At-Tadzkirah; Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi; Imam Syamsuddin al-Qurthubi
TINGKAT-TINGKAT NERAKA
Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu [ditempatkan] pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-sekali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (an-Nisaa’: 145)
Neraka itu ada tujuh tingkat atau tempat tinggal. Allah Ta’ala menyebutnya dark, bukan darajat, karena orang-orang Arab menyebutkan tingkatan-tingkatan yang rendah dengan dark, dan tingkatan-tingkatan yang tinggi dengan darajat. Oleh karena itu Allah katakan surga itu mempunyai derajat, dan neraka mempunyai dark. Orang-orang munafik dinyatakan: fii darkil asfali minan naar (yang berada di neraka tingkatan paling rendah) yaitu neraka Hawiyah, karena kekafiran mereka sangat berat, banyak bencana yang telah mereka timbulkan dan seringnya mereka menyakiti kaum mukminin.
Dan menurut Ibnu Wahab, dia berkata: telah bercerita kepadaku, Ibnu Yazid, dia berkata: Ka’ab al Ahbar berkata: “Sesungguhnya di neraka ada sebuah sumur yang belum pernah dibuka pintu-pintunya. Pintu itu selalu tertutup. Sejak Allah menciptakan sumur itu, tidak seharipun yang lewat, kecuali neraka jahanam memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan isi sumur itu. Rupanya jahanam takut kalau sumur itu tiba-tiba terbuka, lalu menimbulkan adzab Allah yang dia sendiri takkan sanggup dan takkan tahan menanggungnya. Sumur itu kiranya tempat tinggal paling rendah dalam neraka.”
Ibnul Mubarak menuturkan: telah mengabarkan kepada kami, Sufyan, dari Salamah bin Kuhail, dari Khaitsamah, dari Ibnu Mas’ud ra. tentang firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu [ditempatkan] pada tingkatan yang paling rendah dari neraka. dan kamu sekali-sekali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (an-Nisaa’: 145)
Dia katakan, bahwa tingkatan paling rendah itu terdiri dari peti-peti besi untuk menyekap orang-orang munafik rapat-rapat, di neraka paling bawah sana. (isnad hadits ini dlaif: az Zuhd, karya Ibnul Mubarak [300]. Khaitsamah tidak pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud, sebagaimana dinyatakan oleh Ahmad dan Abu Hatim).
Tinggalkan Balasan