10.”Maha suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana*”.
(al-Furqaan: 10)
*Maksudnya: kalau Allah menghendaki niscaya dijadikannya untuk Muhammad s.a.w. surga-surga dan istana-istana seperti yang bakal diperolehnya di akhirat. tetapi Allah tidak menghendaki yang demikian agar manusia itu tunduk dan beriman kepada Allah bukanlah karena dipengaruhi oleh benda, melainkan berdasarkan kepada bukti-bukti dan dalil-dalil yang nyata.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam al-Mushannaf, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Khaitsamah bahwa Nabi saw. pernah ditawari oleh Allah swt. melalui Jibril dengan berkata: “Sekiranya tuan inginkan, Allah akan menyerahkan segala kunci bumi dengan segala isinya tanpa mengurangi bagian tuan di akhirat. Dan sekiranya tuan inginkan, Allah akan menggabungkan kedua-duanya untuk tuan di akhirat.” Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 10) sebagai pujian kepada Nabi Muhammad saw. yang dapat memilih dengan baik.
20. “Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.”
(al-Furqaan: 20)
Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Juwaibir, dari adl-Dlahhak, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Sa’id dan ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum musyrikin suka mencela dan mencemooh Rasulullah saw. karena miskinnya beliau, dengan ucapan: “Bagaimana mungkin seorang Rasul makan dan pergi ke pasar (untuk berdagang).” Rasulullah saw. merasa sedih, sehingga turunlah ayat ini (al-Furqaan: 20) yang menegaskan bahwa semua Rasul berbuat seperti itu.
27.”Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya*, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.
28. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan** itu teman akrab(ku).
29. Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.”
(al-Furqaan: 27-29)
* Menggigit tangan (jari) Maksudnya menyesali perbuatannya.
** Yang dimaksud dengan si Fulan, ialah syaitan atau orang yang telah menyesatkannya di dunia.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari asy-Syubi dan Miqsam, bahwa Ubay bin Khalaf bermaksud hadir dalam suatu pertemuan yang diadakan oleh Nabi saw. akan tetapi ia dilarang keras oleh kawannya yang bernama ‘Uqbah bin Abi Mu’ait. Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 27-29) yang menggambarkan bahwa kaum zalim akan menyesali diri di akhirat.
32.”Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah* supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.
(al-Furqaan: 32)
* Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, al-Hakim, dan adl-Dliya’ di dalam kitab al-Mukhtaarah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Menurut al-Hakim, hadits ini shahih. Bahwa kaum musyrikin berkata: “Sekiranya Muhammad itu seorang Nabi, sebagaimana pengakuannya, tentu Allah tidak akan menyiksanya dengan jalan menurunkan al-Qur’an seayat dua ayat. Mengapa Allah tidak menurunkan al-Qur’an sekaligus saja?” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Furqaan: 32) sebagai penjelasan mengenai hal tersebut.
68.”Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
(al-Furqaan: 68)
70. “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(al-Furqaan: 70)
Diriwayatkan oleh asy-Syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim) yang bersumber dari Ibnu Mas’ud bahwa Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah saw. tentang dosa yang paling besar. Rasulullah saw. menjawab: “Engkau membuat sekutu untuk Allah, padahal Ia yang menjadikanmu.” Ia bertanya : “Kemudian apa lagi?” Rasulullah menjawab: “Membunuh anakmu karena takut makan besertamu.” Ia bertanya: “Kemudian apa lagi?” Rasulullah menjawab: “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Furqaan: 68) yang membenarkan kata-kata Rasulullah tadi.
Diriwayatkan oleh asy-syaikhaan yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum musyrikin gemar membunuh dan berzina. Pada suatu hari bertanyalah mereka kepada Rasulullah saw.: “Sesungguhnya yang tuan katakan dan tuan serukan adalah baik. Tunjukkan kepada kami, apa yang harus kami lakukan untuk menghapus dosa kami.” Maka turunlah ayat ini (al-Furqaan: 68) yang melarang mereka menyekutukan Allah, membunuh, dan berzina; dan surah az-Zumar ayat 53 yang melarang mereka berputus asa dari Rahmat Allah dan ampunan-Nya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dll, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika turun ayat, wal ladziina laa yad’uuna ma’allaahi ilaahan aakhara wa laa yaqtuluunan nafsal latii harramallaahu illaa bil haq.. (dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah [membunuhny] kecuali dengan alasan yang benar..) (al-Furqaan: 68) kaum musyrikin Mekah berkata: “Kami telah membunuh orang tanpa alasan yang hak, telah menyeru kepada tuhan selain Allah, dan juga telah melakukan zina.” Maka turunlah ayat selanjutnya (al-Furqaan: 70) yang menunjukkan jalan untuk bertobat kepada Allah.
Sumber: Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk