Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat; Abdurrahman An-Nahlawi
1. Islam memiliki kejelasan pemikiran yang menjadi landasan hidup seorang muslim. Artinya seorang muslim menganut pikiran tersebut, mempercayainya, mengikuti peringatannya, dan menyerukannya secara hati-hati. Karena hanya pikiran itulah yang mengontrol segala perilaku dan perbuatan manusia.
2. Islam memiliki kelogisan aqidah dan kesesuaiannya dengan fitrah, akal, dan jiwa manusiawi.
3. Islam memiliki obyek keyakinan yang jelas karena disajikan secara memuaskan lewat al-Qur’an yang dengannya manusia akan menyaksikan realitas sebagai bahan perenungan serta mengantarkan manusia pada pengetahuan tentang kekuasaan dan kekuasaan Allah sesuai dengan tabiat psikologis dan fitrah keagamaan manusia. Jika seorang manusia merenungkan firman Allah, ia akan menemukan bahwa al-Qur’an menjadikan dirinya sebagai bahan renungan sehingga ia mampu melihat bagaimana Allah menciptakan dirinya dari segumpal darah, mengajarinya membaca, menulis dan mendayagunakan semesta, dan dapat mendidik serta bagaimana Allah menciptakan dan membentuk dirinya dalam rahim ibu melalui beberapa fase perkembangan sehingga posturnya menjadi sesempurna sekarang dan lahir dalam keadaan tidak mengetahui apapun, kemudian dewasa hingga tiba-tiba menjadi musuh yang nyata.
4. Jika di antara kita ada yang bertanya-tanya, mengapa al-Qur’an menggunakan dialog yang menyentuh perasaan dan emosional serta membahas akal dan pengalaman yang mampu mengalirkan air mata dan menimbulkan getaran hati tatkala semuanay diungkapan secara berulang-ulang, terutama tentang alam semesta dan diri? Sesungguhnya, pengulangan gambaran dan alam semesta dan manusia secara variatif dalam berbagai kondisi tidak hanya untuk mengenalkan aspek budaya kepada manusia atau untuk dikompetisikan dengan budaya atau filsafat lain agar keunggulan logika al-Qur’an dapat dipertahankan dan kemampuan argumentasinya mampu mengalahkan budaya lain, atau dimaksudkan untuk melatih akal manusia melalui penghafalan danpemahaman.
Lebih dari itu metode tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut menjadi gerak pemikiran dan perasaan yang mendorong realisasinya dalam dunia realitas. Tegasnya agar manusia mewujudkan penghambaannya kepada Allah yang tidak menjadikan gambaran semesta yang mengagumkan ini kecuali sebagai peringatan bagi manusia yang tidak takut. Dengan demikian, manusia menuju amal alami yang terejawantahkan dalam perwujudan keadilan dan syariat Ilahi dalam kehidupan manusia serta pemakmuran semesta.
Penyajian ayat-ayat Allah tentang semesta, seperti dikatakan oleh Sayyid Quthub, dimaksudkan: “Agar manusia kembali kepada Allah, kepada manhaj-Nya yang diperuntukkan bagi manusia, dan pada ketinggian dan kemuliaan hidup yang sejalan dengan kemuliaan yang ditetapkan Allah bagi manusia dalam suatu periode sejarah. Jika gambaran tersebut menjadi sebuah kenyataan, hal itu akan tergambar pada suatu umat yang akan memimpin umat manusia lainnya menuju kebaikan, kemaslahatan dan perkembangan.”
Mengingat begitu pentingnya kedudukan pendidikan dalam hidup manusia, hendaknya pembahasan masalah tersebut menjadi salah satu seruan yang dapat meninggalkan dampak praktis bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sehingga dalam melakukann kegiatannya, mereka memegang teguh manhaj pendidikan Islam. Karena itu, pembahasan masalah tersebut hendaknya didominasi oleh metode Qur’ani sehingga manusia memahami tanda-tanda kebesaran dan keesaan Allah sebagai basis penghambaan kepada-Nya.
Selain itu dapat juga kita menyertakan pendapat-pendapat para shahabat dan tabi’in, terutama konsep pendidikan yang berhubungan dengan kehidupan manusia di alam semesta ini. Biarkan pengyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh manusia mendapat pemecahan masalah dari al-Qur’an sehingga terbuktilah bahwa manhaj Islam, dengan keluasan dan kesempurnaannya, mampu membangkitkan kehidupan manusia dan masyarakatnya secara keseluruhan serta mampu memecahkan setiap permasalahan umat manusia.
Tinggalkan Balasan