94. Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, Maka inginilah[75] kematian(mu), jika kamu memang benar.”
(Al-Baqarah: 94)
[75] Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abul ‘Aliyah. Bahwa kaum Yahudi berkata: “Tidak akan masuk syurga kecuali penganut agama Yahudi.” Maka Allah menurunkan ayat ini (Al-Baqarah: 94) sebagai sindiran kepada orang-orang yang mengaku ahli surga.
97. Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu Telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
(Al-Baqarah: 97)
98. “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
(Al-Baqarah: 98)
Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Anas. Bahwa ‘Abdullah bin salam mendengar akan tibanya Rasulullah di saat dia berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap Rasulullah saw. dan berkata: “Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal. Tidak akan ada yang mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi: 1) apa tanda-tanda pertama hari kiamat. 2) makanan apa yang pertama-tama dimakan oleh ahli surga, dan 3) mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya?” Nabi saw. menjawab: “Baru saja Jibril memberitahukan hal itu kepadaku.” Abdullah bin Salam berkata: “Jibril?” Rasulullah saw. menjawab: “Ya.” ‘Abdullah bin Salam berkata: “Dia itu malaikat yang termasuk musuh kaum Yahudi.” Lalu Nabi saw. membacakan ayat ini (Al-Baqarah: 97) sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi Malaikat pesuruh Allah.
Keterangan: menurut Syaikhul Islam al-Hafizh Ibnu Hajar, di dalam Kitab Fat-hul Baari, berdasarkan susunan kalimatnya, ayat yang dibacakan oleh Nabi saw. ini (Al-Baqarah: 97), sebagai bantahan kepada kaum Yahudi, dan tidak seharusnya turun bersamaan dengan peristiwa tersebut di atas. Dan inilah yang paling kuat. Di samping itu, ada keterangan lain yang sah bahwa turunnya ayat tersebut pada peristiwa lain, dan bukan pada peristiwa ‘Abdullah bin salam.
Diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa-i, dari Bakr bin Syihab, dari Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Bahwa serombongan kaum Yahudi datang menghadap Nabi saw., mereka berkata: “Hai Abal Qasim. Kami akan menanyakan lima perkara kepada tuan. Apabila tuan dapat memberitahukannya, tahulah kami bahwa tuan adalah seorang nabi.” Selanjutnya hadits itu menyebutkan, yang isinya antara lain menyebutkan mereka bertanya: 1) tentang apa yang diharamkan oleh Bani Israil atas dirinya, 2) tentang tanda-tanda kenabian, 3) tentang petir dan suaranya, 4) tentang bagaiman wanita dapat melahirkan dan laki-laki dan dapat juga wanita, dan 5) tentang siapa sebenarnya yhang memberi kabar dari langit. Dan pada akhir hadits itu disebutkan bahwa mereka berkata: “Siapa sahabat tuan itu?” yang dijawab oleh Rasulullah saw.: “Jibril.” Mereka berkata: “Apakah Jibril yang biasa menurunkan perang, pembunuhan, dan siksaan? Itu musuh kami. Jika tuan mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tanam-tanaman, dan hujan, tentu lebih baik.” Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 97) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih di dalam Musnad-nya dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari asy-Syu’bi. Sanad hadits ini sahih sampai asy-Syu’bi, hanya saja asy-Syu’bi tidak bertemu dengan ‘Umar. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dai selain asy-Syu’bi. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari as-Suddi dan Qatadah yang bersumber dari ‘Umar, keduanya munqathi’. Bahwa pada suatu hari ‘Umar datang kepada Yahudi yang ketika itu sedang membaca Taurat. Ia (‘Umar) pun kaget, karena isinya membenarkan apa yang disebut di dalam Al-Qur’an. Ketika itu lewatlah Rasulullah di hadapan mereka, dan berkatalah ‘Umar kepada Yahudi: “Aku minta agar engkau menjawab pertanyaanku dengan sungguh-sungguh dan jujur. Apakah kamu tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah?” Guru mereka menjawab: “Memang benar kami tahu bahwa beliau itu Rasulullah.” ‘Umar berkata: “Mengapa kamu tidak mau mengikutinya?” Mereka menjawab: “Ketika kami bertanya tentang penyampai kenabiannya, Muhammad mengatakan ‘Jibril’. Dialah musuk kami yang menurunkan kekerasan, kekejaman, peperangan dan kecelakaan.” ‘Umar bertanya: “Malaikat siapa yang biasa diutus kepada nabimu?” Mereka menjawab: “Mikail, yang menurunkan hujan dan rahmat.” ‘Umar bertanya: “Bagaimana kedudukan mereka di sisi Rabb-nya?” Mereka menjawab: “Yang satu di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.” ‘Umar berkata: “Tidak sepantasnya Jibril memusuhi pengikut Mikail, dan tidak patut Mikail berbuat baik kepada musuh Jibril. Sesungguhnya aku percaya bahwa Jibril, Mikail, dan Rabb mereka akan berbuat baik kepada kepada siapa yang berbuat baik kepada mereka, dan akan berperang kepada siapa yang mengumumkan perang kepada mereka.” Kemudian ‘Umar mengejar Nabi saw. untuk menceritakan hal itu. Tetapi sesampainya pada Nabi, beliau bersabda: “Apakah engkau ingin aku bacakan ayat yang baru turun padaku?” ‘Umar menjawab: “Tentu saja, ya Rasulallah.” Kemudian beliau mebaca… mang kaana ‘aduwwal li jibriila fa innahuu nazzalahuu ‘alaa qalbik… (barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu…) sampai…lil kaafiriin…(…orang-orang kafir) (Al-Baqarah: 97-98). ‘Umar berkata: “Ya Rasulallah. Demi Allah, saya tinggalkan kaum Yahudi tadi dan menghadap tuan justru untuk menceritakan apa yang kami percakapkan, tapi rupanya Allah telah mendahului saya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Abdurrahman bin Laila. Sumber ini saling menguatkan dengan sumber lain. Bahwa seorang Yahudi berkata ketika bertemu dengan ‘Umar bin al-Khaththab: “Sesungguhnya Jibril yang disebut-sebut oleh shahabatmu itu (Rasulullah) adalah musuh kami.” Berkatalah ‘Umar: “Barang siapa yang memusuhi Allah, malaikat-Nya, para Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah memusuhinya.” Maka turunlah ayat ini (al-Baqarah: 97-98) bersesuaian dengan apa yang diucapkan ‘Umar.
Keterangan: menurut Ibnu Jarir, sebab-sebab yang diceritakan dalam hadits-hadits tersebut di atas merupakan sebab-sebab turunnya ayat ini (al-Baqarah: 97-98).
Sumber: Al-Qur’anul Karim;
Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk;