Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj (Haji)
Surah Madaniyyah; surah ke 22: 78 ayat
bismillaaHir rahmaanir rahiim
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”
“1. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). 2. (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (al-Hajj: 1-2)
Allah Ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertakwa kepada-Nya serta mengabarkan kepada mereka tentang huru-hara, kegoncangan dan peristiwa hari kiamat yang akan mereka hadapi. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kegoncangan hari kiamat, apakah terjadi setelah bangkitnya manusia dari kubur mereka di hari penggiringan mereka ke tempat perkumpulan kiamat, atau hal itu hanya ungkapan tentang kegoncangan bumi sebelum bangkitnya manusia dari kubur mereka. Sebagaimana Allah berfirman: idzaa zulzilatil ardlu zilzaalaHaa wa akhrajatil ardlu atsqaalaHaa (“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.”)(al-Zalzalah: 1-2)
Allah Ta’ala berfirman: wa humilatil ardlu wal jibaalu fadukkatan dakkataw waahidatan fa yauma-idziw waqa’atil waaqi’atu (“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat.”) dan ayat seterusnya (al-Haaqqah: 14-15)
Allah berfirman: idzaa rujjatil ardlu rajjan. Wa bussatil jibaalu bassan (“Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya. Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya.”) dan ayat seterusnya. (al-Waaqi’ah: 4-5). Beberapa orang berpendapat bahwa sesungguhnya keconcangan ini terjadi di akhir umur dunia dan di awal peristiwa kiamat.
Ibnu Jarir berkata dari ‘Alqamah tentang firman-Nya: inna zalzalatas saa’ati syai-un ‘adhiim (“Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar.”) yaitu sebelum hari kiamat.
Diriwayatkan pula oleh Abi Hatim dari hadits ats-Tsauri, dari Manshur dan al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah dengan menyebutkan hadits tersebut. Diriwayatkan pula pendapat yang serupa dari asy-Sya’bi, Ibrahim dan ‘Abd bin ‘Umair. Abu Kadinah berkata dari ‘Atha’, bahwa ‘Amir bin asy-Sya’bi berkata tentang: yaa ayyuHan naasut taquu rabbakum inna zalzalatas saa’ati syai-un ‘adhiim (“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar.”) ia berkata: “Ini terjadi di dunia sebelum hari kiamat.” Imam Abu Ja’far bin Jarir memberikan dukungan dalil bagi orang yang berpendapat demikian dengan hadits tiupan terompet, bahwa Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya ketika Allah telah menyelsaikan penciptaan langit dan bumi, Dia menciptakan terompet dan meletakkannya di mulut Israfil dengan menengadahkan matanya ke atas ‘Arsy guna menunggu kapan diperintahkan [peniupannya].”)
Abu Hurairah berkata: “Ya Rasulullah, apakah ash-Shuur itu?” Beliau menjawab: “Sebuah terompet.” Dia bertanya lagi: “Bagaimana hakekatnya?” Beliau menjawab: “Sebuah terompet besar yang ditiup sebanyak tiga kali; pertama, tiupan al-Faza’ [kekagetan]; kedua; tiupan ash-Sha’q [kematian]; dan ketiga, tiupan kebangkitan manusia menujur Rabb seluruh alam. Allah memerintahkan pada Israfil untuk tiupan yang pertama dengan berfirman: “Tiuplah tiupan al-Faza’.” Maka kagetlah seluruh penghuni langit dan bumi kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah, dan diperintahkan-Nya untuk melebarkan dan memanjangkannya serta dia pun tidak merasa lelah. Itulah yang difirmankan oleh Allah: wa maa yandhuru Haa-ulaa-i illaa shaihataw waahidatam maa laHaa min fawaaq (“Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang.”)(Shaad: 15). Lalu gunung-gunung hancur bertebaran menjadi debu dan bumi menggoncangkan penghuninya dengan amat dahsyat. Itulah yang difirmankan oleh Allah: yauma rarjufur raajifatu tatba’uHar raadifatu quluubuy yauma-idziw waajifatun (“Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut.”) (an-Naazi’aat: 6-8). Lalu bumi itu menjadi perahu yang hancur di lautan akibat terpaan badai yang melenyapkan para penumpangnya , juga seperti lampu-lampu yang tergantung di ‘Arsy sebagai tempat bergelantungannya ruh-ruh, lalu manusia bergelantungan di permukaannya, maka paniklah wanita-wanita yang menyusui, wanita-wanita yang hamil pun melahirkan, anak-anak kecil menjadi beruban dan syaitan-syaitan melarikan diri ke berbagai pelosok. Lalu para malaikat lari mundur mundur belakang dimana sebagian mereka memanggil sebagian yang lain. Itulah yang difirmankan oleh Allah yang artinya: “Hari panggil memanggil. Yaitu hari ketika kamu lari berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorang penolong pun yang menyelamatkanmu dari adzab Allah, dan siapa yang disesatkan oleh Allah niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk.” (al-Mu’min: 32-33)
Di saat mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba bumi pecah dari satu sudut ke sudut lainnya. Mereka melihat suatu peristiwa besar, sehingga kesulitan yang mereka alami saat itupun telah mampu menyiksanya. Kemudian mereka memandang ke langit, dimana bumi seperti besi yang mendidih. Kemudian pudarlah sinar matahari dan bulan serta bertebaranlah binta-bintang. Lalu bumi mencabik-cabik mereka –Rasulullah saw.- mengucapkannya: “Sedangkan orang-orang yang mati tidak mengetahui hal itu sedikitpun.” Abu Hurairah berkata: “Siapakah orang yang dikecualikan Allah dalam firman-Nya [yang artinya]: ‘Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang dibumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.’ (an-Naml: 87)?”
Beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang mati syahid. Karena keterkejutan hanya sampai pada orang-orang yang hidup. Mereka adalah orang-orang yang hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizky dan Allah menjaga mereka dari keburukan hari tersebut serta mengamankan mereka. Itulah adzab Allah yang hanya ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya yang jahat. Itulah yang difirmankan oleh Allah [yang artinya]: ‘Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar [dahsyat]. [ingatlah] pada hari [ketika] kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah semua kandungan wanita yang hamil, dan kamu melihat semua manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.’” Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan lain-lain dengan uraian yang panjang sekali. wallaHu a’lam.
Sedangkan ulama lain berkata: “Bahkan itulah sebuah goncangan yang mengagetkan, getaran dan kehancurannya yang terjadi pada hari kiamat di lapangan hisab setelah bangkit dari kubur.” Ibnu Jarir memilih pendapat tersebut dan berdalil dengan beberapa hadits.
Sedangkan ulama yang lain berkata: “Bahkan, itulah sebuah goncangan yang mengagetkan, getaran dan kehancuran yang terjadi pada hari Kiamat dilapangan hisab setelah bangkit dari kubur.” Ibnu Jarir memilih pendapat tersebut dan berdalil dengan beberapa hadits.
Al-Bukhari berkata ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Abu Sa’id berkata: Rasulullah bersabda: “Allah Ta’ala berfirman pada hari Kiamat: `Hai Adam.’ Dia menjawab: `Labbaika wa sa’daika.’ Lalu dia diseru dengan suara: `Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk mengeluarkan sekelompok dari keturunanmu ke neraka.’ Dia bertanya: `Wahai Rabbku, apakah kelompok neraka itu?’ Penyeru tadi menjawab: `Dari setiap seribu orang [Ibnu Katsir berpendapat, Penyeru tadi men-jawab]: `Terdapat 999 orang. Di saat itu wanita hamil melahirkan dan anak-anak kecil beruban (dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras), maka hal tersebut amat memberatkan manusia, hingga wajah-wajah mereka tampak berubah.’”
Diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Di antara Ya’juj dan Ma’juj terdapat 999, dan di antara kalian terdapat satu orang. Kalian di antara manusia seperti rambut hitam di punggung sapi putih atau seperti rambut putih di punggung sapi hitam. Sesungguhnya aku berharap kalian menjadi seperempat penghuni surga [lalu kami bertakbir kemudian beliau melanjutkan] sepertiga penghuni surga [lalu kami bertakbir kemudian beliau melanjutkan] separuh penghuni surga. Lalu kami bertakbir.” (Al-Bukhari meriwayatkan tidak hanya di satu tempat, serta Muslim dan an-Nasa’i didalam Tafsirnya dari berbagai jalan yang berasal dari al-A’masy.)
Imam Ahmad berkata dari ‘Aisyah, bahwa Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya kalian digiring kepada Allah pada hari Kiamat dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan tidak berkhitan.” `Aisyah bertanya: “YaRasulullah, laki-laki dan wanita akan saling memandang satu dengan yang lainnya?” Beliau menjawab: “Hai `Aisyah, urusan di saat itu lebih dahsyat daripada memperhatikan mereka.” (Ditakhrij di dalam ash-Shahihain).
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa ‘Aisyah berkata: “Aku bertanya: `Ya Rasulullah, apakah seorang kekasih akan mengingat kekasihnya pada hari Kiamat?’ Beliau menjawab: ‘Hai ‘Aisyah, adapun ketika dalam tiga situasi, hal itu tidak mungkin. Ketika dalam timbangan, hingga berat atau ringan, juga tidak. Ketika ditebarkannya kitab-kitab catatan, baik diberikan pada tangan kanannya atau pada tangan kirinya, juga tidak. Sedangkan ketika leher keluar dari api neraka, lalu ia gulung dan membantai mereka, lalu leher itu berkata: `Aku diserahkan untuk tiga orang, aku diserahkan untuk tiga orang, aku diserahkan untuk tiga orang. Aku diserahkan kepada orang yang mengaku ilah lain bersama Allah, aku diserahkan kepada orang yang tidak beriman kepada hari perhitungan dan aku diserahkan kepada para raja sombong dan melampaui batas.’ Lalu, tergulunglah mereka dan dilemparkan ke dalam lembah-lembah Jahannam. Sedangkan Jahannam memiliki jembatan yang lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang serta di atasnya terdapat kalaaliib (pengait-pengait) dan pohon-pohon berduri yang akan mengambil siapa yang dikehendaki oleh Allah. Manusia di atasnya ada yang melewatinya seperti kilat, seperti kejapan mata, seperti angin, seperti larinya kuda pacu dan kuda terbang. Mereka dan para Malaikat berkata: `Ya Rabbi, selamatkanlah, selamatkanlah!’ Maka seorang muslim ada yang selamat, seorang muslim ada yang dicabik-cabik dan terjerembab wajahnya di neraka.’”
Hadits-hadits dan atsat-atsar tentang huru-hara hari Kiamat cukup banyak dan memiliki tempat lain untuk dibahas lebih lanjut. Untuk itu, Allah Ta’ala berfirman: inna zalzalatas saa’ati syai-un ‘adhiim (“Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat dahsyat,”) yaitu urusan besar, pembicaraan agung, cerita mengerikan, peristiwa dahsyat dan kejadian mengherankan.
Az-zilzal adalah sesuatu yang ketakutan dan kekagetan yang terjadi dalam jiwa. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: Hunaalikab tuliyal mu’minuuna wa zulziluu zilzaalan syadiidan (“Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang sangat.”) (QS. Al-Ahzab:11).
Kemudian Allah Ta’ala berfirman: yauma taraunaHaa (“Dada hari kamu melihat kegoncangan itu,”) ini termasuk dhamir sya’n (yang menggambarkan keadaan).Untuk itu Dia berfirman menafsirkannya: tadzHalu kullu murdli’atin ‘ammaa ardla’at (“Lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya,”) yaitu kesibukannya terhadap huru-hara tersebut membuatnya tidak melihat lagi manusia yang amat dicintainya. Padahal ia adalah termasuk manusia yang paling lembut dan sangat perhatian terhadap kondisi anak yang disusuinya.
Untuk itu, Dia berfirman: kullum mur-dli’atin (“Semua wanita yang menyusui anaknya,”) dan tidak mengatakan “mur-dli’in” (bentuk mudzakkar). Dia berfirman: ‘ammaa ardla’at (“Dari anak yang disusuinya,”) yaitu dari anak yang disusuinya sebelum disapih.
Firman-Nya: wa tadla’u kullu dzaati hamlin hamlaHaa (“Dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil,”) yaitu sebelum sempurna kehamilannya karena dahsyatnya huru-hara tersebut. Wa taran naasa sukaaraa (“Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,”) dibaca “su”aaraa”, yaitu disebabkan kedahsyatan urusan yang menjadikan akal-akal mereka goncang dan rasio-rasio mereka lenyap. Barangsiapa yang melihat mereka, dia pasti mengira bahwa mereka dalam keadaan mabuk;
Wa maa Hum bisukaaraa wa lakinna ‘adzaaballaaHi syadiid (“Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.”)
Bersambung
Tag:agama, al haj, al-hajj, Al-qur'an, hadits, islam, religion, riwayat, surah, surat, tafsir, tafsir al-Qur'an, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Hajj