Arsip | 07.58

Asbabun Nuzul Surah Al-Baqarah (4)

8 Feb

asbabun nuzul surah al-qur’an

94. Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, Maka inginilah[75] kematian(mu), jika kamu memang benar.”
(Al-Baqarah: 94)

[75] Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abul ‘Aliyah. Bahwa kaum Yahudi berkata: “Tidak akan masuk syurga kecuali penganut agama Yahudi.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 94) sebagai sindiran kepada orang-orang yang mengaku ahli surga.

97. Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
(Al-Baqarah: 97)

98. “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
(Al-Baqarah: 98)

Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Anas. Bahwa ‘Abdullah bin salam mendengar akan tibanya Rasulullah di saat dia berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal. Tidak akan ada yang mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi: 1) apa tanda-tanda pertama hari kiamat. 2) makanan apa yang pertama-tama dimakan oleh ahli surga, dan 3) mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya?” Nabi saw. menjawab: “Baru saja Jibril memberitahukan hal itu kepadaku.” Abdullah bin Salam berkata: “Jibril?” Rasulullah saw. menjawab: “Ya.” ‘Abdullah bin Salam berkata: “Dia itu malaikat yang termasuk musuh kaum Yahudi.” Lalu Nabi saw. membacakan ayat ini (Al-Baqarah: 97) sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi Malaikat pesuruh Allah.

Keterangan: menurut Syaikhul Islam al-Hafizh Ibnu Hajar, di dalam Kitab Fat-hul Baari, berdasarkan susunan kalimatnya, ayat yang dibacakan oleh Nabi saw. ini (Al-Baqarah: 97), sebagai bantahan kepada kaum Yahudi, dan tidak seharusnya turun bersamaan dengan peristiwa tersebut di atas. Dan inilah yang paling kuat. Di samping itu, ada keterangan lain yang sah bahwa turunnya ayat tersebut pada peristiwa lain, dan bukan pada peristiwa ‘Abdullah bin salam.

Diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa-i, dari Bakr bin Syihab, dari Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa serombongan kaum Yahudi datang menghadap Nabi saw., mereka berkata: “Hai Abal Qasim. Kami akan menanyakan lima perkara kepada tuan. Apabila tuan dapat memberitahukannya, tahulah kami bahwa tuan adalah seorang nabi.” Selanjutnya hadits itu menyebutkan, yang isinya antara lain menyebutkan mereka bertanya: 1) tentang apa yang diharamkan oleh Bani Israil atas dirinya, 2) tentang tanda-tanda kenabian, 3) tentang petir dan suaranya, 4) tentang bagaiman wanita dapat melahirkan dan laki-laki dan dapat juga wanita, dan 5) tentang siapa sebenarnya yhang memberi kabar dari langit. Dan pada akhir hadits itu disebutkan bahwa mereka berkata: “Siapa sahabat tuan itu?” yang dijawab oleh Rasulullah saw.: “Jibril.” Mereka berkata: “Apakah Jibril yang biasa menurunkan perang, pembunuhan, dan siksaan? Itu musuh kami. Jika tuan mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tanam-tanaman, dan hujan, tentu lebih baik.” Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 97) berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih di dalam Musnad-nya dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari asy-Syu’bi. Sanad hadits ini sahih sampai asy-Syu’bi, hanya saja asy-Syu’bi tidak bertemu dengan ‘Umar. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dai selain asy-Syu’bi. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari as-Suddi dan Qatadah yang bersumber dari ‘Umar, keduanya munqathi’. Bahwa pada suatu hari ‘Umar datang kepada Yahudi yang ketika itu sedang membaca Taurat. Ia (‘Umar) pun kaget, karena isinya membenarkan apa yang disebut di dalam Al-Qur’an. Ketika itu lewatlah Rasulullah di hadapan mereka, dan berkatalah ‘Umar kepada Yahudi: “Aku minta agar engkau menjawab pertanyaanku dengan sungguh-sungguh dan jujur. Apakah kamu tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah?” Guru mereka menjawab: “Memang benar kami tahu bahwa beliau itu Rasulullah.” ‘Umar berkata: “Mengapa kamu tidak mau mengikutinya?” Mereka menjawab: “Ketika kami bertanya tentang penyampai kenabiannya, Muhammad mengatakan ‘Jibril’. Dialah musuk kami yang menurunkan kekerasan, kekejaman, peperangan dan kecelakaan.” ‘Umar bertanya: “Malaikat siapa yang biasa diutus kepada nabimu?” Mereka menjawab: “Mikail, yang menurunkan hujan dan rahmat.” ‘Umar bertanya: “Bagaimana kedudukan mereka di sisi Rabb-nya?” Mereka menjawab: “Yang satu di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.” ‘Umar berkata: “Tidak sepantasnya Jibril memusuhi pengikut Mikail, dan tidak patut Mikail berbuat baik kepada musuh Jibril. Sesungguhnya aku percaya bahwa Jibril, Mikail, dan Rabb mereka akan berbuat baik kepada kepada siapa yang berbuat baik kepada mereka, dan akan berperang kepada siapa yang mengumumkan perang kepada mereka.” Kemudian ‘Umar mengejar Nabi saw. untuk menceritakan hal itu. Tetapi sesampainya pada Nabi, beliau bersabda: “Apakah engkau ingin aku bacakan ayat yang baru turun padaku?” ‘Umar menjawab: “Tentu saja, ya Rasulallah.” Kemudian beliau mebaca… mang kaana ‘aduwwal li jibriila fa innahuu nazzalahuu ‘alaa qalbik… (barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu…) sampai…lil kaafiriin…(…orang-orang kafir) (Al-Baqarah: 97-98). ‘Umar berkata: “Ya Rasulallah. Demi Allah, saya tinggalkan kaum Yahudi tadi dan menghadap tuan justru untuk menceritakan apa yang kami percakapkan, tapi rupanya Allah telah mendahului saya.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Abdurrahman bin Laila. Sumber ini saling menguatkan dengan sumber lain. Bahwa seorang Yahudi berkata ketika bertemu dengan ‘Umar bin al-Khaththab: “Sesungguhnya Jibril yang disebut-sebut oleh shahabatmu itu (Rasulullah) adalah musuh kami.” Berkatalah ‘Umar: “Barang siapa yang memusuhi Allah, malaikat-Nya, para Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah memusuhinya.” Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 97-98) bersesuaian dengan apa yang diucapkan ‘Umar.

Keterangan: menurut Ibnu Jarir, sebab-sebab yang diceritakan dalam hadits-hadits tersebut di atas merupakan sebab-sebab turunnya ayat ini (al-Baqarah: 97-98).

Sumber: Al-Qur’anul Karim;
Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk;

Asbabun Nuzul Surah Al-Baqarah (3)

8 Feb

asbabun nuzul surah al-qur’an

76. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:” kamipun Telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang Telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; Tidakkah kamu mengerti?”[66]

[66] sebagian Bani Israil yang mengaku beriman kepada nabi Muhammad s.a.w itu pernah bercerita kepada orang-orang islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan tentang kedatangan nabi Muhammad s.a.w. Maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan: “Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat?”

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid bahwa Nabi saw. pada Peperangan Bani Qaraizhah berdiri di bawah benteng mereka. Dengan marahnya atas pengkhianatan mereka beliau bersabda: “Hai saudara-saudara kera! Saudara-saudara babi! Hai penyembah-penyembah thaghut.” Para pemimpin bani Quraizhah berkata kepada kaumnya: “Siapa yang memberitahu Muhammad tentang ucapan yang dikeluarkannya itu? Ia tidak mungkin tahu kecuali dari kamu. Mengapa kalian memberitahukan kepada mereka tentang kutukan Allah kepada kalian, sehingga mereka dapat mengalahkan hujah kalian?” maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah: 76) yang menegaskan penyesalan mereka atas kebocoran isi Taurat kepada Nabi Muhammad saw..

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa apabila kaum Yahudi bertemu dengan orang-orang Mukminin, mereka (kaum Yahudi) berkata: “Kami percaya bahwa shahabatmu itu utusan Allah, akan tetapi diutus hanya kepadamu saja.” Apabila bertemu dengan teman-teman mereka, mereka berkata: “Janganlah kamu memperbincangkan masalah ini (kerasulan) dengan orang-orang Arab, karena kamu dahulu pernah meminta kepada Allah agar mendapat kemenangan terhadap orang-orang Arab dengan kebesaran utusan yang akan datang (Muhammad), sedang kenyataannya utusan itu dari golongan mereka.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 76) sebagai penjelasan atas kelakuan Yahudi.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah: 76) tentang orang-orang Yahudi yang beriman, kemudian menjadi kaum munafik. Dahulu di waktu mereka beriman, mereka sering mendatangi kaum Mukminin bangsa Arab dengan membawa berita yang biasa mereka perbincangkan. Setelah munafik mereka berbicara satu sama lainnya: “Mengapa kamu beritahukan tentang kutukan Allah yang berupa siksaan terhadap kita sehingga mereka (kaum Mukminin) dapat berkata: “Kami lebih dicintai Allah dan lebih mulia dari kamu.”

79. “Maka Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”
(Al-Baqarah: 79)

Diriwayatkan oleh an-Nasa-i yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (al-Baqarah: 79) turun tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa turunnya ayat ini (al-Baqarah: 79) tentang paderi-paderi bangsa Yahudi yang mendapatkan sifat-sifat Nabi saw. tertulis dalam kitab Taurat, yang berbunyi: matanya yang selalu memakai celak, tingginya sedang, rambutnya keriting, mukanya cantik. Akan tetapi mereka hapus (kalimat tersebut dari Taurat) karena dengki dan benci serta menggantinya dengan kalimat: badannya tinggi, matanya biru, rambutnya lurus.

80. Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu Hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani di dalam kitab al-Kabir, dan Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari ‘Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa di waktu Rasulullah saw. sampai di Madinah, kaum Yahudi berkata: “Umur dunia ini tujuh ribu tahun. Manusia disiksa setiap seribu tahun dari hari dunia ini sehari di yaumil akhir, sehingga jumlahnya hanya tujuh hari saja, dan setelah itu putuslah siksaan itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 80) sebagai bantahan dan peringatan kepada orang-orang yang menganggap dirinya lebih tahu daripada Allah swt.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari adl-Dlahhak yang bersumber dari ‘Ikrimah, Ibnu ‘Abbas, dan lain-lain bahwa turunnya ayat ini (Al-Baqarah: 80) sehubungan dengan ucapan kaum Yahudi yang berkata: “Kita tidak akan masuk neraka kecuali beberapa hari saja, selama kita menyembah anak sapi, yaitu empat puluh hari, sesuai dengan sumpah kita. Dan apabila telah habis empat puluh hari, putuslah siksaan terhadap kita.

89. “Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka[70], padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang Telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.”
(Al-Baqarah: 89)

[70] maksudnya kedatangan nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-sifatnya.

Diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam kitab al-Mustadrak dan al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-il, dengan sanad yang lemah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan (bangsa Arab). Tiap kali bertempur, kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi minta pertolongan dengan doa ini: “Ya Allah, sesungguhnya kami minta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang Umi, yang telah engkau janjikan kepada kami bahwa Engkau akan mengutus dia di akhir zaman. Tidakkah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?
Apabila bertempur, mereka selalu berdoa dengan doa ini, sehingga kalahlah kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur kepada Nabi saw.. Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 89) sebagai laknat kepada orang-orang yang memohon pertolongan Allah, yang setelah dikabulkan mengingkarinya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa kaum Yahudi minta pertolongan untuk mengalahkan kaum Aus dan kaum Khazraj dengan memakai nama Rasulullah saw., sebelum beliau diutus menjadi Rasul. Akan tetapi setelah Allah mengutus Rasul dari bangsa Arab, mereka kufur kepadanya, dan mereka ingkari apa yang mereka katakan tentang Nabi saw.. Maka berkatalah Mu’adz bin Jabal, Bisyr bin al-Barra’, dan Dawud bin Salamah kepada mereka: “Wahai kaum Yahudi. Takutlah kamu kepada Allah dan masuk Islamlah kamu, karena kamu telah minta pertolongan kepada Allah memakai nama Muhammad untuk mengalahkan kami di saat kami termasuk kaum musyrikin. Kamu memberi kabar kepada kami bahwa sesungguhnya ia (Muhammad) akan diutus, dan kamu mengemukakan sifat-sifat Muhammad dengan sifat yang ada padanya.” Maka berkatalah Salam bin Musykam, salah seorang dari Banin Nadlir: “Dia tidak memenuhi sifat-sifat yang kami kenal, dan dia bukan yang kami terangkan kepadamu.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 89) berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Sumber: Al-Qur’anul Kariim;
Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk;