Arsip | 11.36

Tanda Allah Mencintai Hamba-Nya

26 Apr

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imraan: 31)

“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (al-Maa’idah: 54)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman: “Siapa saja yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai dari yang dikerjakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu apabila ia mengerjakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Seseorang itu senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah, sehingga aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengar, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihat, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerang dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya, seandainya ia berlindung diri kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Kemudian Jibril mencintai oran itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim yang lain dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya apabila Allah Ta’ala mencintai seseorang hamba, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia.’ Kemudian Jibril mencintai orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Penghuni langit pun mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi. Dan apabila Allah membenci seseorang, maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia.’ Kemudian Jibril membenci orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah membenci fulan, maka bencilah ia.” Kemudian kebencian itu diteruskan kepada penghuni bumi.”

Dari Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutus seseorang untuk mengimami shalat pada suatu pasukan. Dalam shalatnya, ia selalu menutup bacaannya dengan ucapan: qul HuwallaaHu ahad (surat al-Ikhlash). Ketika pulang mereka menceritakan hal yang demikian itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia berbuat demikian.” Merekapun menanyakannya dan orang itu menjawab: “Karena ayat ini mengandung sifat Dzat yang Maha Pemurah, maka saya senang membacanya.” Setelah disampaikan kepada Rasulullah saw. beliau bersabda: “Beritahukan kepadanya, bahwa Allah Ta’ala mencintainya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sekian.

Mencintai Allah

26 Apr

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” (al-Fath: 29)

Allah berfirman: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman [Anshar] sebelum [kedatangan] mereka [muhajirin], mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.” (al-Hasyr: 9)

Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Siapa saja yang memiliki tiga sifat ini, akan merasakan manisnya iman, yaitu: 1) mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya; 2) mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) enggan untuk kembali kafir setelah diselamatkan Allah sebagaimana enggannya apabila dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: 1) pemimpin yang adil; 2) pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Yang Mahamulia lagi Maha Agung; 3) seseorang yang hatinya selalu digantungkan [dipertautkan] dengan masjid; 4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; 5) seorang laki-laki ketika dirayu untuk berzina oleh perempuan bangsawan yang berwajah cantik rupawan, lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ 6) seseorang yang mengeluarkan sedekah, secara sembunyi-sembunnyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; 7) seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sunyi dan kedua matanya mencucurkan air mata.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala pada hari kiamat akan berfirman: ‘Manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku, dan tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kalian tidaklah beriman, sebelum saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu, jika kalian mengerjakannya maka akan timbul rasa saling mencintai di antara kalian. Yaitu sebarkanlah salam.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ada seseorang yang berkunjung ke tempat saudaranya karena Allah yang berada di desa lain, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menghadang dan mengujinya, namun orang itu tetap pada pendiriannya, kemudian malaikat itu berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR Muslim)

Dari al-Barra’ bin ‘Azib ra. dari Nabi saw. beliau menceritakan tentang shahabat Anshar: “Bahwa mereka tidak mencintai kecuali orang yang beriman dan mereka tidak membenci kecuali orang munafik. Siapa saja yang mencintai mereka, maka Allah mencintainya. Dan siapa saja yang membenci mereka, maka Allah membencinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’adz ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Siapa saja yang saling mencintai karena keagungan-Ku, mereka akan mendapatkan beberapa mimbar terbuat dari cahaya yang diingikan oleh para Nabi dan orang-orang yang mati syahid.” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Idris al-Khaulaniy, ia berkata: Saya masuk masjid Damsyik, di sana ada seorang pemuda yang giginya mengkilat. Orang-orang senantiasa mengerumuninya. Apabila mereka berbeda pendapat, mereka menyerahkan dan minta pertimbangan kepadanya, maka saya menanyakan tentang pemuda itu, dan dijawab bahwa pemuda itu adalah Mu’adz bin Jabal ra.
Pada esok harinya saya pagi-pagi datang ke masjid tetapi pemuda itu lebih pagi dari saya dan saya dapatkan ia sedang shalat. Saya menunggunya sampai selesai, dan mendatanginya dari arah depan. Saya ucapkan salam dan berkata kepadanya: “Demi allah, saya mencintaimu karena Allah.” Dia bertanya: “Apakah benar karena Allah?” Saya menjawab: “Ya, karena Allah.” Dia bertanya: “Apakah benar karena Allah?” Saya menjawab: “Ya, karena Allah.” Kemudian ia menarik ujung selendangku untuk mendekatkanku kepadanya dan dia berkata: “Sambutlah berita gembira ini, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Luhur berfirman: Kecintaan-Ku tercurah untuk mereka yang saling mencintai karena Aku, mereka yang berteman karena Aku, mereka yang saling mengunjungi karena Aku dan mereka yang saling membantu karena Aku.” (HR Malik)

Dari Abu Karimah al-Miqdad bin Ma’dikariba ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Apabila seseorang mencintai saudaranya, beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya.” (HR Abu Daud)

Dari Mu’adz ra. berkata: Rasulullah saw. memegang tangannya seraya bersabda: “Hai Mu’adz, janganlah sekali-sekali kamu lupakan setiap selesai shalat membaca: AllaHumma a-‘innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika (Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk selalu ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan menyempurnakannya).” (HR Abu Daud dan Nasa-i)

Dari Anas ra. ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi saw. kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya Rasulallah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.” Nabi saw. bertanya: “Apakah engkau sudah memberitahukan kepadanya?” Dia menjawab: “Belum.” Beliau menjawab: “Beritahukannlah kepadanya.” Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.” Orang itu menjawab: “Semoga engkau dicintai oleh Dzat yang menjadikanmu mencintaiku karena-Nya.” (HR Abu Daud)

sekian

Berteman dengan Orang Shalih (2)

26 Apr

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah saw. dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka?” Rasulullah saw. menjawab: “Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya [kelak di akhirat].” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Manusia itu berbeda-beda dalam watak dan baik dan buruknya, bagaikan tambang emas dan perak. Orang yang paling baik pada masa jahiliyah adalah orang yang terbaik pula di masa Islam, apabila mereka memahami syariat. Roh itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Roh yang saling mengenal itu berkumpul dan yang tidak saling mengenal berpisah.” (HR Muslim)

Dari Usair bin ‘Amr (Ibnu Jabir), ia berkata: Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. kedatangan serombongan penduduk Yaman, ia bertanya: ‘Apakah ada di antara kalian yang bernama Uwais bin ‘Amr?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar bertanya lagi: ‘Apakah kamu dari Murad dan Qaran?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar bertanya: ‘Apakah kamu dulu pernah mengalami sakit belang kemudian sembuh kecuali tinggal sebesar dirham?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar kembali bertanya: ‘Apakah engkau masih memiliki ibu?’ Ia menjawab: ‘Ya.’ Umar menjelaskan: ‘Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu akan kedatangan seseorang yang bernama Uwais bin ‘Amr bersama serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang dan sembuh, kecuali sebesar dirham. Ia mempunyai ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia berbuat baik kepada Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Oleh karena itu, mohonkanlah ampun buat diriku.’ Kemudian dia memohonkan ampun untuk Umar. Setelah itu Umar bertanya: ‘Engkau akan kemana lagi?’ Ia menjawab: ‘Ke Kufah.’ Umar menawarkan: ‘Bolehkah aku menulis surat kepada ‘Amil (bendaharawan) di Kufah untuk membantu kamu?’ Ia menjawab: ‘Saya lebih senang menjadi orang biasa.’
Pada tahun berikutnya, ada seorang terkemuka dari penduduk Yaman mengerjakan ibadah haji dan berjumpa dengan Umar. Kemudian Umar menanyakan kepadanya tentang Uwais. Orang itu menjawab: “Saya meninggalkan dia dalam keadaan menyedihkan, rumahnya sangat kecil dan tergolong miskin.” Umar berkata: “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu akan kedatangan seseorang yang bernama Uwais bin ‘Amr bersama serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang dan sembuh, kecuali sebesar dirham. Ia mempunyai ibu dan sangat berbakti kepadanya. Seandainya ia berbuat baik kepada Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu.
Setelah pulang orang itu menemui Uwais dan berkata: “Mohonkan ampun buat diriku.” Uwais menjawab: “Sebenarnya engkaulah yang mendoakan saya, karena baru pulang dari bepergian yang baik. Maka mohonkan ampun buat diriku.” Orang itu bertanya: “Kamu pernah bertemu Umar?” Uwais menjawab: “Ya.” Kemudian Uwais menyadari dan memohonkan ampun buat orang itu. Sesudah itu orang-orang mengenalnya dan berbondong-bondong meminta agar dia memohonkan ampun untuk mereka. Melihat hal demikian Uwais pergi untuk menyendiri.” (HR Muslim)

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Usair bin Jabir ra. ia berkata: penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar ra. di antara mereka ada yang mengejek Uwais, kemudian Umar bertanya: “Apakah di sini ada seseorang yang berasal dari Qaran?” Maka Uwais mendekatinya, dan Umar berkata: “Rasulullah saw. bersabda: Nanti kamu kedatangan seseorang dari Yaman bernama Uwais, dia tidak meninggalkan apa-apa di Yaman selain ibu yang ditaatinya. Dia berpenyakit belang, setelah berdoa, Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Siapa saja di antara kamu bertemu dengannya, mintalah agar dia memohonkan ampun buat kalian.”
Pada riwayat lain, dari Umar ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seseorang yang bernama Uwais, dia mempunyai ibu dan pernah berpenyakit belang, mintalah kalian kepadanya agar memohonkan ampun buat kamu.”

Dari Umar bin al-Khaththab ra. ia berkata: Saya minta izin kepada Nabi saw. untuk mengerjakan umrah. Beliau mengizinkanku, seraya bersabda: “Wahai saudaraku, janganlah engkau lupakan kami dari doamu.” Umar berkata: “Itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya, dan ungkapan itu lebih berharga daripada dunia.”
Dalam riwayat lain, Nabi saw. bersabda: “Wahai saudaraku, sertakan kami dalam doamu.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Nabi saw. sering berziarah ke Kuba’ baik naik kendaraan maupun berjalan. Di sana beliau shalat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Setiap hari Sabtu Nabi saw. datang ke masjid Kuba’, baik berkendaraan maupun berjalan. Ibnu Umar juga mencontohnya.”

Sekian.

Berteman dengan Orang Shalih (1)

26 Apr

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits

Allah berfirman: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.’” (al-Kahfi: 60)
Sampai pada firman-Nya: “Musa berkata kepada Khidhir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (al-Kahfi: 66)

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya.” (al-Kahfi: 28)

Dari Anas ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra. seraya berkata: “Mari kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman ra. sebagaimana Rasulullah sering mengunjunginya.” Ketika keduanya sampai di tempat Ummu Aiman, wanita itu menangis. Keduanya berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, bukankah apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya sangat baik?” Ia menjawab: “Saya menangis bukan karena itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya sangat baik. Saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Perkataan Ummu Aiman itu membuat keduanya terkesan, sehingga membuat mereka menangis.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang yang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya: ‘Hendak kemanakah engkau?’ Ia menjawab: ‘Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.’ Malaikat itu bertanya: ‘Apakah engkau merasa berhutang budi sehingga engkau mengunjunginya?’ Ia menjawab: ‘Tidak, saya mengunjungi dan mencintainya karena Allah Ta’ala.’ Malaikat itu berkata: ‘Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Allah.’” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada dua malaikat yang memuji dan mendoakannya: ‘Bagus engkau dan bagus pula perjalananmu, maka surgalah tempatmu.’” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan orang saleh dan orang jahat, seperti orang yang bergaul dengan orang yang membawa minyak kasturi dan orang yang meniup api. Orang yang membawa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kepadamu atau membeli minyak kepadanya, paling tidak engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapatkan bau tidak enak darinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Pilihlah perempuan yang akan dinikahi karena empat perkara: hartanya, derajatnya, kecantikannya atau karena agamanya. Utamakanlah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas ra. ia berkata: Nabi saw. bertanya kepada Jibril as.: “Apa yang mencegahmu untuk sering datang kepada kami?” maka turunlah ayat: “Wa maa natanazzalu illaa bi amri rabbika laHuu maa baina aidiinaa wa maa khalafnaa wa maa baina dzaalika (dan tidaklah kami [Jibril] turun, kecuali dengan perintah Rabb-mu. Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di hadapan kita, di belakang kita dan di antara keduanya.)” (HR Bukhari)

Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Seseorang bisa terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang di antara kamu dengan siapa ia bergaul.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. ia berkata: Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Seorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw. tentang seorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka, maka beliau menjawab: ‘Ia akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.’”

Dari Anas ra., sesungguhnya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah saw.: “Kapankah hari kiamat?” Rasulullah saw. balik bertanya: “Bekal apakah yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab: “Mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Beliau bersabda: “Engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai [nanti di akhirat].” (HR Bukhari dan Muslim)