PINTU- PINTU NERAKA
Kata Ibnul Mubarak pula: dan telah mengabarkan kepada kami, Ibrahim bin Harun al-Ghanawi, dia berkata: “Saya mendengar Haththan bin Abdullah ar-Raqqasyi berkata: Saya mendengar Ali berkata: “Tahukah kamu sekalin, bagaimana keadaan pintu-pintu neraka jahanam?”
“Seperti pintu-pintu kita ini.” Kata Haththan, tapi Ali membantah, “Tidak, tetapi seperti ini, yang satu berada di atas yang lain.” (az-Zuhd, karya Ibnul Mubarak [294])
NAMA-NAMA NERAKA
Menurut para ulama, bahwa jahanam adalah neraka tingkat paling tinggi, dikhususkan untuk orang-orang yang durhaka dari umat Muhammad saw. Jahanam lah neraka yang akhirnya akan kosong dari penghuni lalu angin bertiup menggerakkan pintu-pintunya. Di bawah jahanam adalah neraka Ladhaa. Disusul berturut-turut: Huthamah, Sa’ir, Saqar, Jahim dan paling bawah neraka Hawiyah.
Terkadang tingkatan-tingkatan neraka tersebut disebut juga derajat berdasarkan firman Allah: “Dan bagi masing-masing mereka derajat sesuai apa yang telah mereka kerjakan.” (al-Ahqaaf: 19)
Dalam kitab-kitab zuhud dan raqa’iq terdapat nama-nama lain untuk tingkatan tersebut, dan nama-nama para penghuninya masing-masing dari berbagai golongan agama menurut urutan tertentu. Tapi sebenarnya itu tidak diriwayatkan dalam atsar yang shahih.
Contohnya adh-Dhahhak berkata: “Tingkat tertinggi ditempati umat Muhammad saw, di tingkat kedua derajatnya umat Nasrani, dan seterusnya di tingkat ketiga umat Yahudi, di tingkat keempat umat Shabi’ah, di tingkat kelima umat Majusi, di tingkat keenam kaum musyrik Arab, dan di tingkat ketujuh kaum munafik.”
Dan Mu’adz bin Jabal menuturkan tentang para ulama yang jahat [Ulama’ as-suu’] dia berkata: “Sesungguhnya di antara para ulama ada yang apabila memberi nasehat mempersulit, dan apabila dinasehati meremehkan. Orang-orang seperti itu ada di neraka tingkat pertama.
Di antara para ulama itu ada pula yang menjadikan ilmunya sebagai alat untuk meraih kekuasaan, dia ada di neraka tingkat kedua.
Di antara para ulama ada lagi yang menyembunyikan ilmunya, dia berada di neraka tingkat ketiga.
Di antara para ulama ada yang memilih ilmu dan perkataan menarik, untuk memperoleh pengaruh dari orang-orang terkemuka, dan memandang tidak ada tempat bagi rakyat jelata. Ulama seperti ini berada di neraka tingkat keempat.
Di antara para ulama ada yang mempelajari perkataan dan hadits-hadits yang sebenarnya hanya perkataan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, agar seolah-olah memiliki banyak hadits. Mereka berada di neraka tingkat kelima.
Di antara ulama ada yang mengangkat dirinya sebagai mufti, dia katakan kepada masyarakat: “Tanyakan kepadaku.” Orang seperti inilah yang dicatat di sisi Allah termasuk mereka yang mengada-ada. Allah tidak menyukai orang yang mengada-ada. Oleh karena itu mereka berada di tingkat keenam.
Ada ulama yang menjadikan ilmunya sebagai pembungkus kepribadian dan akalnya yang busuk, dialah yang berada di nereka tingkat ketujuh.”
Agaknya perkataan ini telah disampaikan tidak hanya oleh seorang ulama saja. Imam Samsuddin al-Qurtubi mengatakan bahwa perkataan seperti ini tentu tidak dapat didasarkan pada akal semata, tetapi bersifat tauqifi [bergantung pada dalil].
ARTI KATA JAHANAM
Perlu diterangkan disini bahwa di antara nama-nama neraka tersebut, ada nama-nama yang bila disebutkan [dalam al-Qur’an atau as-Sunnah] maka yang dimaksud adalah neraka secara keseluruhan, seperti jahanam, saqar, ladhaa, dan samum. Nama-nama ini bukanlah nama salah satu pintu neraka, yang menafikkan pintu-pintu lainnya. Perhatikanlah, karena di dalam al-Qur’an dinyatakan: wa waqaanaa ‘adzaabas samuum (“Dan Allah memelihara kami dari adzab Samum.”) (ath-Thuur: 27)
Maksudnya dari adzab neraka keseluruhan, seperti yang disebutkan tadi. Semoga Allah menyelamatkan kita dari neraka manapun, dengan karunia dan kemurahan-Nya. Amiiin.
Tinggalkan Balasan