Arsip | 13.40

Karakteristik Dakwah

7 Nov

Sarah Rasmul Bayan Tarbiyah; Jasiman Lc.

Sejak dua dasawarsa terakhir ini dakwah Islam mengalami kemajuan, namun usaha-usaha untuk menyesatkan umat juga semakin gencar dilakukan, bahkan di antaranya ada yang mengatasnamakan Islam. Rasulullah saw. pernah mengatakan bahwa akan ada da’i-da’i yang menyeru pada pintu neraka, mereka berkata dengan bahasa kita dan berpakaian dengan pakaian kita. Karena itu kesadaran dakwah hendaklah disertai dengan pengetahuan akan karakteristiknya. Dakwah yang benar dan lurus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. rabbaniyyah [berorientasi ketuhanan]. Segala elemen di dalam dakwah diorientasikan kepada Allah; berawal dari Allah, berakhir pun kepada Allah.

2. Islamiyyah gobla jam’iah [keislaman sebelum organisasi], yang disampaikan dan menjadi agenda utama dakwah adalah Islam itu sendiri. Organisasi hanyalah merupakan alat dan cara.

3. Syamil [komprehensif] dan tidak sebagian-sebagian. Islam adalah satu kesatuan sistem yang bagian-bagiannya tidak terpisahkan satu sama lain.

4. Mu’ashirah [aktual-modern], dan tidak konservatif. Dakwah harus selalu dapat menjawab dan menyelesaikan problematika zaman. Segala yang berbau dakwah tidak ada yang kadaluwarsa.

5. Mahaliyah wa’alamiyah [lokal dan internasional]. Islam mempunyai sifat semestawi. Namun Islam juga memasyarakat. Artinya, dakwah Islam juga memberikan perhatian yang sama seriusnya kepada permasalahan lokal.

6. ‘Ilmiyah [selaras dengan logika]. Dakwah Islam selalu berusaha memberikan kesadaran islami. Karena Islam bukan dogma. Islam membangkitkan kesadaran atas dasar makrifat dengan hujjah yang nyata.

7. Bashirah Islamiyyah [pandangan Islami]. Gagasan, konsepsi, dan pemikiran yang ada di dalamnya selalu islami, tidak sekuler, materialis, kapitalis, liberal dan sejenisnya.

8. Inqilabiyah [perubahan total], bukan reformasi tambal sulam, sehingga akan jelas antara yang haq dan yang batil. Upaya ini melahirkan ketakwaan.

9. Mana’atul Islam [kekebalan Islam]
Dakwah memberikan kekebalan Islam melalui:
– Penguasaan teori, yaitu dengan memahami prinsip, fikrah dan sistem.
– Penguasaan moral, diperoleh dengan berbagai latihan: kemauan yang kokoh dan kesetiaan yang kokoh.
– Penguasaan amal, dicapai melalui: pergerakan yang berkelanjutan dan kesadaran berkorban.
&

Unsur- unsur Dakwah

7 Nov

Sarah Rasmul Bayan Tarbiyah; Jasiman Lc.

Unsur-unsur dakwah yang paling utama dapat kita pahami di antaranya dari ayat-ayat tentang dakwah. “Katakanlah [hai Muhammad], ‘Inilah jalan [agama]ku. Aku dan orang-orang yang mengikuti ku mengajak [kamu] kepada Allah atas dasar bashirah [hujjah yang nyata]. Mahasuci Allah, aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf: 108)

Anasir-anasir tersebut tersirat pada lafadz-lafadz yang ada di dalamnya, yaitu:

– Qul [katakanlah], mengisyaratkan syari’atud dakwah [legalitas dakwah], yaitu bahwa dakwah merupakan hal yang diperintahkan oleh Allah.

– HaadziHii sabili [inilah jalanku], menunjukkan risalah [misi] dakwah yang harus dikerjakan secara baik dan tidak menggunakan jalan lain karena Islam hanya satu, harus diikuti, dan tidak boleh mengikuti jalan lain yang akan menyesatkan.

– Ad’u [aku mengajak], menggunakan fi’il mudhari’. Ini memberi petunjuk bahwa dakwah adalah gerak yang berkelanjutan. Tidak ada kata berhenti dalam dakwah. Bergerak mencapai tujuan, bila sudah tercapai, tetap bekerja untuk memelihara dan meningkatkan kualitas-kuantitasnya. Demikian hingga Allah mewarisi bumi ini berikut isinya.

– ilallaaH [kepada Allah], menunjuk tujuan akhir yang benar dalam dakwah yaitu mencapai ridla Allah. Dakwah adalah proyek Allah, maka dakwah harus dimaksudkan untuk mendapat ridla dan balasan hanya dari-Nya. Keuntungan dunia hanya merupakan efek yang betapapun besarnya tetap kecil dibanding pahala dan keridlaan Allah.

– ‘Alaa bashirah [atas dasar hujjah yang nyata], menunjukkan bahwa dakwah harus didasarkan pada minhaj [pedoman dan konsepsi yang jelas] bukan dogma. Ini penting agar orang menentukan pilihan atas dasar kesadarannya.

– Ana [aku], menunjukkan qiyadah [pemimpin] yang tulus ikhlas dalam dakwah, tidak mengharap selain ridla Allah. Rasulullah saw. adalah sebaik-baik referensi, sebaik-baik teladan. Untuk dakwahnya beliau telah mengorbankan segala yang mahal dan berharga, jiwa, harta dan raganya.

– Wa manittaba’ani [dan orang-orang ang mengikutiku], menunjuk pendukung dan pasukan yang taat. Dakwah tidak akan dapat mewujudkan tujuannya bila tidak didukung oleh tentaranya yang taat.

– subhaanallaaH [Mahasuci Allah], menunjukkan dedikasi dan totalitas yang harus diberikan untuk dakwah.

Wa maa ana minal musyrikiin (“Aku tidak termasuk orang yang syirik”), menunjukkan semangat dan target dakwah yaitu tauhid, membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk. Dakwah merupakan perwujudan penghambaan kepada al-Khaliq semata.

&

Penegakan Agama

7 Nov

Sarah Rasmul Bayan Tarbiyah; Jasiman Lc.

Agama yang paling sempurna ini diturunkan ke bumi untuk dimenangkan atas agama-agama lain. Akan tetapi sunnatullah telah menentukan bahwa sesempurna apapun suatu konsepsi, ia membutuhkan junud dan rijaal yang menegakkannya di muka bumi. Rasulullah saw. telah memimpin rijaal yang taat itu dalam upaya penegakkannya melalui beberapa tahapan dengan agenda-agenda berikut:

1. Marhalah Makkah (Tahap Peletakan Dasar-dasar Agama)
Yang dilakukan pada tahab ini adalah menyebarkan prinsip dan kaidah-kaidah Islam yang hanif; pembentukan pribadi muslim yang militan; membentuk jamaah yang solid; merahasiakan struktur; menghindari bentrok dengan lawan; menjauhi medan pertempuran; sabar terhadap cobaan dan siksaan; mencari potensi kekuatan jamaah; dan membangun basis sosial.

Hijrah adalah titik tolak perubahan. Hijrah yang dilakukan meliputi:
a. Hijrah maknawiyah [mentalitas dan semangat] yaitu hijrah dari kegelapan kepada cahaya, dari kekufuran kepada iman; dari syirik kepada tauhid; dari kebatilan kepada kebenaran; dari nifakq kepada istiqamah; dan dari maksiat kepada taat; dan dari individual kepada jamaah.
b. Hijrah makaniyah [tempat] yang dimaksudkan adalah tempat berpijak sementara untuk mendapatkan basis masyarakat pendukung dan wilayah.

2. Marhalah Madinah (Tahap Kemapanan)
Yang dimaksud pada tahapan ini adalah basis masyarakat [pendukung]; basis bumi [wilayah]; kekuatan yang mampu untuk membela; struktur negara; dan dakwah yang sempurna.

&

Pilar-Pilar Kebangkitan Umat

7 Nov

Sarah Rasmul Bayan Tarbiyah; Jasiman Lc.

Umat Islam akan mengalami kebangkitan kembali apabila yang dilakukan dapat mencapai dan menegakkan pilar-pilar kebangkitan, yakni:

1. Kebangkitan ruhiyah
Kebangkitan ruhiyah dicapai dengan membangun mentalitas umat melalui pembinaan aqidah yang benar. Ruhiyah merupakan aspek terpenting dan paling fundamental bagi kebangkitan umat. Karena itu ia harus mendapatkan skala prioritas dalam usaha meraih kejayaan kembali. Rasulullah saw. mengatakan bahwa di dalam jasad ada segumpal daging yang apabila baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia rusak, akan rusaklah seluruh jasad. Segumpal daging itu adalah hati. Di dalam hatilah bersemayam ruh, inilah yang harus disiram agar segar mewangi bumi.

2. Kebangkitan fikrah
Kebangkitan fikrah meliputi segala aspek intelektual umat. Untuk meraih kejayaannya kembali mereka harus mengejar ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan. Mereka harus tekun belajar, baik pengetahuan tentang agamanya maupun ilmu-ilmu dunia.

3. Penguasaan teoritis
Ketergantungan umat pada non muslim dalam bidang pengetahuan dan teknologi menyebabkan mereka tetap terjajah secara intelektual. Untuk itu maka umat harus memiliki penguasaan teori-metodologi terhadap konsep-konsep dan filosofi ilmu di setiap ranah pengetahuan. Upaya ini harus mendapat perhatian khusus. Agenda ini adalah kerja besar demi mencapai kebangkitan umat, hingga ada di antara mereka yang memiliki spesifikasi di berbagai bidang .

4. Pemahaman lapangan
Di samping penguasaan teori dan konsepsi, umat juga harus memiliki pemahaman lapangan yang baik melalui pengalaman-pengalaman dan praktek yang mereka lakukan.

5. Menyusun langkah
Apabila aspek-aspek kebangkitan di atas telah terpenuhi, selanjutnya kaum muslimin dituntut untuk bisa melakukan perencanaan yang baik dengan menyusun langkah-langkah strategis nan terstruktur bagi pencapaian tujuan.
Kebenaran yang tidak tersusun rapi akan dikalahkan oleh kebathilan yang ditata dengan rapi.

6. Struktur yang kokoh
Struktur yang kokoh akan memungkinkan tercapainya pengorganisasian potensi dan kerja yang maksimal. Semua gerak amal ini akan dipelopori oleh karakah yang memandu kebangkitannya.

&

Dasar-Dasar Tarbiyah Takwiniyah

7 Nov

Sarah Rasmul Bayan Tarbiyah; Jasiman Lc.

Dakwah takwiniyah belum banyak dipahami kaum muslimin, termasuk para da’inya. Padahal dakwah Rasulullah saw. bukan dakwah informatif dan teroritis. Sejak awal perjuangannya Rasulullah saw. memahami bahwa fikrah, nilai-nilai, ajaran, dan konsepsi Islam harus diimplementasikan dalam hidup keseharian sehingga dapat mewujudkan rahmatan lil ‘aalamiin. Maka Rasulullah saw. merekrut kader yang siap menerapkannya dalam kehidupan mereka, memperjuangankannya, membelanya dan menyebarkannya ke seluruh alam.
Di antara dalil-dalil dakwah takwiniyah:

“Hendaklah ada di antara kalian yang mengajak kepada Islam, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar.” (Ali ‘Imraan: 104)

“Di dalam [masjid itu] ada rijaal [orang-orang] yang suka membersihkan diri.” (at-Taubah: 108)

“Di antara kaum mukminin ada rijal yang telah menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang telah syahid, dan di antaranya masih menunggu.” (al-Hujuraat: 15)

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman itu jiwa dan harta mereka bahwa mereka akan mendapat syurga. Mereka berperang, membunuh dan dibunuh.” (at-Taubah: 111)

“Orang-orang yang bertaubat lagi beribadah, memuji, berjihad di jalan Allah, rukuk, sujud, menyuruh yang ma’ruf, dan melarang yang munkar.” (at-Taubah: 112)

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untk manusia, kalian memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang munkar dan beriman kepada Allah.” (Ali ‘Imraan: 110)

Rijal dengan karakteristik seperti di atas tidak akan lahir dengan sendirinya apabila tidak ada upaya sadar untuk melahirkannya. Dakwah ini harus disertai dengan usaha sadar untuk melahirkan mereka melalui tarbiyah takwiniyah islamiyah yang manhaji.

&