Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Mu’minuun ayat 1-11

31 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mu’minuun (Orang-orang Yang Beriman)
Surah Makkiyyah; surah ke 23: 118 ayat

tulisan arab alquran surat al mu'minuun ayat 1-11bismillaaHir rahmaanir rahiim
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”
“1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. 8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (al-Mu’minuun: 1-11)

Firman Allah: qad aflahal mu’minuun (“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”) maksudnya mereka telah mendapatkan kemenangan, kebahagiaan, serta memperoleh keberuntungan. Mereka itulah orang-orang Mukmin yang bersifat dengan sifat-sifat berikut ini, alladziina Hum fii shalaatiHim khaasyi’uuna (“Orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.”)

‘Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu ‘Abbas: khaasyi’uuna (“Orang-orang yang khusyu’”) yaitu orang-orang yang takut lagi penuh ketenangan.” Dari ‘Ali bin Abi Thalib ra: “Yang dimaksud dengan khusyu’ di sini adalah kekhusyu’an hati.” Sedangkan al-Hasan al-Bashri mengungkapkan: “Kekhusyu’an mereka itu berada di dalam hati mereka, sehingga karenanya mereka menundukkan pandangan serta merendahkan diri mereka.”
Khusyu’ dalam shalat hanya dapat dilakukan oleh orang yang mengkonsentrasikan hati padanya serta melupakan berbagai aktifitas selain shalat, serta mengutamakan shalat atas aktifitas yang lain. Pada saat itulah akan terwujud ketenangan dan kebahagiaan baginya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan an-Nasa-i, dari Anas, dari Rasulullah saw., dimana beliau bersabda: “Diberikan kepadaku kecintaan terhadap wanita dan wangi-wangian, dan shalat dijadikan untukku sebagai amalan yang paling menyenangkan.” (HR Ahmad dan an-Nasa-i).

Firman Allah: walladziina Hum ‘anil laghwi mu’ri-dluun (“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari [perbuatan dan perkataan] yang tiada berguna.”) yakni dari kebathilan. Yang mana hal itu mencakup juga kemusyrikan, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian mereka, serta berbagai ucapan dan perbuatan yang tidak membawa faedah dan manfaat, sebagaimana yang difirmankan Allah: wa idzaa marruu bil laghwi marruu kiraaman (“Dan apabila mereka bertemu dengan [orang-orang] yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui [saja] dengan menjaga kehormatan dirinya.”) (al-Furqaan: 72)
Qatadah berkata: “Demi Allah, mereka didatangi perintah Allah yang menghentikan mereka dari hal tersebut [tak berguna].”

Firman-Nya: walladziina Hum lizzakaati faa’iluun (“dan orang-orang yang menunaikan zakat.”) mayoritas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat disini adalah zakat maal (harta), padahal ayat ini adalah Makkiyyah. Yang tampak secara lahiriyah, bahwa yang diwajibkan di Madinah adalah nishab dan ukuran yang khusus. Jika tidak demikian, berarti dasar zakat pertama diwajibkan di Makkah. Dan dalam surah al-An’am yang merupakan surah Makkiyyah, Allah Ta’ala berfirman: wa aatuu haqqaHuu yauma hashaadiHi (“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya.”)(al-An’am: 141), bisa saja yang dimaksud dengan zakat di sini adalah penyucian jiwa dari kemusyrikan dan kotoran. Yang demikian itu sama seperti firman-Nya: qad aflaha man zakkaaHaa wa qad khaaba man dassaaHaa (“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams: 9-10) wallaaHu a’lam.

Firman Allah: walladziina Hum lifuruujiHim haafidhuun. Illaa ‘alaa azwaajiHim au maa malakat aimaanuHum fa innaHum ghairu maluumiina. Famanibtaghaa waraa-a dzaalika fa-ulaa-ika Humul ‘aaduun (“Dan orang-orang yang menjaga kemaluaannya, kecuali terhadap istri-istri merek atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa yang mencari dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”) yakni orang-orang yang telah memelihara kemaluan mereka dari yang haram, sehingga mereka tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh Allah swt. Baik itu dalam bentuk perzinaan maupun liwath [homoseksual]. Dan mereka tidak mendekati kecuali istri-istri mereka sendiri yang telah dihalalkan oleh Allah bagi mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Barangsiapa yang mengerjakan apa yang dihalalkan oleh Allah, maka tidak ada cela dan dosa baginya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: fa innaHum ghairu maluumiin.famanibtaghaa waraa-a dzaalika (“Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu.”) maksudnya selain istri dan budak. Fa-ulaa-ika Humul ‘aaduun (“Maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”) wallaaHu a’lam.

Imam asy-Syafi’i dan orang-roang yang sejalan dengannya telah menggunakan ayat berikut ini untuk mengharamkan onani: walladziina Hum lifuruujiHim haafidhuun. Illaa ‘alaa azwaajiHim au maa malakat aimaanuHum (“Dan orang-orang yang menjaga kemaluaannya, kecuali terhadap istri-istri merek atau budak yang mereka miliki”) dia mengatakan: “Pelaku perbuatan ini di luar dari kedua bagian tersebut. Dan Allah Ta’ala berfirman: Famanibtaghaa waraa-a dzaalika fa-ulaa-ika Humul ‘aaduun (“Barangsiapa yang mencari dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”) wallaaHu a’lam.

Firman-Nya: walladziina Hum li amaanaatiHim wa ‘aHdiHim raa’uuna (“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat [yang dipikulnya] dan janjinya.”) yakni jika mereka diberi kepercayaan, maka mereka tidak akan mengkhianatinya tetapi mereka menunaikannya kepada yang berhak. Dan jika mereka berjanji atau melakukan akan perjanjian, maka mereka menepatinya, tidak seperti sifat-sifat orang munafik.

Firman Allah: walladziina Hum ‘alaa shalawaatiHim yuhaafidhuuna (“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”) maksudnya senantiasa mereka mengerjakannya tepat pada waktunya, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Mas’ud, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw., kutanyakan: “Ya Rasulallah, apakah amal perbuatan yang paling disukai Allah?” Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya.” “Lalu apa lagi?” tanyaku. Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” “Kemudian apa lagi?” tanyaku lebih lanjut. Maka beliau menjawab: “Jihad di jalan Allah.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab ash-Shahihain. Qatadah berkata: “Tepat pada waktunya, ruku’ dan sujudnya.”

Setelah Allah mensifati mereka dengan sifat-sifat terpuji dan berbagai perbuatan mulia, Dia berfirman: ulaa-ika Humul waaritsuuna. Alladziina yaritsuunal firdausaHum fiiHaa khaaliduuna (“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, [yakni] yang akan mewarisi Surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”) dalam kitab ash-Shahihain disebutkan, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: “Jika kalian meminta surga kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus kepada-Nya, karena sesungguhnay Firdaus adalah surga yang paling tengah-tengah dan paling tinggi. Diperlihatkan kepadaku di atasnya terdapat ‘Arsy Rabb yang Mahapemurah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dia bercerita, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak seorang pun dari kalian melainkan mempunyai dua kedudukan. Satu kedudukan di surga dan satu kedudukan di neraka. jika dia mati dan masuk neraka, maka kedudukannya di surga diwarisi oleh penghuni surga. Dan itulah makna firman-Nya: ‘Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi.’” (HR Ibnu Majah)

Dan yang lebih mendalam dari hal itu adalah apa yang ditegaskan dalam shahih Muslim, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari ayahnya, dari Nabi, beliau bersabda: “Pada hari kiamat kelak, akan datang beberapa orang dari kaum Muslimin dengan membawa dosa sebesar gunung, lalu Allah memberikan ampunan kepada mereka dan meletakkannya kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.”

Dan dalam lafadz yang juga milik Muslim, Rasulullah saw. bersabda: “Jika hari kiamat tiba, Allah menyodorkan kepada setiap Muslim seorang Yahudi atau Nasrani, lalu dikatakan: ‘Inilah pembebas [tebusan]mu dari Neraka.’” (HR Muslim).

Maka ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah meminta kepada Abu Burdah untuk bersumpah dengan menyebut: “Demi Allah yang tiada Ilah (Yang haq) selain Dia,” sebanyak tiga kali, bahwa ayahnya pernah menyampaikan hadits dari Rasulullah saw. tentang hal itu. Maka Abu Burdah pun bersumpah kepadanya.

Perlu saya (Ibnu Katsir) katakan: “Ayat ini senada dengan firman Allah Ta’ala berikut ini, “Itulah surge yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” (QS. Maryam: 63). Wallahu a’lam.

Bersambung ke bagian 2

11 Tanggapan ke “Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Mu’minuun ayat 1-11”

  1. Idam 15 Oktober 2014 pada 12.20 #

    Tengtang ayat ke 6, apakah budak itu harus di nikahi atau tdk perlu dinikahi untuk melakukan hubungan badan.

    • Hamba allah 3 April 2016 pada 17.14 #

      Ya tidak dong kalo udah dinikahin statusnya jadi istri, bukan budak lagi.

      • leis 2 Juli 2016 pada 06.07 #

        maksud budak disini, apakah pembantu rumah tangga atau seperti apa ya? bisa dijelaskan secara detail… mohon penjelasannya

  2. darulamanzaidan45 27 Januari 2016 pada 14.15 #

    ijin copas kang

  3. Yulia Ardi (@yuliar_dian) 26 Mei 2016 pada 10.36 #

    ijin kopas,, suwun

  4. ahmad 23 Juni 2016 pada 22.53 #

    bagian duanya mana ?

  5. ernaa 11 November 2016 pada 21.13 #

    izin copas ya min makasih:))

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: