Arsip | 23.57

Asbabun Nuzul Surah Al-Furqaan

20 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

10.”Maha suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana*”.
(al-Furqaan: 10)

*Maksudnya: kalau Allah menghendaki niscaya dijadikannya untuk Muhammad s.a.w. surga-surga dan istana-istana seperti yang bakal diperolehnya di akhirat. tetapi Allah tidak menghendaki yang demikian agar manusia itu tunduk dan beriman kepada Allah bukanlah karena dipengaruhi oleh benda, melainkan berdasarkan kepada bukti-bukti dan dalil-dalil yang nyata.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Khaitsamah bahwa Nabi saw. pernah ditawari oleh Allah swt. melalui Jibril dengan berkata: “Sekiranya tuan inginkan, Allah akan menyerahkan segala kunci bumi dengan segala isinya tanpa mengurangi bagian tuan di akhirat. Dan sekiranya tuan inginkan, Allah akan menggabungkan kedua-duanya untuk tuan di akhirat.” Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 10) sebagai pujian kepada Nabi Muhammad saw. yang dapat memilih dengan baik.

20. “Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.”
(al-Furqaan: 20)

Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Juwaibir, dari adl-Dlahhak, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Sa’id dan ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum musyrikin suka mencela dan mencemooh Rasulullah saw. karena miskinnya beliau, dengan ucapan: “Bagaimana mungkin seorang Rasul makan dan pergi ke pasar (untuk berdagang).” Rasulullah saw. merasa sedih, sehingga turunlah ayat ini (al-Furqaan: 20) yang menegaskan bahwa semua Rasul berbuat seperti itu.

27.”Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya*, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.
28. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan** itu teman akrab(ku).
29. Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.”
(al-Furqaan: 27-29)

* Menggigit tangan (jari) Maksudnya menyesali perbuatannya.
** Yang dimaksud dengan si Fulan, ialah syaitan atau orang yang telah menyesatkannya di dunia.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari asy-Syubi dan Miqsam, bahwa Ubay bin Khalaf bermaksud hadir dalam suatu pertemuan yang diadakan oleh Nabi saw. akan tetapi ia dilarang keras oleh kawannya yang bernama ‘Uqbah bin Abi Mu’ait. Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 27-29) yang menggambarkan bahwa kaum zalim akan menyesali diri di akhirat.

32.”Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah* supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.
(al-Furqaan: 32)

* Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, al-Hakim, dan adl-Dliya’ di dalam kitab al-Mukhtaarah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Menurut al-Hakim, hadits ini shahih. Bahwa kaum musyrikin berkata: “Sekiranya Muhammad itu seorang Nabi, sebagaimana pengakuannya, tentu Allah tidak akan menyiksanya dengan jalan menurunkan al-Qur’an seayat dua ayat. Mengapa Allah tidak menurunkan al-Qur’an sekaligus saja?” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Furqaan: 32) sebagai penjelasan mengenai hal tersebut.

68.”Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
(al-Furqaan: 68)

70. “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(al-Furqaan: 70)

Diriwayatkan oleh asy-Syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim) yang bersumber dari Ibnu Mas’ud bahwa Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah saw. tentang dosa yang paling besar. Rasulullah saw. menjawab: “Engkau membuat sekutu untuk Allah, padahal Ia yang menjadikanmu.” Ia bertanya : “Kemudian apa lagi?” Rasulullah menjawab: “Membunuh anakmu karena takut makan besertamu.” Ia bertanya: “Kemudian apa lagi?” Rasulullah menjawab: “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Furqaan: 68) yang membenarkan kata-kata Rasulullah tadi.

Diriwayatkan oleh asy-syaikhaan yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum musyrikin gemar membunuh dan berzina. Pada suatu hari bertanyalah mereka kepada Rasulullah saw.: “Sesungguhnya yang tuan katakan dan tuan serukan adalah baik. Tunjukkan kepada kami, apa yang harus kami lakukan untuk menghapus dosa kami.” Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 68) yang melarang mereka menyekutukan Allah, membunuh, dan berzina; dan surah az-Zumar ayat 53 yang melarang mereka berputus asa dari Rahmat Allah dan ampunan-Nya.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dll, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika turun ayat, wal ladziina laa yad’uuna ma’allaahi ilaahan aakhara wa laa yaqtuluunan nafsal latii harramallaahu illaa bil haq.. (dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah [membunuhny] kecuali dengan alasan yang benar..) (al-Furqaan: 68) kaum musyrikin Mekah berkata: “Kami telah membunuh orang tanpa alasan yang hak, telah menyeru kepada tuhan selain Allah, dan juga telah melakukan zina.” Maka turunlah ayat selanjutnya (al-Furqaan: 70) yang menunjukkan jalan untuk bertobat kepada Allah.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Asy-Syu’araa

20 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

205. “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,
206. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka,
207. Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.”
(Asy-Syu’araa: 205-207)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang besumber dari Abu Jahdlam bahwa pada suatu hari Nabi saw. tampak gelisah. Para sahabat menanyakan kepada beliau perihal kegelisahan itu. Beliau menjawab: “Mengapa tidak? Sementara aku mengetahui bahwa musuhku sesudah aku mati adalah umatku sendiri.” Berkenaan dengan peristiwa tersebut maka turunlah ayat ini (Asy-Syu’araa: 205-207) yang menegaskan bahwa walaupun mereka itu (musuh-musuh Islam) diberikan kenikmatan hidup bertahun-tahun, kenikmatan itu tidak berguna bagi mereka. Dengan turunnya ayat tersebut, terobatilah hati beliau.

214.”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman.”
(Asy-Syu’araa: 214-215)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ketika turun ayat, wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiin (dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) (Asy-Syu’araa: 214), Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada keluarga serumahnya, kemudian kepada keluarga terdekat. Hal ini menyinggung perasaan kaum Muslimin (merasa terabaikan), sehingga Allah menurunkan ayat selanjutnya (Asy-Syu’araa:215) sebagai perintah agar kaum Mukminin lainnya diperhatikan juga.

224.”Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah*,
226. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
227. Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”
(Asy-Syu’araa: 224-227)

*Yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik yang tertentu dan tidak punya pendirian.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari al-‘Aufi, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Ikrimah, bahwa pada zaman Rasulullah saw. pernah ada dua orang laki-laki (ahli syair) dari gololngan Anshar dan golongan lainnya yang saling mengejek dengan syair. Masing-masing mempunyai pengikut orang-orang sesat dan bodoh. Ayat ini (Asy-Syu’araa: 224-226) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Urwah. Bahwa ketika turun ayat wasy syu’araa-u yattabi’uhul ghaawuun (dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat) sampai maa laa yaf’aluun.. (…apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan [nya]) (Asy-Syu’araa: 224-226), ‘Abdullah bin Rawahah berkata: “Allah benar-benar mengetahui bahwa salah seorang dari mereka itu adalah aku.” Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (Asy-Syu’araa: 227) yang mengecualikan ahli syair yang beriman kepada Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan al-Hakim yang bersumber dari Abu Hasan al-Barrad bahwa ketika turun ayat, wasy syu’araa-u.. (dan penyair-penyair itu…) sampai akhir ayat (Asy-Syu’araa: 224-226), ‘Abdullah bin Rawahah, Ka’b bin Malik dan Hasan bin Tsabit menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Wahai Rasulullah. Demi Allah, Allah telah menurunkan ayat ini, dan mengetahui bahwa kami ini para penyair, karena itu pastilah kami celaka.” Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (Asy-Syu’araa: 227) sehingga Rasulullah memanggil mereka kembali dan membacakan ayat tersebut, yang mengecualikan mereka dari orang-orang yang celaka.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Al-Qashash

20 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

51. “Dan Sesungguhnya Telah kami turunkan berturut-turut perkataan Ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran*.”
(al-Qashash: 51)

*Allah s.w.t. menurunkan Al Quran Ini bahagian demi bahagian supaya orang kafir Mekah dapat memahaminya dengan baik dan supaya mereka beriman dengannya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan ath-Thabarani, yang bersumber dari Rifa’ah al-Qurazhi bahwa ayat ini (al-Qashas: 51) turun berkenaan dengan sepuluh orang Yahudi yang masuk Islam, lalu disiksa oleh kaum Yahudi. Salah seorang di antara mereka adalah Rifa’ah al-Qurazhi.

52. “Orang-orang yang Telah kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu.”
(al-Qashash: 52)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ali bin Rifa’ah bahwa sepuluh orang ahli kitab (Yahudi), di antaranya Rifa’ah, menghadap Nabi saw., kemudian mereka beriman. Namun mereka dianiaya oleh kaum Yahudi. Maka turunlah ayat ini (al-Qashash: 52) yang menjelaskan kedudukan mereka yang beriman kepada Taurat, kemudian beriman kepada Al-Qur’an.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah bahwa ayat ini (al-Qashas: 52) turun berkenaan dengan peristiwa berimannya beberapa orang ahli kitab (Yahudi) kepada Nabi Muhamad saw., yang sebelumnya mereka beriman kepada Taurat dengan sebenar-benarnya. Di antara mereka adalah ‘Utsman dan ‘Abdullah bin Salam.

56. “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
(al-Qashash: 56)

Diriwayatkan oleh Muslim dll yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. Bersabda kepada pamannya: “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah (tidak ada tuhan selain Allah), kelak aku akan menjadi saksi pada hari kiamat bahwa engkau telah beriman.” Abu Thalib (pamannya) menjawab: “Sekiranya aku tidak takut wanita-wanita Quraisy mencelaku dan mencelaku dengan menyatakan bahwa aku beriman karena terpaksa, tentu aku akan mengucapkannya dengan kesaksianmu.” Maka turunlah ayat ini (al-Qashash: 56) yang menegaskan bahwa hanya Allah yang bisa memberikan hidayah.

Diriwayatkan oleh an-Nasa-I dan Ibnu ‘Asakir di dalam kitab Raariih Dimasyqa, dengan sanad jayyid (baik) yang bersumber dari Abu Sa’id bin Rafi’ bahwa Abu Sa’id din Rafi’ bertanya kepada Ibnu ‘Umar tentang ayat, innaka laa tahdii man ahbabta.. (sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi…) (al-Qashash: 56), apakah turunya berkenaan dengan Abu Jahl dan Abu Thalib ? Ibnu ‘Umar membenarkannya.

57. “Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami”. dan apakah kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.”
(al-Qashash: 57)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Menurut an-Nasa-I, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, yang berkata demikian itu adalah al-Harits bin ‘Amir bin Naufal. Bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi saw.: “Sekiranya kami mengikuti petunjukmu (beriman) kami akan diculik.” Ayat ini (al-Qashash: 57) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menjelaskan bahwa Allah telah menyediakan tempat yang aman dan rizki yang banyak baginya.

61. “Maka apakah orang yang kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi*; Kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?”
(al-Qashash: 61)

*Maksudnya: orang yang diberi kenikmatan hidup duniawi, tetapi tidak dipergunakannya untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, Karena itu dia di akhirat diseret ke dalam neraka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid. Menurut sumber riwayat lain, ayat ini (al-Qashash: 61) turun sebagai penjelasan perihal perbedaan antara Hamzah (paman Nabi) dan Abu Jahl. Bahwa ayat, a fa maw wa’adnaahu wa’dan hasanaa… (maka apakah orang yang kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik [surge]…) (al-Qashash: 61) turun sebagai penjelasan perihal perbedaan antara Nabi dan Abu Jahl bin Hisyam.

85. “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali*. Katakanlah: “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”.
(al-Qashash: 85)

* yang dimaksud dengan tempat kembali di sini ialah kota Mekah. Ini adalah suatu janji dari Tuhan bahwa nabi Muhammad s.a.w. akan kembali ke Mekah sebagai orang yang menang, dan Ini sudah terjadi pada tahun kedelapan hijrah di waktu nabi menaklukkan Mekah. Ini merupakan suatu mukjizat bagi nabi.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari adl-Dlahhak bahwa ketika Nabi saw. Hijrah dari Mekah ke Madinah, sesampainya di Juhfah, beliau sangat mengharapkan dapat kembali ke kota Mekah. Ayat ini (al-Qashash: 85) turun sebagai janji kepada beliau untuk mengembalikan kelak ke Mekah.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk.

Asbabun Nuzul Surah Al-‘Ankabuut

20 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

1. “ Alif laam miim*
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”
(al-‘Ankabuut: 1-2)

*ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari asy-Syu’bi bahwa orang-orang yang berada di kota Mekah yang telah masuk Islam, mendapat surat dari sahabat-sahabat Rasulullah saw. yang berada di Madinah. (Isi surat tersebut menyatakan) bahwa keislaman mereka tidak akan diterima kecuali jika mereka berhijrah. Maka berhijrahlah mereka ke Madinah. Akan tetapi mereka dapat disusul oleh kaum musyrikin, sehingga digiring kembali ke Mekah. Setelah turun ayat ini (al-‘Ankabuut: 1-2) orang-orang yang berada di Madinah mengirim surat kembali kepada mereka, yang menegaskan bahwa Allah telah menurunkan ayat berkenaan dengan keadaan mereka. Dalam ayat itu dikemukakan bahwa hijrah dengan segala penghalangnya adalah ujian terhadap keimanan mereka. Merekapun berangkat kembali berhijrah dan bertekad untuk memerangi orang-orang yang menghambatnya. Pada waktu itu kaum musyrikin mengikuti kaum Muslimin yang berhijrah itu, dan karenanya merekapun memerangi kaum musyrikin itu. Sebagian dari kaum Muslimin ada yang terbunuh dan sebagian lagi dapat menyelamatkan diri. Maka turunlah surah an-Nahl ayat 110.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Qatadah bahwa ayat ini (al-Ankabut: 1-2) turun berkenaan dengan orang-orang Mekah yang berhijrah ke Madinah menyusul Nabi saw., tetapi dicegat dan digiring kembali oleh kaum musyrikin ke Mekah. Kaum Muslimin yang ada di Madinah mengirim surat yang isinya memberitahukan kepada mereka perihal ayat yang disebutkan di atas. Setelah menerima surat tersebut, merekapun berangkat kembali berhijrah, sehingga di antara mereka ada yang gugur dan ada yang selamat (dari sergapan kaum musyrikin). Maka turunlah ayat selanjutnya (al-Ankabuut: 69) sebagai jaminan bahwa Allah akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang berjihad demi mencari keridhaan-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d yang bersumber dari ‘Abdullah bin ‘Ubaid bin ‘Umair bahwa ayat ini (al-Ankabuut: 2) turun berkenaan dengan ‘Ammar bin Yasir yang disiksa (oleh kaum musyrikin) karena mengikuti agama Allah.

8. “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
(al-Ankabuut: 8)

Diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, dll, yang bersumber dari Sa’d bin Abi Waqqash bahwa Ummu Sa’d berkata pada anaknya: “Bukankah Allah menyuruh engkau berbuat baik kepada ibu-bapakmu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sehingga aku mati, atau engkau kufur (kepada Muhammad).” Maka turunlah ayat ini (al-Ankabuut: 8) yang memerintahkan taat kepada ibu-bapak, kecuali kalau ibu-bapak itu menyuruh melanggar aturan Allah.

10. “Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah*. dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah besertamu”. bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?”
(al-Ankabuut: 10)

*Maksudnya: orang itu takut kepada penganiayaan-penganiayaan manusia terhadapnya Karena imannya, seperti takutnya kepada azab Allah, Karena itu ditinggalkannya imannya itu.

(lihat asbabun nuzul surah an-Nisaa’ ayat 97 dan surat an-Nahl ayah 110)

51. “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya kami Telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”
(al-Ankabuut: 51)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ad-Darimi di dalam Musnad-nya, dari ‘Amr bin Dinar, yang bersumber dari Yahya bin Ja’dah. Bahwa orang-orang Muslim menghadap kepada Rasulullah saw. dengan membawa kitab berisi tulisan yang mereka dengar dari kaum Yahudi. Bersabdalah Nabi saw.: “Cukuplah kesesatan pada kaum itu, yang tidak menyukai kitab yang diturunkan kepada Nabinya dan mengajak orang lain untuk mengikuti apa yang dibawa selain Nabinya.” Ayat ini (al-Ankabuut: 51) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai teguran kepada kaum Muslimin agar tidak meniru mereka.

60. “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid, Ibnu Abi Hatim, al-Baihaqi, dan Ibnu ‘Asakir dengan sanad yang daif, yang bersumber dari ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah saw berjalan bersama Ibnu ‘Umar hingga sampai di daerah perkebunan Madinah. Rasulullah saw. memungut kurma yang jatuh dan memakannya sambil bersabda: “Mengapai hai Ibnu ‘Umar, engkau tidak mau makan kurma ini?” Ibnu ‘Umar menjawab: “Saya tidak menginginkannya.” Rasulullah saw bersabda: “Aku sangat menginginkannya karena sudah empat hari aku tidak merasakan makanan dan tidak mendapatkannya. Padahal sekiranya aku berdoa kepada Rabb-ku, pasti Ia akan memberikan kepadaku sebanyak yang dimiliki kerajaan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi). Bagaimana pendapatmu hai Ibnu ‘Umar, tentang kaum yang menyimpan makanan untuk satu tahun tapi menyebabkan lemah keyakinannya?” Ibnu ‘Umar berkata: “Demi Allah, aku tidak menginginkannya.” Maka turunlah ayat ini (al-Ankabuut: 60) yang menegaskan bahwa Allah –lah yang memberi rizki kepada makhluk-Nya. Bersabdalah Rasulullah saw.: “Allah tidak memerintahkan kepadamu untuk menimbun harta dan tidak pula untuk menuruti syahwat. Aku tidak akan menimbun harta dinar dan dirham, serta tidak menyimpan rizki untuk esok hari.”

67. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya kami Telah menjadikan (negeri mereka) tanah Suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka Mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?”
(al-Ankabuut: 67)

Diriwayatkan oleh Juwaibir dari adl-Dlahhak yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum Quraisy berkata: “Hai Muhammad, tidak ada yang menghalangi kami untuk memeluk agamamu kecuali takut diculik dan dibunuh, karena orang-orang Badui lebih banyak daripada kami. Sekiranya sampai berita kepada mereka bahwa kami memeluk agamamu, mereka akan menculik kami, dan kami akan dimakan mentah-mentah.” Ayat ini (al-Ankabuut: 67) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.

69. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(al-Ankabuut: 69)

(lihat asbabun nuzul surah al-Ankabuut ayat 1-2)

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Ar-Ruum

20 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

1. Alif laam Miim*
2. Telah dikalahkan bangsa Rumawi**,
3. Di negeri yang terdekat*** dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang****
4. Dalam beberapa tahun lagi*****. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
5. Karena pertolongan Allah. dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
(ar-Ruum: 1-5)

*ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
** Maksudnya: Rumawi timur yang berpusat di Konstantinopel.
*** Maksudnya: terdekat ke negeri Arab yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi Timur.
**** bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai Kitab Suci sedang bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). kedua bangsa itu saling perang memerangi. ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira Karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. Kemudian turunlah ayat Ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-benar terjadi. beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran nabi Muhammad s.a.w. sebagai nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.
*****ialah antara tiga sampai sembilan tahun. waktu antara kekalahan bangsa Rumawi (tahun 614-615) dengan kemenangannya (tahun 622 M.) bangsa Rumawi adalah kira-kira tujuh tahun.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi yang bersumber dari Abu Sa’id. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, bahwa bersamaan dengan terjadinya perang Badr, bangsa Romawi (Nasrani) berhasil mengalahkan Persia (Majusi). Kaum Muslimin merasa kagum dan gembira akan kemenangan tersebut. Maka turunlah ayat ini (ar-Ruum: 1-5) berkenaan dengan peristiwa tersebut –dengan catatan, kata ghulibat (artinya: dikalahkan) dibaca ghalabat (mengalahkan/menang).

Menurut at-Tarmidzi, hadits ini gharib. Hadits ini menunjukkan bahwa ayat tersebut (ar-Ruum: 1-5) adalah Madaniyah. Bandingkan dengan hadits selanjutnya, yang menunjukkan bahwa ayat tersebut adalah Makiyyah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Syihab. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah, Yahya bin Ya’mar, dan Qatadah, bahwa ketika kaum Muslimin belum hijrah ke Madinah, kaum musyrikin berkata dengan berapi-api: “Kami tahu bahwa orang-orang Romawi (ahli kitab yang percaya kepada Nabi Isa a.s) telah dikalahkan oleh kaum Majusi (penyembah api). Dan kalian menganggap akan mengalahkan kami dengan alasan kalian beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi kalian. Bagaimana pandangan kalian sekarang, setelah kaum Majusi mengalahkan Romawi, padahal mereka itu (Romawi) itu ahli kitab. Karenanya kamipun pasti dapat mengalahkan kalian sebagaimana Persia mengalahkan Romawi.” Maka turunlah ayat ini (ar-Ruum: 1-5) yang menegaskan bahwa setelah kekalahan itu, bangsa Romawi akan menang.

Ket: riwayat pertama, yang menyebutkan bacaan ghalabat (dengan fathah, artnya: mengalahkan/ menang) menegaskan bahwa ayat tersebut turun pada saat negara Romawi unggul bersama dengan unggulnya kaum Muslimin pada perang Badr. Sedangkan riwayat kedua, yang menyebutkan bahwa bacaan ghulibat (dengan domah, artinya: dikalahkan), menegaskan bahwa ayat tersebut mengandung arti: “Persia menang atas Romawi, dan akan dikalahkan oleh kaum Muslimin.”
Berdasarkan hal di atas, kedua riwayat itu dapat dibenarkan. Namun kalau tidak diartikan demikian, maka kedua riwayat itu tidak mempunyai arti yang penting.

27. “Dan dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, Kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(ar-Ruum: 27)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Ikrimah bahwa kaum kafir merasa aneh mendengar Allah akan menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Maka turunlah ayat ini (ar-Ruum: 27) yang mengingatkan ihwal penciptaan makhluk pada pertama kali, yang justru lebih sukar daripada menghidupkan yang mati.

28. “Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. apakah ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang Telah kami berikan kepadamu; Maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.”
(ar-Ruum: 28)

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan oleh Juwaibir dari Dawud bin Abi Hind, dari Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali, yang bersumber dari bapaknya, bahwa ahli syirik bertalbiyah dengan ucapan, “Allaahumma labbaika lbbaika laa syariika laka illaa syriikan huwa laka tamlikuhu wa maa malak (Ya Allah , aku menyambut panggilan-MU, aku menyambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, kecuali satu sekutu yang dimiliki oleh-Mu dan oleh sekutu itu). Maka turunlah ayat ini sebagai teguran atas kemusyrikan mereka.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah Luqman

20 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

6. “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”
(Luqman: 6)

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (Luqman: 6) turun berkenaan dengan seorang Quraisy yang membeli seorang biduanita (yang dijadikan untuk menyesatkan manusia). Ayat ini mengancam orang-orang yang berusaha menyesatkan manusia.

Diriwayatkan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (Luqman: 6) turun berkenaan dengan an-Nadlr bin al-Harits yang membeli seorang biduanita. Apabila ia mendengar seseorang akan masuk Islam, ia mengajak orang tersebut datang kepada biduanita tersebut. kemudian ia menyuruh biduanita itu menyediakan makanan dan minuman serta merayu orang tersebut dengan alunan suaranya. An-Nadlr berkata kepada orang yang dibujuknya itu: “Ini lebih baik daripada ajakan Muhammad yang hanya menyuruh shalat, shaum, dan berperang untuk kemenangannya.” Ayat ini (Luqman: 6) menerangkan bahwa orang-orang yang berbuat seperti itu akan mendapat siksa yang sangat berat dari Allah swt.

27. “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah*. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Luqman: 27)

*yang dimaksud dengan Kalimat Allah ialah: ilmu-Nya dan Hikmat-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah bahwa ahli kitab bertanya kepada Rasulullah saw. tentang ruh. Pertanyaan ini dijawab oleh Nabi Muhamad saw. dengan firman Allah, surat al-Israa ayat 85 yang menegaskan bahwa ruh adalah urusan Allah, dan manusia hanya diberi ilmu yang sangat sedikit. Ahli kitab berkata: “Engkau menganggap bahwa kami tidak diberi ilmu kecuali hanya sedikit, padahal kami telah diberi Taurat. Taurat adalah hikmah. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak.” Maka turunlah ayat ini (Luqman: 27) sebagai penjelasan bahwa ilmu yang diberikan kepada manusia hanyalah sedikit, sedangkan ilmu Allah tidak mungkin dapat dicatat karena sangat banyak.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq yang bersumber dari ‘Atha’ bin Yasar. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika Rasulullah saw. berada di Mekah, turunlah ayat…. Wa maa uutiitum minal ‘ilmi illaa qaliilaa…( … dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit) (al-Israa: 85). Setelah beliau hijrah ke Madinah, datanglah kepada beliau pendeta-pendeta Yahudi seraya berkata: “Apakah benar apa yang telah sampai kepada kami ini, bahwa engkau berkata: ‘hanya sedikit ilmu yang diberikan oleh Allah’. Apakah perkataan itu ditujukan kepada kami atau kepada kaummu?” Bersabdalah Rasulullah saw.: “Kami tujukan kepada dua-duanya.” Mereka berkata: “Bukankah engkau telah membaca (dalam al-Qur’an) bahwa kami telah diberi Taurat yang di dalamnya terdapat keterangan untuk segala perkara.” Bersabdalah Rasulullah saw: “Semua itu dibanding dengan ilmu Allah sangatlah sedikit.” Ayat ini (Luqman: 27) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa di muka bumi ini tidak akan ada alat yang mencukupi untuk melukiskan ilmu Allah.

Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh di dalam kitab al-‘Azhamah, dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari Qatadah bahwa kaum musyrikin berkata: “Hampir habis apa yang dikatakan oleh Muhammad.” Ayat tersebut (Luqman: 27) turun berkenaan dengan ucapan mereka, yang menegaskan bahwa ilmu Allah itu tidak akan ada habis-habisnya.

34. “Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok*. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Lukman: 34)

*Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Mujahid bahwa seorang Badui datang menghadap Rasulullah dan berkata: “Istriku sedang hamil, cobalah terangkan jenis kelamin apa yang akan ia lahirkan (apakah pria atau wanita); negeriku kekeringan, kapan akan turun hujan; dan aku tahu kapan aku dilahirkan, tetapi terangkan kepadaku kapan aku mati?” Maka turunlah ayat ini (Lukman: 34) yang menegaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk

Asbabun Nuzul Surah As-Sajdah

20 Jan

asbabunn nuzul surah alqur’an

16. “lambung mereka jauh dari tempat tidurnya* dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.”
(as-Sajdah: 16)

*Maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.

Diriwayatkan oleh al-Bazzar yang bersumber dari Bilal. Dalam sanad hadits ini terdapat seorang rawi yang daif, yaitu ‘Abdullah bin Syabib. Bahwa ketika Bilal dan para sahabat Rasulullah duduk-duduk di masjid, ada sahabat-sahabat lainnya yang shalat sunat sesudah magrib sampai isya. Maka turunlah ayat ini (as-Sajdah: 16) yang melukiskan perbuatan orang-orang yang terpuji.

Diriwayatkan dan disahihkan oleh at-Tirmidzi, yang bersumber dari Anas bahwa ayat ini (as-Sajdah: 16) turun berkenaan dengan para sahabat yang menunggu shalat al-‘atamah (shalat isya yang dilakukan pada akhir malam).

18. “Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? mereka tidak sama.”
(as-Sajdah: 18)

Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan Ibnu ‘Asakir, dari Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Atha’ bin Yasar. Diriwayatkan pula oleh Ibnu ‘Adi dan al-Kathib di dalam kitab Tarikh-nya, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’aith berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib: “Mata tombak kami lebih tajam daripada tombakmu, lidah kami lebih lancar daripada lidahmu, dan anak buah kami lebih banyak daripada anak buahmu.” ‘Ali menjawab: “Tutup mulutmu. Sesungguhnya engkau orang fasik.” Ayat ini (as-Sajdah: 18) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut yang menegaskan bahwa orang fasik tidak sama dengan orang Mukmin.

Diriwayatkan oleh al-Khathib dan Ibnu ‘Asakir, dari Ibnu Luhai’ah dari ‘Amr bin Dinar, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (as-Sajdah: 18) turun berkenaan dengan percekcokan lisan antara ‘Ali bin Abi Thalib dan ‘Uqbah bin Abi Mu’aith. Dalam riwayat ini dikemukakan pula bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan ‘Uqbah bin al-Walid, dan bukan al-Walid.

“dan mereka bertanya: “Bilakah kemenangan itu (datang) jika kamu memang orang-orang yang benar?”Katakanlah: “Pada hari kemenangan* itu tidak berguna bagi orang-orang kafir, iman mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh.”
(as-Sajdah: 28-29)

*Hari kemenangan ialah hari kiamat, atau kemenangan dalam perang Badar, atau penaklukan kota Makkah

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah bahwa para sahabat berkata: “Sesungguhnya hari untuk beristirahat dan bersenang-senang telah mendekat kepada kami.” Berkatalah kaum musyrikin: “Bilakah kemenangan itu, sekiranya kalian benar?” maka turunlah ayat tersebut (as-Sajdah: 28-29) sebagai penegasan kepada mereka bahwa pada waktu itu keimanan tidak akan berfaedah bagi orang-orang kafir.

Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk