulang, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih bercakap-cakap di sana.
Rasulullah keluar masuk rumah istri-istrinya, dan Zaid pun mengikutinya. Beberapa lama kemudian diberitahukan kepada beliau bahwa semua orang sudah meninggalkan rumah Zainab. Maka pergilah Rasulullah saw. mendapatkan Zainab diikuti Zaid, akan tetapi oleh Rasulullah saw. dihalangi dengan hijab.
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, turun pula ayat ini (al-Ahzab: 35), sebagai larangan kepada kaum Muslimin untuk memasuki rumah Rasulullah kecuali dengan seizing beliau.

40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu***, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
(al-Ahzab: 40)

***Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah ayah dari salah seorang sahabat, karena itu janda Zaid dapat dikawini oleh Rasulullah s.a.w.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yang bersumber dari ‘Aisyah bahwa ketika Rasulullah saw. menikah dengan Zainab, banyak orang ribut memperbincangkannya: “Muhammad kawin dengan bekas istri anaknya.” Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 40) yang menegaskan bahwa Zaid itu bukan putra Rasulullah saw.

43.”Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”
(al-Ahzab: 43)

Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid yang bersumber dari Mujahid bahwa ketika turun ayat innallaaha wa malaa-ikatahuu yushalluuna ‘alan nabiy,…(.. sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi…) (al-Ahzab: 56) berkatalah Abu Bakr: “Ya Rasulullah, segala kebaikan yang diturunkan Allah kepada Tuan, kami pun turut serta merasakannya.” Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 43) yang menegaskan bahwa Allah memberikan rahmat kepada seluruh kaum Mukminin.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab (3)

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

28. Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah* dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.
29. dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.
(al-Ahzab: 28-29)

* Mut’ah Yaitu: suatu pemberian yang diberikan kepada perempuan yang telah diceraikan menurut kesanggupan suami.

Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, dan an-Nasa-I, dari Abuz Zubair, yang bersumber dari Jabir bahwa Abu Bakr meminta izin untuk berbicara kepada Rasulullah saw. akan tetapi beliau tidak mengizinkannya. Demikian juga ‘Umar, tidak diizinkan oleh beliau. Namun tidak lama kemudian, keduanya diizinkan masuk di saat Rasulullah saw. duduk terdiam dikelilingi istri-istrinya (yang menuntut nafkah dan perhiasan).’Umar bermaksud menggoda Rasulullah agar tertawa dengan berkata: “Ya Rasulullah, sekiranya putrid Zaid (istri ‘Umar) minta belanja, akan kupenggal lehernya.” Maka tertawa lebarlah Rasulullah saw. dan bersabda: “Mereka yang ada di sekelilingku ini meminta nafkah kepadaku.” Maka berdirilah Abu Bakr menghampiri ‘Aisyah untuk memukulnya, demikian pula ‘Umar menghampiri Hafshah sambil (keduanya) berkata: “Kalian meminta sesuatu yang tidak ada pada Rasulullah?” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Ahzab: 28) sebagai petunjuk kepada Rasulullah saw. agar istri-istrinya menentukan sikap (memilih Rasul atau harta benda). Beliau memulai bertanya kepada ‘Aisyah tentang pilihannya dan menyuruhnya bermusyawarah lebih dahulu dengan ibu-bapaknya. ‘Aisyah menjawab: “Apa yang mesti kupilih?” Rasulullah saw. membacakan ayat ini (al-Ahzab: 28-29). Dan ‘Aisyah menjawab: “Apakah soal yang berhubungan dengan tuan mesti kumusyawarahkan dulu dengan ibu bapakku? Padahal aku sudah menetapkan pilihan, yaitu aku memilih Allah dan Rasul-Nya.”

35. Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin*, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(al-Ahzab: 35)

* Yang dimaksud dengan Muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi –menurutnya hadits ini hasan- dari Ikrimah yang bersumber dari Ummu ‘Imarah al-Anshari, bahwa Ummu ‘Imarah al-Anshari (seorang Muslimat) menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Selalu kulihat segala sesuatu yang ada ini hanya untuk laki-laki saja, sedang wanita tidak pernah disebut-sebut.” Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 35) sebagai penegasan bahwa segala sesuatu yang dijanjikan oleh Allah itu untuk laki-laki dan wanita yang Mukmin dan Muslim.

Diriwayatkan ole hath-Thabarani dengan sanad yang dianggap memadai, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Riwayat yang semakna telah diterangkan dalam hadits yang bersumber dari Ummu Salamah pada surah Ali-Imran ayat 195, bahwa para wanita berkata: “Ya Rasulullah. Mengapa yang disebut-sebut itu hanya Mukminin saja, sedangkan Mukminat tidak disebut-sebut?” Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 35) yang menegaskan bahwa sebenarnya ampunan dan pahala yang besar itu disediakan bagi laki-laki ataupun wanita.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d yang bersumber dari Qatadah bahwa ketika istri-istri Rasulullah saw. disebut dalam al-Qur’an, berkatalah wanita-wanita: “Jika disediakan kebaikan bagi kita (kaum wanita), tentu akan disebut di dalam al-Qur’an.” Ayat ini (al-Ahzab: 35) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.

36. dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.
(al-Ahzab: 36)

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari Qatadah bahwa Nabi saw. melamar Zainab untuk Zaid (anak angkat beliau), tetapi Zainab mengira bahwa Rasulullah melamar untuk dirinya sendiri. Ketika Zainab tau bahwa Rasulullah melamar untuk Zaid, ia menolaknya. Ayat ini (al-Ahzab: 36) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang melarang kaum Mukminin menolak ketetapan Rasulnya. Setelah turun ayat tersebut Zainab pun menerima lamaran itu.

Diriwayatkan oleh oleh Ibnu Jarir dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Nabi saw. melamar Zainab binti Jahsy untuk Zaid bin Haritsah, akan tetapi Zainab menolaknya dan berkata dengan sombong: “Keturunanku lebih mulia daripadanya.” Ayat ini (al-Ahzab: 36) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai perintah untuk menerima ketetapan Allah dan Rasul-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Zaid bahwa ayat ini (al-Ahzab: 36) turun berkenaan dengan Ummu Kaltsum binti ‘Uqbah bin Abi Mu’aith, seorang wanita pertama yang hijrah ke Madinah, yang menyerahkan dirinya ke Rasulullah saw. untuk dinikah. Nabi saw akan menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah, akan tetapi Ummu Kaltsum dan saudara-saudaranya tidak menyukainya. Mereka berkata: “Kami menyerahkan diri kepada Rasulullah saw. tapi mengapa justru dinikahkan kepada hambanya.”

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab (2)

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

9. Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya*. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.
(al-Ahzab: 5)

*Ayat ini menerangkan kisah AHZAB Yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu Lihat adalah Para Malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-il, yang bersumber dari Hudzaifah bahwapada waktu peperangan Ahzab, pada malam yang sangat gelap gulita, para shahabat Rasulullah bersiap-siap menantikan kedatangan pasukan musuh. Terlihat pasukan yang dipinpin Abu Sufyan berada di atas pasukan kaum Muslimin (di atas bukit), sedang orang-orang Yahudi Bani Quraidzah (sekutu Abu Sufyan) berada di bagian bawah (di lembah-lembah). Dikhawatirkan mereka akan mengganggu keluarga dan anak-anak kaum Muslimin. Pada malam itu terasa angin berhembus sangat kencang. Kaum munafikin meminta izin kepada Nabi untuk meninggalkan tempat itu dengan alas an rumah mereka kosong, padahal sebenarnya mereka akan melarikan diri. Setiap orang yang meminta izin kepada Nabi saw. pasti beliau izinkan. Namun, mereka terus lari dan bersembunyi.
Ketika Nabi saw. memeriksa pasukan kaum Muslimin seorang demi seorang, sampailah beliau kepada Hudzaifah seraya bersabda: “Cobalah selidiki keadaan musuh.” Hudzaifah pun berangkat. Dia melihat angin menghantam perkemahan musuh, sehingga tiada sejengkal pun perkemahan yang luput dari serangan angin itu. Dia juga mendengar kemah-kemah dan barang-barang terlempar batu yang dibawa angin, dan mereka berteriak mengajak kawan-kawannya mundur. Kemudian Hudzaifah menghadap Rasulullah saw dan melaporkan hal ihwal musuh. Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 9) sebagai perintah untuk selalu ingat akan nikmat yang diberikan Allah swt.

12. dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya”.
(al-Ahzab: 12)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-I, dari Katsir bin ‘Abdillah bin ‘Amr al-Muzani, dari bapaknya, yang bersumber dari datuknya bahwa ketika Rasulullah saw. membuat parit (khandaq) di waktu Perang Ahzab, beliau menemukan sebuah batu besar yang bundar dan berwarna putih (sebagai salah satu isyarat dari Allah swt.). Rasululah saw. mengambil cangkul dan memukul batu tersebut hingga retak dan berkilat menerangi seluruh kota Madinah. Beliau bertakbir, diikuti oleh kaum Muslimin. Kemudian beliau memukulkan cangkul tersebut untuk kedua kalinya, sehingga retak dan berkilatlah batu tersebut menerangi tempat di sekitarnya. Nabi bertakbir diikuti oleh kaum Muslimin. Demikian diulanginya sekali lagi, sehingga batu itu pecah dan mengeluarkan cahaya yang menerangi tempat di sekelilingnya. Beliaupun bertakbir dan diikuti oleh kaum Muslimin. Ketika salah seorang sahabat bertanya tentang hal tersebut, Rasulullah menjawab: “Ketika aku memukul yang pertama kali, tampaklah olehku mahligai-mahligai Hirah dan kota-kota Kisra (kerajaan Persia). Dan ketika aku memukul yang kedua kalinya, tampaklah mahligai-mahligai merah dari tanah Romawi. Jibril memberitahukan bahwa umatku akan membebaskan Negara itu. Dan ketika aku memukul untuk ketiga kalinya, terlihat pula mahligai kota Shan’a. Jibril memberitahukan bahwa umatku akan membebaskan Negara itu.” Berkatalah kaum munafikin: “Tidakkah kalian heran, ia menceritakan dan memberikan harapan kosong serta menjanjikan kepada kalian sesuatu yang tidak benar. Ia bercerita bahwa dari Madinah ia melihat mahligai kota Hirah di kota-kota Kisra yang akan dibebaskan untuk kalian. Padahal kalian kini sedang menggali parit karena ketakutan dan tidak sanggup bertempur.” Ayat ini (al-Ahzab: 12) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Diriwayatkan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (al-Ahzab: 12) turun berkenaan dengan ucapan Mu’tib bin Qusyair al-Anshari dalam hadits tersebut di atas. Ucapannya ialah: Rasulullah hanyalah memberikan janji kosong.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi, yang bersumber dari ‘Urwah bin Zubair, Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, dan lain-lain, bahwa Mu’tib bin Qusyair berkata: “Terlintas pada diri Muhammad bahwa ia dapat memakan kekayaan-kekayaan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi). Padahal tidak seorangpun dari kami yang berani keluar buang air (takut menghadapi dua kerajaan tersebut). Kemudian berkatalah Aus bin Qaizhi di hadapan orang banyak: “Izinkanlah kami pulang ke rumah istri dan keluarga kami, karena rumah kami jauh dari Madinah dan tidak ada yang menjaganya.” Allah menurunkan ayat ini untuk mengingatkan nikmat yang pernah diberikan Allah kepada mereka ketika Allah mencabut bencana yang menimpa mereka. Allah telah memberikan kecukupan kepada mereka, walaupun mereka berburuk sangka terhadap Allah dan mengucapkan ucapan kaum munafikin yang tidak pantas.

23. di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu* dan mereka tidak merobah (janjinya),

* Maksudnya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.

Diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, dll yang bersumber dari Anas bahwa Anas bin an-Nadlr (paman Anas bin Malik) tidak turut serta dalam Perang Badr bersama Rasulullah. Ia merasa sangat berdosa karenanya, dan berkata: “Dalam peperangan bersama Rasulullah saw. yang pertama, aku tidak dapat ikut. Sekitanya Allah menakdirkan aku dapat menyaksikan peperangan bersama Rasulullah saw., Allah akan menyaksikan apa yang akan aku perbuat.” Ia pun turut berjihad dalam perang Uhud dan gugur sebagai syahid. Di badannya terdapat lebih dari delapan puluh luka bekas pukulan, tusukan tombak, dan bekas panah. Ayat ini (al-Ahzab: 23) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai pujian terhadap orang yang menunaikan janjinya.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab (1)

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

1. Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
(al-Ahzab: 1)

Diriwayatkan oleh Juwaibir dari adl-Dlahhak yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa orang-orang Mekah, di antaranya al-Walid bin al-Mughirah dan Syaibah bin Rabi’ah, mengajak Nabi saw. untuk meninggalkan dakwahnya dengan perjanjian akan diberikan setengah harta benda mereka. Sementara itu, kaum munafikin dan Yahudi Madinah menakut-nakuti Rasulullah dengan ancaman akan membunuhnya jika tidak meninggalkan dakwahnya. Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 1) yang memperingatkan Nabi agar tidak mengikuti orang-orang kafir dan munafik.

4. Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar* itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
(al-Ahzab: 4)

* Zhihar ialah Perkataan seorang suami kepada istrinya: punggungmu Haram bagiku seperti punggung ibuku atau Perkataan lain yang sama maksudnya. adalah menjadi adat kebiasaan bagi orang Arab Jahiliyah bahwa bila Dia berkata demikian kepada Istrinya Maka Istrinya itu haramnya baginya untuk selama-lamanya. tetapi setelah Islam datang, Maka yang Haram untuk selama-lamanya itu dihapuskan dan istri-istri itu kembali halal baginya dengan membayar kaffarat (denda).

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi –menurutnya, hadits tersebut hasan- yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa pada suatu hari saat Nabi saw. shalat, terlinta di dalam hati beliau ucapan-ucapan kaum munafikin yang shalat bersama beliau, bahwa mereka mempunyai dua hat: satu hati bersama orang kafir dan satu lagi bersamanya (iman). Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Ahzab: 4) yang menegaskan bahwa Allah tidak menciptakan dua hati bagi manusia.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Khashif yang bersumber dari Sa’id bin Jubair, Mujahid, dan ‘Ikrimah. Bahwa seorang laki-laki didesas-desuskan mempunyai dua hati. Maka turunlah ayat ini (al-Ahzab: 4) sebagai bantahan atas desas-desus itu. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Qatadah yang bersumber dari al-Hasan; dengan tambahan bahwa orang-orang itu berkata: “Aku ini mempunyai hati yang dapat menyuruhku dan hati yang dapat melarangku.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Najih, yang bersumber dari Mujahid bahwa ayat ini (al-Ahzab: 4) turun berkenaan dengan seorang laki-laki bani Fahm yang berkata: “Sesungguhnya di dalam rongga dadaku terdapat dua hati yang keduanya lebih cemerlang daripada hati Muhammad.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi bahwa ayat ini (al-Ahzab: 4) turun berkenaan dengan seorang Quraisy dari bani Jamh yang bernama Jamil bin Ma’mar (yang mengaku berhati dua, yang lebih cemerlang daripada hati Nabi Muhammad saw.).

5. Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu**, dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(al-Ahzab: 5)

** Maula-maula ialah seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu ‘Umar bahwa para shahabat biasa memanggil Zaid bin Haritsah (anak angkat Nabi saw.) dengan sebutan Zaid bin Muhammad.” Ayat ini (al-Ahzab: 5) turun sebagai petunjuk agar memanggil anak angkat itu dengan memakai nama bapak kandungnya.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Saba’

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

15. Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
16. tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar* dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr**.
17. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.
(Saba’: 15-17)

* Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib.
** Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah sejenis pohon bidara.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Ali bin Rabah bahwa Farwah bin Masik al Ghathafani menghadap Rasuulullah saw. dan berkata: “Ya Nabiyallah. Di zaman jahiliyah kaum Saba’ merupakan kaum yang gagah dan kuat. Aku takut sekiranya mereka menolak masuk Islam. Apakah aku boleh memerangi mereka?” Bersabdalah Rasulullah saw: “Aku tidak diperintahkan apa-apa berkenaan dengan mereka.” Maka turunlah ayat ini (QS. Saba’: 15-17) yang melukiskan keadaan kaum Saba’ yang sesungguhnya.

34. dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.
(Saba’: 34)

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim, dari Sufyan, dari ‘Ashim, yang bersumber dari Ibnu Razin bahwa salah seorang dari dua orang yang berserikat di dalam dagangnya pergi ke Syam, sedang seorang lagi menetap di Mekah. Ketika mendengar berita diutusnya seorang Nabi, ia menulis surat kepada temannya (yang ada di Mekah) menanyakan berita itu. Ia menerima jawaban bahwa tidak seorangpun dari golongan Quraisy yang mengikutinya kecuali orang-orang yang hina dan miskin. Setelah menerima jawaban itu, ia meninggalkan dagangannya dan meminta kepada temannya untuk mengantarkannya kepada Nabi, karena ia pernah membaca beberapa kitab tentang kenabian. Menghadaplah ia kepada Nabi saw. sambil berkata: “Kepada apakah engkau mengajak kami?” Rasulullah saw. menjelaskannya. Berkatalah orang itu: “Asyhadu annaka rasuulullaah (aku bersaksi bahwa engkau adalah rasulullah).” Rasulullah bertanya: “Dengan pengetahuan apa engkau berbuat demikian ?” Ia menjawab: “Tidak diutus seorang nabi kecuali pengikutnya adalah orang-orang yang hina dan lemah dan orang-orang yang miskin.” Dengan turunnya ayat ini (Saba’:34), Rasulullah saw. mengutus seseorang untuk menyampaikan berita kepada orang itu, bahwa ucapannya dibenarkan oleh wahyu Allah.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Fathir

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

8. Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa karena Kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
(Fathir: 8)

Diriwayatkan oleh Juwaibir dari adl-Dlahhak yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (Fathir: 8) turun berkenaan dengan Nabi saw. yang berdoa, Allaahumma a’iz diinika bi’umarabnil khaththaabi au bi jahlibni hisyaam (Ya Allah, semoga Engkau meneguhkan agama-Mu dengan berimannya ‘Umar bin al Khaththab atau Abu Jahl bin Hisyam). Allah member hidayah kepada ‘Umar dan menyesatkan Abu Jahl. Ayat ini (Fathir: 8) turun berkenaan dengan kedua orang ini.

29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
(Fathir: 29)

Diriwayatkan oleh ‘Abdulghani bin Sa’id ats-Tsaqafi di dalam tafsir-nya, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (Fathir: 29) turun berkenaan dengan Hushain bin al-Harits bin ‘Abdil Muththalib bin ‘Abdi Manaf al-Quraisy. Ayat ini menegaskan cirri-ciri orang yang diijabat amalnya oleh Allah swt.

35. yang menempatkan Kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya Kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.
(Fathir: 35)

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab al-Ba’ts dan Ibnu Abi Hatim, dari Nafi’ bin al-Harits, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Abi Aufa, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.: “Yaa Rasulullah, sesungguhnya tidur merupakan kenikmatan dari Allah di dunia ini. Apakah nanti di surga kita bisa tidur?” Rasulullah menjawab: “Tidak ada. Karena tidur itu kawannya maut, sedang surga tidak ada maut.” Ia bertanya lagi: “Bagaimana istirahat mereka(ahli surga) itu ?” Pertanyaan ini menyinggung perasaan Rasulullah. Beliau bersabda: “Tidak ada capek di surga, semuanya serba senang dan enak.” Ayat ini (Fathir: 35) turun sebagai penegasan atas ucapan Rasulullah tadi.

42. dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, Maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran),
(Fathir: 42)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abi Hilal bahwa kaum Quraisy pernah berkata: “Sekiranya Allah mengutus Nabi dari golongan kami, niscaya tidak ada satupun umat yang lebih taat kepada khaliknya, lebih setia kepada Nabinya, dan lebih berpegang teguh kepada kitabnya, kecuali kami.” Berkenaan dengan peristiwa tersebut, turunlah surah ash-Shaaffat ayat 167-170, surah al-An’am ayat 157, dan surah Fathir ayat 42, yang menggambarkan bahwa ucapan mereka itu tidak sesuai dengan kenyataannya.
Demikian juga kaum Yahudi pernah berkata: “Kami mendapatkan nabi yang akan diutus,” dengan harapan bahwa dengan datangnnya nabi itu mereka akan mendapat keunggulan atas kaum Nasrani.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Yasiin

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

1. Yaa siin*
2. Demi Al Quran yang penuh hikmah,
3. Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,
4. (yang berada) diatas jalan yang lurus,
5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang,
6. Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, Karena itu mereka lalai.
7. Sesungguhnya Telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.
8. Sesungguhnya kami Telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka Karena itu mereka tertengadah.
9. Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.
10. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
(Yaasiin: 1-10)

* ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab ad Dalaa-il, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika Rasulullah saw. membaca surah as-Sajdah dengan nyaring, orang-orang Quraisy merasa terganggu. Mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasulullah saw. tetapi tiba-tiba tangan mereka terbelenggu di pundak-pundaknya, dan mereka menjadi buta samasekali. Mereka mengharapkan pertolongan Nabi saw. dan berkata: “Kami sangat mengharapkan bantuan tuan atas nama Allah dan atas nama keluarga.” Kemudian Rasulullah saw berdoa dan merekapun sembuh. Namun tak seorangpun dari mereka yang beriman. Berkenaan dengan peristiwa itu, turunlah ayat-ayat ini (Yaasiin: 1-10).

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah bahwa Abu Jahl berkata: “Sekiranya aku bertemu dengan Muhammad, pasti aku akan berbuat (mencelakainya).” Ketika Nabi Muhammad berada di sekitar Abu Jahl, orang-orang menunjukkan bahwa Muhammad berada di sisinya. Akan tetapi Abu Jahl tetap bertanya-tanya: “Mana dia?” karena tidak dapat melihatnya. Ayat ini (Yaasiin: 8-9) turun sebagai penjelasan bahwa pandangan Abu Jahl saat itu ditutup oleh Allah sehingga tidak dapat melihat Muhammad.

12. Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang Telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh mahfuzh).
(Yaasiin: 12)

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang hasan, dan al-Hakim dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari Abu Sa’id al Khudri. Diriwayatkan pula oleh ath-Thabarani yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa bani Salamah bertempat di pinggiran kota Madinah dan ingin pindah ke dekat masjid. Maka turunlah ayat ini (Yaasiin: 12) yang menegaskan bahwa setiap ucap langkah manusia dicatat oleh Allah swt.
Setelah turun ayat tersebut, Nabi saw. menasehati bani Salamah agar tidak pindah dari tempat tinggalnya, dengan sabdanya: “Sesungguhnya bekas telapak kalian menuju masjid dicatat oleh Allah swt. Sebaikanya kalian jangan pindah dari tempat kalian.”

77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur luluh?”
79. Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.
80. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
81. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.
83. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
(Yaasiin: 77-83)

Diriwayatkan oleh al-Hakim dengan sanad yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Urwah bin Zubair, dan as-Suddi, dengan tambahan bahwa orang tersebut bernama Ubaybin Khalaf, bahwa al ‘Ash bin Wa-il menghadap Rasulullah saw. dengan membawa tulang yang rusak sambil mematah-matahkannya. Ia berkata: “Hai Muhammad, apakah Allah akan membangkitkan tulang yang sudah lapuk ini?” Nabi saw menjawab: “Benar. Allah akan membangkitkan ini, mematikan kamu, menghidupkan kamu kembali, serta memasukkan kamu ke dalam neraka jahanam.” Ayat ini (Yaasiin: 77-83) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia pada hari kiamat.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Ash-Shaffaat

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

64. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala.
(Ash-Shaaffaat: 64)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi bahwa Abu Jahl mengejek kaum Muslimin dengan ucapan: “Demi Allah, kawan setiamu ini (Muhammad) menganggap bahwa di neraka ada sebuah pohon, padahal sebagaimana kita ketahui, api dapat memusnahkan pohon. Kami tidak mengenal az-Zaqqum. Yang kami ketahui az-Zaqqum itu ialah kurma dan mentega.”
Berkenaan dengan peristiwa tersebut maka turunlah ayat ini (Ash-Shaaffaat: 64) sebagai bantahan atas ucapan Abu Jahl, dan penegasan bahwa pohon az-Zaqqum itu tumbuh dari dasar neraka.

158. Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka ),
(Ash-Shaaffaat: 158)

Diriwayatkan oleh Juwaibir dari adl-Dlahhak yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (Ash-Shaaffaat: 158) turun sebagai bantahan kepada tiga suku Quraisy, yaitu Sulaim, Khuza’ah, dan Juhainah yang mengganggap bahwa Allah dan iblis itu bersaudara.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab Syu’abul Iimaan, yang bersumber dari Mujahid bahwa pembesar-pembesar Quraisy berkata: “Malaikat itu putri-putri Allah”. Bertanyalah Abu Bakr Ash-Shidiq: “Kalau begitu siapakah ibu-ibunya ?” Mereka menjawab: “Putri-putri pembesar jin.”
Berkenaan dengan peristiwa itu, turunlah akhir ayat ini (Ash-Shaaffaat: 158) yang menegaskan bahwa jin-jin itu akan dihadapkan pada pengadilan Allah.

165. Dan Sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah).
(Ash-Shaaffaat: 165)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Yazid bin Abi Malik. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij, bahwa kaum Muslimin kerap kali shalat (bermakmum) dengan tidak teratur shafnya. Setelah turun ayat ini (Ash-Shaaffaat: 165) Rasulullah memerintahkan agar bershaf (berbaris) teratur di waktu shalat.

176. Maka apakah mereka meminta supaya siksa kami disegerakan?
177. Maka apabila siksaan itu turun dihalaman mereka, Maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu*.
(Ash-Shaaffaat: 176-177)

* yang dimaksud dengan pagi hari ialah bukan waktu pagi tetapi sembarang waktu di mana orang-orang yang menyerang itu melakukan serangannya sebelum waktu subuh; Maka orang-orang yang kalah menderita kekalahannya pada waktu pagi.

Diriwayatkan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Riwayat ini shahih menurut syarat asy-Syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim), bahwa kaum musyrikin berkata: “Hai Muhammad. Perlihatkanlah dengan segera siksaan yang engkau ancamkan kepada kami!” Ayat ini (ash-Shaaffaat: 176-177) turun sebagai peringatan terhadap ucapan mereka.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Shad

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

1. Shaad, demi Al Quran yang mempunyai keagungan.
2. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.
3. Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang Telah kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.
4. Dan mereka heran Karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”.
5. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya Ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.
6. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, Sesungguhnya Ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki*.
7. Kami tidak pernah mendengar hal Ini dalam agama yang terakhir; Ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,
8. Mengapa Al Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Quran-Ku, dan Sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.
(Shaad: 1-8)

* Maksudnya: menurut orang-orang kafir bahwa menyembah tuhan-tuhan Itulah yang Sebenarnya dikehendaki oleh Allah.
** yang dimaksud oleh orang-orang kafir Quraisy dengan agama yang terakhirHaritsah ialah agama Nasrani yang menigakan Tuhan.

Diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, dan al-Hakim, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Menurut al-Hakim, riwayat ini sahih. Bahwa ketika Abu Thalib sakit, datanglah kaum Quraisy mengadu perihal ajakan Rasulullah. Pada waktu itu Rasulullah datang juga menengoknya. Berkatalah Abu Thalib kepada Nabi saw. :”Apa yang engkau inginkan dari kaummu, hai keponakanku?” Rasulullah menjawab: “Aku ingin agar mereka mengucapkan satu kalimat yang menyebabkan mereka beragama, sedang orang-orang yang keras hatinya harus membayar jizyah.” Abu Thalib berkata: “Apakah kalimat itu?” Sabda Rasulullah saw: “Laa ilaaha illallaah (tidak ada tuhan selain Allah).” Kaum Quraisy berkata: “Sangat aneh Tuhan hanya satu.” Berkenaan dengan peristiwa ini, turunlah ayat di atas (Shaad: 1-8) sebagai ancaman siksa terhadap orang-orang yang menolak.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Az-Zumar

17 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

3. Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
(az-Zumar: 3)

Diriwayatkan oleh Jawaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (az-Zumar:3) turun berkenaan dengan tiga suku bangsawan: ‘Amir, Kinanah, dan Bani Salamah, yang menyembah berhala. Mereka menganggap bahwa malaikat itu putri-putri Allah, serta penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ayat ini (az-Zumar: 3) turun sebagai penegasan dari Allah bahwa ucapan mereka itu hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan kelak di akhirat.

9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
(az-Zumar: 9)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‘Umar bahwa yang dimaksud dengan, amman huwa qaanit… ([apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung] ataukah orang yang beribadah…) dalam ayat ini (az-Zumar: 9) ialah ucapan ‘Utsman bin ‘Affan (yang selalu bangun malam sujud kepada Allah swt.)

Menurut riwayat Ibnu Sa’d dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, orang yang dimaksud dalam ayat 9 adalah ‘Ammar bin Yasir.
Menurut riwayat Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah Ibnu Mas’ud, ‘Ammar bin Yasir, dan Salim, maulaa Abu Hudzaifah.
Menurut riwayat Juwaibir yang bersumber dari ‘Ikrimah, orang yang dimaksud dalam ayat 9 ini adalah ‘Ammar bin Yasir.

17. Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya* dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku,
18. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya**. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.
(az-Zumar: 17-18)

* Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t.
** maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karena ia adalah yang paling baik.

Diriwayatkan oleh Juwaibir dengan menyebutkan sanadnya yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah bahwa setelah turun ayat, lahaa sab’atu abwaab… (jahanam itu mempunyai tujuh pintu…) (al-Hijr: 44), datanglah seorang laki-laki Ansar menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasulullah, aku mempunyai tujuh hamba yang telah aku merdekakan seluruhnya untuk ketujuh pintu neraka.” Ayat ini (az-Zumar: 17-18) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menyatakan bahwa orang tersebut telah mengikuti petunjuk Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Zaid bin Aslam bahwa yang dimaksud dengan, wal ladziinajtanabuth thaaghuut…. (dan orang-orang yang menjauhi taghut…) dalam ayat ini (az-Zumar: 17) ialah Zaid bin ‘Amr bin Nafil, Abu Dzarr al-Ghifari, dan Salman al-Farisi yang di zaman jahiliyah mengaku bahwa “tiada tuhan kecuali Allah”.

23. Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang *, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
(az-Zumar:23)

*maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih Kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah.

Asbabun nuzul ayat ini sudah diterangkan di surat Yusuf ayat 3.

36. Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? dan siapa yang disesatkan Allah Maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya.(az-Zumar: 36)

Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq yang bersumber dari Ma’mar bahwa kaum musyrikin berkata kepada Nabi: “Hentikanlah makianmu terhadap tuhan-tuhan kami, atau kami perintahkan tuhan-tuhan kami untuk menjadikan engkau sinting.” Ayat ini (az-Zumar:36) turun sebagai penegasan kepada Nabi Muhammad saw bahwa hanya Allah yang dapat memberi petunjuk.

45. Dan apabila Hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.
(az-Zumar: 45)

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Mujahid bahwa ayat ini (az-Zumar: 45) turun berkenaan dengan kegembiraan orang-orang musyrikin saat mendengar nama tuhannya disebut-sebut oleh Rasulullah, ketika membaca surah an-Najm ayat 19 di dekat Ka’bah.

53. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa* semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(az-Zumar: 53)

* dalam hubungan Ini lihat surat An Nisa ayat 48. Asbabun nuzul ayat 53 az-Zumar ini telah diterangkan dalam asbabun nuzul surah al-Furqon ayat 68, menurut riwayat asy-syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (az-Zumar: 53) turun berkenaan dengan kaum musyrikin Mekah, yang keterlaluan dalam melakukan maksiat. Ayat ini memperingatkan mereka untuk tidak putus harapan mencari ampunan Allah.

Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ath-Thabarani, yang bersumber dari Ibnu ‘Umar bahwa Ibnu ‘Umar berkata: “Kami pernah menganggap bahwa tobat seseorang yang menyeleweng dari agama Islam, bahkan meninggalkannya dengan penuh kesadaran, tidak akan diterima. Ketika Rasulullah tiba di Madinah (saat hijrah dari Mekah) turunlah ayat ini (az-Zumar: 53)”, yang menegaskan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya walaupun telah melampaui batas.

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang lemah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah mengirim utusan kepada Wahsyi (pembunuh paman beliau, Hamzah) agar dia masuk Islam. Wahsyi menjawab: “Bagaimana mungkin engkau mengajak aku masuk agama Islam, padahal engkau menganggap bahwa orang yang membunuh, berzina, atau syirik, akan mendapat siksa, bahkan dilipatgandakan siksanya pada hari kiamat, serta abadi di dalamnya dengan terhina. Aku termasuk orang seperti itu. Apakah ada pengecualian bagiku?” Maka turunlah surah Maryam ayat 60 dan surah al-Furqon ayat 70, yang menunjukkan jalan seharusnya.
Setelah turun ayat tersebut, Wahsyi berkata: “Syarat itu terlalu berat bagiku. Mungkin aku tidak akan sanggup melaksanakannya.” Maka turunlah surah an-Nisa’ ayat 48 dan 116, yang menegaskan bahwa Allah akan mengampuni dosa seseorang kecuali syirik.
Sehubungan dengan turunnya ayat tersebut, Wahsyi berkata: “Aku masih ragu, apakah aku termasuk orang yang dikehendaki Allah untuk diampuni? Apakah ada ketentuan selain itu?” Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (az-Zumar: 53) yang melarang berputus asa dari rahmat Allah. Setelah ayat tersebut turun, Wahsyi berkata: “Inilah yang aku harapkan.” Kemudian iapun masuk Islam.

64. Katakanlah: “Maka apakah kamu menyuruh Aku menyembah selain Allah, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”
65. Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
66. Karena itu, Maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.
(az-Zumar: 64- 66)

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-i, yang bersumber dari al-Hasan al Bashri bahwa kaum musyrikin berkata: “Apakah engkau menganggap nenek moyangmu termasuk orang sesat hai Muhammad?” Ayat ini (az-Zumar 64-66) turun sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. Ayat tersebut menegaskan bahwa sebelum Nabi Muhammad, telah diturunkan pula wahyu kepada nabi-nabi sebelumnya yang harus ditaati, sedang orang-orang musyrik akan rugi selama-lamanya.

67. Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya*. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dia dari apa yang mereka persekutukan.

*ayat Ini menggambarkan kebesaran dan kekuasaan Allah dan Hanya dialah yang berkuasa pada hari kiamat.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi –menurutnya, hadits ini shahih yang bersumber dari ‘Abbas bahwa seorang Yahudi lewat di depan Nabi saw. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu (Islam), hai Abul Qasim, tentang Allah yang meletakkan langit, bumi, air, serta gunung-gunung seperti yang kita lihat sekarang ini?” Maka turunlah ayat ini (az-Zumar: 67) yang menegaskan bahwa orang-orang Yahudi tidak menghormati Allah sebagaimana mestinya, yaitu bahwa bumi dan langit ada di Tangan kekuasa Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari al Hasan bahwa pada suatu pagi kaum Yahudi memperhatikan dan menganalisis tentang kejadian langit, bumi, dan malaikat, lalu mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan keagungan Yang menciptakannya. Ayat ini (az-Zumar: 67) turun sebagai keterangan ihwal keagungan Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa kaum Yahudi memperbincangkan sifat Rabb tanpa menggunakan ilmu pengetahuan yang seharusnya. Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai keterangan bahwa bumi dan langin di bawah kekuasaan Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari ar-Rabi’ bin Anas bahwa ketika turun ayat…wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardl…(… kursi Allah meliputi langit dan bumi…)(al-Baqoroh: 255), ada orang-orang yang bertanya: “Ya, Rasulullah, kursi itu (bentuknya) begini, lalu bagaimana dengan Arasy?” Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar: 67) sebagai gambaran bahwa Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari segala persamaan.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk