Arsip | 13.01

Siksa Neraka

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Adapun penghuni neraka, maka cukup satu sifat yang menggambarkan betapa ngerinya neraka, yang merupakan seburuk-buruk tempat untuk menetap dan tinggal. Lebih jelasnya, simaklah firman Allah Ta’ala berikut ini:

قال الله تعالى : ﴿ وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ٦٥ إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا ﴾ [الفرقان: 65-66]

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, jauhkan adzab Jahanam dari kami, Sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman”. (QS al-Furqaan: 65-66).

a. Jahanam adalah penjara yang menyesakkan bagi penghuninya. Sebagaimana yang Allah Ta’ala nyatakan dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَإِنۡ عُدتُّمۡ عُدۡنَاۚ وَجَعَلۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَٰفِرِينَ حَصِيرًا ﴾ [الإسراء: 8]

“Dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazdabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS al-Israa’: 8).

Dalam surat al-Humazah dijelaskan:

قال الله تعالى : ﴿ كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ ٤ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡحُطَمَةُ ٥ نَارُ ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةِ ٧ إِنَّهَا عَلَيۡهِم مُّؤۡصَدَةٞ ٨ ﴾ [الهمزة: ٤، ٨]

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?. (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan. Yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka”. (QS al-Humazah: 4-8).

b. Pakaian mereka terbuat dari api yang menyala-nyala. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿ هَٰذَانِ خَصۡمَانِ ٱخۡتَصَمُواْ فِي رَبِّهِمۡۖ فَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ قُطِّعَتۡ لَهُمۡ ثِيَابٞ مِّن نَّارٖ يُصَبُّ مِن فَوۡقِ رُءُوسِهِمُ ٱلۡحَمِيمُ ﴾ [الحج: 19]

“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka”. (QS al-Hajj: 19).

c. Selimut serta kasur mereka terbuat dari api neraka. Allah Azza wa jalla berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ لَهُم مِّن جَهَنَّمَ مِهَادٞ وَمِن فَوۡقِهِمۡ غَوَاشٖۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلظَّٰلِمِينَ ﴾ [الأعراف: 41]

“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim”. (QS al-A’raaf: 41).

d. Makanan mereka adalah api neraka. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ إِنَّ شَجَرَتَ ٱلزَّقُّومِ . طَعَامُ ٱلۡأَثِيمِ . كَٱلۡمُهۡلِ يَغۡلِي فِي ٱلۡبُطُونِ . كَغَلۡيِ ٱلۡحَمِيمِ ﴾ [الدخان: 43-46]

“Sesungguhnya pohon Zaqqum itu. Makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut. Seperti mendidihnya air yang amat panas”. (QS ad-Dukhaan: 43-46).

Dalam kesempatan Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ أَذَٰلِكَ خَيۡرٞ نُّزُلًا أَمۡ شَجَرَةُ ٱلزَّقُّومِ ٦٢ إِنَّا جَعَلۡنَٰهَا فِتۡنَةٗ لِّلظَّٰلِمِينَ ٦٣ إِنَّهَا شَجَرَةٞ تَخۡرُجُ فِيٓ أَصۡلِ ٱلۡجَحِيمِ ٦٤ طَلۡعُهَا كَأَنَّهُۥ رُءُوسُ ٱلشَّيَٰطِينِ ٦٥ فَإِنَّهُمۡ لَأٓكِلُونَ مِنۡهَا فَمَالِ‍ُٔونَ مِنۡهَا ٱلۡبُطُونَ ﴾ [الصفات: 62-66]

“(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon Zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon Zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, Maka mereka memenuhi perutnya dengan buah Zaqqum itu”. (QS ash-Shaffaat: 62-66).

e. Sedangkan minuman mereka adalah air panas yang menggelegak. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ فَإِنَّهُمۡ لَأٓكِلُونَ مِنۡهَا فَمَالِ‍ُٔونَ مِنۡهَا ٱلۡبُطُونَ ٦٦ ثُمَّ إِنَّ لَهُمۡ عَلَيۡهَا لَشَوۡبٗا مِّنۡ حَمِيمٖ﴾ [الصفات: 66-67]

“Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, Maka mereka memenuhi perutnya dengan buah Zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon Zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas”. (QS ash-Shaaffat: 66-67).

f. Bila mereka angkat bejana untuk meminumnya maka kulit wajahnya mengelupas karena kepanasan. Perhatikan firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ﴾ [الكهف: 29]

“Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (QS al-Kahfi: 29).

g. Maka apabila mereka memaksa untuk minum, dikarenakan tidak tahan lagi menahan rasa haus, terputuslah usus mereka. Sebagaimana yang digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمٗا فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ ﴾ [محمد:15]

“Sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya”. (QS Muhammad: 15).

h. Mereka di antara dua keadaan, tidak mati tidak pula hidup. Sebagaimana firmanNya yang artinya:

“Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup”. (QS al-A’laa: 13).

Seorang penyair mengatakan dalam bait syairnya:
Ketahuilah, ketika jiwa tak mati sehingga bisa bebas
Tidak pula hidup, dengan merasakan hidupnya

Neraka adalah kampung kemurkaan Allah atas penghuninya, Allah tidak pernah ridho terhadap mereka selama-lamanya.

&

Kenikmatan Penduduk Surga (5)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٞ مُّخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيۡتَهُمۡ حَسِبۡتَهُمۡ لُؤۡلُؤٗا مَّنثُورٗا ﴾ [الإنسان :19 ]

“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda, apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan”. (QS al-Insaan: 19).

Allah Ta’ala juga berfirman yang kaitannya sama dengan diatas:

قال الله تعالى : ﴿ وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ غِلۡمَانٞ لَّهُمۡ كَأَنَّهُمۡ لُؤۡلُؤٞ مَّكۡنُون ﴾ [سورة الطور : 24]

“Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan”. (QS ath-Thuur: 24).

 Tidak ada kesibukkan bagi penduduk surga melainkan hanya untuk bersenang-senang dengan makanan dan minum serta berhubungan badan bersama istri-istrinya. Allah Tabaraka wa ta’ala mengatakan dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ مُتَّكِ‍ِٔينَ فِيهَا يَدۡعُونَ فِيهَا بِفَٰكِهَةٖ كَثِيرَةٖ وَشَرَابٖ ٥١ ۞وَعِندَهُمۡ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ أَتۡرَابٌ ٥٢ هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ ٥٣ إِنَّ هَٰذَا لَرِزۡقُنَا مَا لَهُۥ مِن نَّفَادٍ ﴾ [سورة ص : 51 – 54]

“Di dalam surga mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya”. (QS Shaad: 51-54).

Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam bait qasidahnya:
Wanita, khamr, daging serta buah, disana
Bersama segala keindahan nan abadi

Dan sebagaimana hadits yang terdahulu, Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( يَأْكُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ وَلاَ يَبُولُونَ وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَاكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالْحَمْدَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ )) ، قَالَ وَفِى حَدِيثِ حَجَّاجٍ «طَعَامُهُمْ ذَلِكَ » [رواه مسلم].

“Penghuni surga memakan serta minuman didalamnya, namun mereka tidak pernah kencing, dan buang air besar tidak pula mengeluarkan ingus hanya saja mereka mengeluarkan keringat yang wangi bagaikan minyak misk, mereka bernafas dengan ucapan tasbih dan tahmid bagaikan jiwa bernafas. Dalam salah satu riwayat Hajjaj dikatakan: ‘Dan itulah makanannya”. (HR Muslim no: 7333. Dalam Bab: Fii Shifatil Jannah.)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman akan hal itu:

قال الله تعالى : ﴿ إِنَّ أَصۡحَٰبَ ٱلۡجَنَّةِ ٱلۡيَوۡمَ فِي شُغُلٖ فَٰكِهُونَ ٥٥ هُمۡ وَأَزۡوَٰجُهُمۡ فِي ظِلَٰلٍ عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ مُتَّكِ‍ُٔونَ ٥٦ لَهُمۡ فِيهَا فَٰكِهَةٞ وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ ﴾ [سورة يس : 55-57]

“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta”. (QS Yaasin: 55-57).

Abdullah bin Abbas pernah ditanya tentang kesibukan para penghuni surga, manakala mereka sudah tidak dibebani kewajiban apapun oleh Allah Ta’ala, dimana beban taklif sudah diangkat olehNya, maka beliau menjawab dengan jawaban yang membikin kita semua tergiur, beliau mengatakan: “Kesibukan penduduk surga hanya makan dan minum serta merobek keperawanan istri-istrinya ditepi pantai yang mengalir dibawahnya”. (Di nukil dari kitab al-Mathaalibul Aliyah bii Zawaaidil Masaanid Tsamaniyah 5/54.)

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh para sahabatnya; ‘Apakah penduduk surga menyentuh (berjima’) dengan istri-istrinya? Beliau bersabda:

أَنَّ ِالنَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ سُئِلَ: (( هَلْ يَمَسُّ أَهْلُ الْجَنَّةِ أَزْوَاجَهُمْ ؟ قَالَ : نَعَمْ ، بِذَكَرٍ لاَ يَمَلُّ ، فَرْجٍ لاَ يُحْفَى ، وَشَهْوَةٍ لاَ تَنْقَطِعُ ) [ رواه أبو نعيم ]

‘Ia, dengan keperkasaan yang tidak pernah bosan, dan kemaluan yang selalu perawan serta syahwat yang selalu bergejolak tak pernah usai”. (HR Abu Nu’aim.)

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Di beritakan pada kita, kalau kesibukan mereka
Telah datang di Yaasin, tanpa penjelas
Sibuk, bagaikan pengantin baru, tatkala
Selesai bersua bersama saudaranya dipasar
Yang telah menyibukannya, dan hartanya
Senantiasa muda, dan yang penting
Telah pergi, penyakit dan tiap kesulitan

Penduduk surga akan memperoleh di taman-taman surga rumah yan mengalir dibawahnya sungai serta diisi oleh para bidadari yang cantik, ia bebas masuk kedalamnya lalu menggaulinya sesenang hatinya.

Diriwayatkan dari Abu Musa al-As’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قَالَ النَّبِىَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِى الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ طُولُهَا سِتُّونَ مِيلاً لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ فَلاَ يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا )) [ رواه مسلم ]

“Sesungguhnya bagi seorang mukmin disurga kelak akan mendapat rumah yang terbuat dari mutiara kering, yang panjangnya enam puluh mil. Dan di dalamnya ada sitri-istrinya yang menunggu, ia bisa menggilirnya, dan mereka tidak bisa melihat satu sama yang lainnya”. (HR Muslim no: 7338. Dalam Bab: Shifatu Khiyam Ahlil Jannah.)

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Istananya menyatu bersama taman- taman surga
Berada di tepi sungai yang mengalir dibawahnya
Tinggi diangkasa, menjulang sejauh enam puluh mil
Yang pada tiap pojoknya ada bidadari nan jelita

Melambai mesra, namun tak terlihat
Yang lainnya, karena luasnya tempat disana
Allah bagikan untuk mu, duhai
Hati yang merindu dan berharap dengannya

 Mereka berubah menjadi lebih bagus, elok dan tampan yang tidak bisa disifati dengan untaian kata-kata.

Hal itu berdasarkan haditsnya Anas bin Malik yang terdahulu, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : (( إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِى وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً. فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً )) [ رواه مسلم ]

“Sesungguhnya disurga ada sebuah pasar, yang biasa dikunjungi oleh penduduknya tiap hari jum’at. Manakala angin dari sebelah kirinya berhembus menerpa wajah-wajah serta pakaian mereka, maka hal itu, menjadikan rupa mereka bertambah indah tampan, sehingga tatkala mereka kembali kerumah, sedangkan mereka telah bertambah bagus dan tampan, keluarganya menyambut sambil mengatakan; ‘Demi Allah, sungguh engkau telah bertambah bagus dan tampan’. Mereka menjawab; ‘Dan kalian, sungguh demi Allah, juga bertambah cantik dan menggairahkan”. (HR Muslim no: 7324. Dalam Bab: Fii Suuqil Jannah.)

 Dan yang paling utama dari sekian banyak kenikmatan yang diperoleh, yaitu bisa melihat wajah Rabbnya Yang Maha Mulia tanpa terhalangi.

Dalam sebuah ayat, dengan tegas Allah menjelaskan akan hal tersebut:

قال الله تعالى: ﴿ وُجُوهٞ يَوۡمَئِذٖ نَّاضِرَةٌ . إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٞ ﴾ [سورة القيامة : 22-23]

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat”. (QS al-Qiyamah: 22-23).

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Mereka melihat Rabb berada diatasnya
Dengan mata telanjang, tak ada samar
Al-Qahthani juga mengatakan dalam rangkaian bait qasidahnya:
Pada hari itu Allah akan kita lihat, seperti kita melihat
Bulan di malam purnama nan terang

Dalam sebuah hadits dijelaskan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ أَنَّ نَاسًا قَالُوا: (( يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : هَلْ تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ. قَالُوا لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ : هَلْ تُضَارُّونَ فِى الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ . قَالُوا لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ : فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ كَذَلِكَ )) [رواه البخاري و مسلم]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam; ‘Wahai Rasulallah, apakah kita bisa melihat Rabb kami esok pada hari kiamat? Beliau justru melontarkan pertanyaan balik: ‘Apakah kalian merasa kesulitan untuk melihat bulan pada malam purnama? Mereka menjawa; ‘Tidak, Wahai Rasullah’. Beliau bertanya kembali; ‘Apakah kalian merasa kesulitan untuk bisa melihat matahari pada siang hari yang cerah? Tidak wahai Rasulallah, jawab mereka. Beliau lalu bersabda: ‘Sesungguhnya kalian akan melihat Rabbmu, sama seperti melihat keduanya (tanpa kerepotan)”. (HR Bukhari no: 7437. Dan Muslim no: 469. Dalam Bab: Ma’rifatu Thariqir Ru’yah.)

Berkata al-Hafidh al-Hakami dalam qasidahnya:
Sungguh Allah pasti akan dilihat dengan mata telanjang
Di Surga Firdaus, tanpa ada yang memungkiri
Semua menyaksikan dengan kebenaran mata
Sama seperti berita dalam al-Qur’an
Dan perkataan sayidul Anam
Tanpa ada keraguan lagi kebimbangan
Melihat Rabb tanpa terhalangi
Bagaikan melihat mentari diterik tak berawan

Maka siapapun orangnya yang beriman, yang menginginkan bisa meraih kenikmatan surga yang tiada batas tersebut, hendaknya beramal sholeh karena itulah kuncinya.
Dalam sebuah hadits dijelaskan, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قالَ رسولَ الله ِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( ألا مُشَمِّرٌ إلى الجنَّةِ فإنَّ الجنَّة َ لا حظرَ لها هيَ وربِّ الكعبةِ نورٌ يتلألأ ورَيْحَانَة ٌ تَهتزُّ وقَصْرٌ مشِيدٌ وثمرة ٌ نضيجة ٌ وزوجة ٌ حسناءُ جميلة ٌ وحُلَلٌ كثيرة ٌ في دار ٍ سليمةٍ وفاكهةٍ وخَضْرَةٍ وحَبْرَةٍ ونَعْمَةٍ ومَحَلَةٍ عَالِيةٍ بَهِّيةٍ . قالوا: نعمْ يا رسولَ اللهِ نحنُ المُشَمِّرُون. فقالَ: قولُوا إنْ شاءَ الله! فقالَ القومُ: إنْ شاءَ الله)) [ رواهُ البزارُ وبنُ ماجه ]

“Wahai para pendaki surga, ketahuilah sesungguhnya surga itu tidak pernah terbayang dalam benak, demi Rabb pemilik Ka’bah, dia adalah cahaya yang terang, baunya semerbak, (didalamnya) ada istana megah, buah-buahan siap panen, istri yang cantik lagi jelita, serta pakaian yang banyak, di kampung keselamatan, nan banyak buahnya, hijau, penuh suka cita, kenikmatan, dan tempat yang tinggi. Para sahabat: ‘Benar wahai Rasulalllah, kami adalah para pendaki surga’. Rasulallah mengatakan: ‘Katakan Insya Allah’. Berkata para Sahabat; ‘Insya Allah’. (HR Ibnu Majah dan al-Bazaar.)

Inilah, sebagian gambaran nikmat yang ada di dalam surga, di mana ada begitu banyak nikmat-nikmat tersebut yang tak tergambar baik dari al-Qur’an maupun Sunnah. Hal tersebut, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa ta’ala firmankan:

قال الله تعالى : ﴿ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴾ [السجدة: 17]

“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan”. (QS as-Sajdah: 17).

Yang menegaskan pada kita akan hal tersebut, adalah sebuah hadits Qudsi yang di riwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menukil dari Rabbnya:

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ))
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ قوله تعالى : ﴿ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ ﴾ [ سورة السجدة : 17] [ رواه البخاري ومسلم ]

“Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman; ‘Aku telah persiapkan bagi para hambaKu yang sholeh (surga) yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pula pernah terdengar oleh pendengaran, dan tidak pernah terlintas dibenak seseorang’.

Abu Hurairah mengatakan; ‘Jika kalian ingin bacalah firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴾ [السجدة: 17]

“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan”. (QS as-Sajdah: 17). (HR Bukhari no: 4779. Muslim no: 7310. Dalam Bab: al-Jannah wa Shifatu Na’imihaa.)

Demikian juga sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِىَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَنْعَمُ لاَ يَبْأَسُ لاَ تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلاَ يَفْنَى شَبَابُهُ )) [ رواه مسلم ]

“Barangsiapa yang masuk surga, ia akan memperoleh kenikmatan yang tak ada hentinya, pakaiannya tidak pernah kotor, dan senantiasa awet muda”. (HR Muslim no: 7335, Dalam Bab: Fii Dawami Na’imi Ahlil Jannah.)

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Surga, sungguh ia tak pernah terlihat oleh mata
Tidak pula, terdengar oleh dua telinga
Apalagi terbetik dalam khayal manusia
Tentu lebih sulit lagi merangkainya dengan kata-kata

Al-Hafidh al-Hakami mengatakan:
Kampung yang tak pernah terlihat mata
Tidak pula terdengar oleh telinga
Bangunannya dari emas dan perak
Penghuninya tak pernah sakit lagi bising
Sedangkan debunya dari za’faran
Dan masih banyak kenikmatan yang lainnya

&

Kenikmatan Penduduk Surga (4)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Inilah wanita yang ada disurga kelak, adapun engkau wahai para pecinta wanita, rayuan dan godaan mereka, janganlah mengecoh langkah kalian, kalaupun kita semua mendapati kekeliruan maka dengarkanlah firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿ قَالَ لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ ﴾ [يوسف: 92]

“Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Para Penyayang”. (QS Yusuf: 92).

Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam bait qasidahnya:
Duhai orang yang membiarkan hawa nafsunya
Engkau biarkan dirimu telanjang dihadapan orang
Jangan engkau tukar rupa menawan dengan penyakit
Yang nampak setelah memakan barang haram
Jelek perbuatannya dalam pandangan manusia
Bagaikan setan yang berwujud insan
Tercibir karena memilih yang jelek lagi hina
Mereka zuhud dari keluasan ar-Rahman
Rupanya menipu yang dibuat-buat
Bila ia tinggalkan tentu mata enggan tuk melihat
Tabiatnya diciptakan tuk meninggalkannya
Untuk menafkahi keluarga agar tidak meminta-minta
Duhai para calon peminang bidadari, jika kalian mengharap diterima lamarannya, maka hadirkan maharnya sekarang ini. Berkata Imam Ibnu Qoyim dalam qasidah Mimiyahnya:
Duhai para peminang bidadari, jika engkau benar
Inilah waktunya engkau mendapatkan mahar
Jauhi segala kotoran yang merusak kesucian cintanya
Agar engkau bisa mendapatkannya, penuh dengan kesenangan
Dan juga dalam Nuniyahnya:
Duhai para peminang bidadari, dan para pencari
Surga nan kekal lagi abadi
Sekiranya engkau tau apa syarat dan keinginan mereka
Tentu engkau akan keluarkan semua hartamu
Atau engkau tau dimana rumahnya
Tentu engkau akan segera mendatangi rumahnya
Sedangkan mahar wanita surga adalah amal sholeh. seorang penyair mengatakan:
Duhai lelaki, Pinanglah seorang wanita, yang
Tidak menginginkan maharmu melainkan amal sholeh
Kisahkan padaku, tentang cinta pertamamu yang penuh mabuk kepayang
Kecintaan pada wanita, bagaikan pedagang yang beruntung
Beramallah, gandeng selalu amalmu jangan terputus
Pada waktunya engkau akan menuainya

 Mereka juga mendapatkan makan dan minum yang lezat.
Allah Azza wa jalla berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ مُتَّكِ‍ِٔينَ فِيهَا يَدۡعُونَ فِيهَا بِفَٰكِهَةٖ كَثِيرَةٖ وَشَرَابٖ﴾ [ص: 51]

“Di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil memakan buah-buahan yang banyak dan minuman di dalam surga itu”. (QS Shaad: 51).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ يَدۡعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَٰكِهَةٍ ءَامِنِينَ ﴾ [الدخان: 55]

“Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)”. (QS ad-Dukhaan: 55).

Maksudnya, mereka merasa aman dari kekhawatiran akan kehabisan atau terhenti dan terlarang. Allah Ta’ala menjelaskan dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَفَٰكِهَةٖ كَثِيرَةٖ . لَّا مَقۡطُوعَةٖ وَلَا مَمۡنُوعَةٖ ﴾ [الواقعة: 33-32]

“Dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya”. (QS al-Waaqi’ah: 32-33).

Dalam ayat yang lain Allah Azza wa jalla berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ ﴾ [الرعد: 35]

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman), mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka”. (QS ar-Ra’d: 35).

Allah Ta’ala juga menjelaskan:
“Dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan..”. (QS Muhammad: 15).
Dan juga firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ﴾ [البقرة: 25]

“Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa..”. (QS al-Baqarah: 25).

Berkata Ibnu Abbas tatkala menafsirkan makna ayat diatas; ‘Maksudnya yaitu sama dalam masalah rupa serta jenisnya namun beda dalam rasa’.
Disana juga ada buah-buahan yang tidak asing lagi namanya serta familiar ditelinga kita. Seperti yang digambarkan oleh Allah Ta’ala di dalam firmanNya: “Di dalam kedua surga itu (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima”. (QS ar-Rahman: 68).

Dalam kesempatan yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَفَٰكِهَةٖ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ . وَلَحۡمِ طَيۡرٖ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ ﴾ [الواقعة: 21-20]

“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih. Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan”. (QS al-Waaqi’ah: 20-21).

Imam Ibnu Qoyim menyatakan dalam qasidahnya:
Makanannya, semua yang mereka inginkan
Daging burung yang lezat lagi berdaging
Buah-buahan melimpah, sekehendak hati yang diinginkan
Duhai orang yang telah sempurna keimanannya
Bagimu, daging, khamr, dan wanita serta buah-buahan
Indah bersama bidadari dengan segala kesenangannya

Buah-buahan surga nan banyak tersebut bisa dinikmati dan dipetik sambil berdiri, atau duduk atau sembari tidur-tiduran dengan bertelekan. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah Azza wa jalla:
“Buah-buahannya sangatlah dekat”. (QS al-Haaqah: 23).

Dan dalam firmanNya:
“Dan buahnya dimudahkan untuk memetiknya semudah-mudahnya”. (QS al-Insaan: 14).

Demikian pula dalam firmanNya:
“Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat”. (QS ar-Rahman: 54).

Satu ekor burung yang ada di akhirat bagaikan seekor unta di dunia. Hal itu seperti yang telah dijelaskan dalam sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita; ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قالَ رسولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إنَّ في الجنَّة ِ طيراً أمثالَ البخاتي فقال أبو بكر ٍ إنَّها لناعمة ٌ يا رسولَ الله ِ فقالَ أنعمُ منها مَنْ يأكلُها وأنتَ ممنْ يأكلُها يا أبا بكر )) [ رواه الحاكم ]

“Sesungguhnya didalam surga ada seekor burung semisal al-Bukhati. Abu bakar bertanya; ‘Wahai Rasulallah, apakah ia unta muda? Beliau menjawab: ‘Benar, dan akan ada yang memakannya, dan engkau, Wahai Abu Bakar salah seorang yang ikut memakannya”. (HR al-Hakim.)

Al-Bukht adalah unta muda yang banyak dagingnya. Seperti yang di katakan dalam sebuah syair:
Tak ada kehidupan hakikki melainkan hidup dengan kemulian
Orang yang mujur bukan Laila bukan pula Ummu Salim
Namun, itulah keutamaan Allah yang Ia kehendaki
Berharaplah, duhai para pengetuk pintuNya

Penghuni surga memakan makanan serta minuman yang ada didalamnya, namun mereka tidak pernah kencing, membuang air besar tidak pula mengeluarkan ingus, hanya saja yang mereka keluarkan adalah keringat yang wangi bagaikan minyak misk, mereka bernafas dengan ucapan tasbih seperti jiwa bernafas.

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : (( يَأْكُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ وَلاَ يَبُولُونَ وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَاكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالْحَمْدَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ )) قَالَ وَفِى حَدِيثِ حَجَّاجٍ « طَعَامُهُمْ ذَلِكَ » [ رواه مسلم ]

“Penghuni surga memakan serta minuman didalamnya, namun mereka tidak pernah kencing, dan buang air besar tidak pula mengeluarkan ingus namun mereka mengeluarkan keringat yang wangi bagaikan minyak misk, mereka bernafas dengan ucapan tasbih dan tahmid bagaikan jiwa bernafas. Dalam salah satu riwayat Hajjaj dikatakan: ‘Dan itulah makanannya”. (HR Muslim no: 7333. Dalam Bab: Fii Shifatil Jannah.)

Berkata Imam Ibnu Qoyim dalam lantunan qasidahnya:
Inilah, hasil makanan yang mereka makan
Keringat yang mengalir di tubuh
Wangi, bagaikan misk yang tak tercampuri
Dengan warna-warni yang mengotori
Terulang dengan perut yang kembali lapar
Rindu pada makanan yang tak pernah habis
Ia tak buang air kecil tidak pula besar
Tidak juga mengeluarkan ingus, seperti insan
Ia bersendawa, yang wangi bagaikan misk
Yang menjadikan ramping, penuh pesona

Adapun bejana yang mereka gunakan untuk menyantap makanan serta minuman maka terbuat dari emas dan perak yang bening. Hal itu sebagaimana yang Allah Azza wa jalla firmankan:

قال الله تعالى : ﴿ يُطَافُ عَلَيۡهِم بِصِحَافٖ مِّن ذَهَبٖ وَأَكۡوَابٖۖ وَفِيهَا مَا تَشۡتَهِيهِ ٱلۡأَنفُسُ وَتَلَذُّ ٱلۡأَعۡيُنُۖ وَأَنتُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴾ [الزخرف: 71]

“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. (QS az-Zukhruf: 71).

Dalam kesempatan lain, Allah juga berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَيُطَافُ عَلَيۡهِم بَِٔانِيَةٖ مِّن فِضَّةٖ وَأَكۡوَابٖ كَانَتۡ قَوَارِيرَا۠ ١٥ قَوَارِيرَاْ مِن فِضَّةٖ قَدَّرُوهَا تَقۡدِيرٗا ﴾ [سورة الإنسان : 15 – 16]

“Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca. (Yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya”. (QS al-Insaan: 15-16).

Maka barangsiapa yang makan atau minum dengan menggunakan piring yang terbuat dari emas tatkala didunia, lalu meninggal tanpa bertaubat, kelak diakhirat ia tidak bisa menggunakannya. Hal itu, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: « لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَنَا فِي الْآخِرَة رواه » [ رواه البخاري ]

“Janganlah kalian makan dengan bejana emas dan perak, tidak pula menyantap makanan dengan menggunakan piring dari keduanya. Sesungguhnya itu untuk mereka (orang kafir) yang ada didunia, sedangkan bagi kita adalah kelak diakhirat”. (HR Bukhari no: 5426, Dalam Bab: al-Aklu fii Inaa’i Mufadhadh.)

 Mereka juga mendapatkan pelayan yang masih muda, dan siap melayani kebutuhannya.
Allah Azza wa jalla menjelaskan akan hal tersebut dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ يَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ وِلۡدَٰنٞ مُّخَلَّدُونَ ١٧ بِأَكۡوَابٖ وَأَبَارِيقَ وَكَأۡسٖ مِّن مَّعِينٖ ١٨ لَّا يُصَدَّعُونَ عَنۡهَا وَلَا يُنزِفُونَ ١٩ وَفَٰكِهَةٖ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ ٢٠ وَلَحۡمِ طَيۡرٖ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ﴾ [سورة الواقعة: 17-21]

“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda. Dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir. Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih. Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan”. (QS al-Waaqi’ah: 17-21).

Bersambung ke bagian 5

Kenikmatan Penduduk Surga (3)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Hal tersebut, sebagaimana digambarkan dalam sebuah hadits shahih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan; ‘Kami pernah bertanya kepada Rasulallah; ‘Wahai Rasulallah, kabarkan pada kami tentang surga, terbuat dari apa bangunannya? Lalu beliau bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( لَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ مِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ حَصْبَاؤُهَا الْيَاقُوتُ وَاللُّؤْلُؤُ وَتُرْبَتُهَا الْوَرْسُ وَالزَّعْفَرَانُ مَنْ يَدْخُلُهَا يَخْلُدُ لَا يَمُوتُ وَيَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ لَا يَبْلَى شَبَابُهُمْ وَلَا تُخَرَّقُ ثِيَابُهُم )) [رواه أحمد]

“Batu batanya terbuat dari emas dan perak, sedangkan campurannya dari minyak misk yang sangat wangi, kerikilnya dari permata dan mutiara, tanahnya dari za’faran hijau. Maka barangsiapa yang masuk kedalamnya, ia akan kekal abadi tidak akan mati, penuh dengan kenikmatan dan tidak ada kesulitan, serta senantiasa muda, dan pakaiannya tidak pernah rusak”. (HR Ahmad no: 9744, 15/464.)

Al-Hafidz al-Hakami mengatakan dalam untaian bait sya’irnya:
Bangunannya terbuat dari emas dan perak
Penghuninya tak pernah sakit lagi bising
Sedangkan debunya dari za’faran
Disana, banyak kenikmatan yang tak tergambar

Seorang penyair mengatakan dalam qosidahnya:
Tanah disana dari emas sedangkan debunya wangi
Bagaikan za’faran yang tumbuh seperti rerumputan
Sungai berairkan susu murni mengalir dibawahnya
Serta arak yang mengalir dari hulunya
Duhai Siapa yang hendak membeli bangunan di And
Tinggi bangunannya, Dibawah naungan kebahagian
Sebagaimana dijelaskan oleh manusia pilihan
Disana Allah dan Jibril memanggil dari sisinya
Duhai Siapa yang ingin membeli rumah di Firdaus
Harganya hanya dua raka’at dikegelapan malam tanpa terlihat
Atau memberi seorang miskin yang kelaparan
Tatkala ia menderita kelaparan ditengah mahalnya harga
Jiwa ini selalu tamak terhadap dunia, sedangkan ia
Mengetahui kalau keselamatan tatkala meninggalkannya
Tidak ada kampung yang ditempati ketika meninggal
Melainkan rumah yang ia bangun sebelum matinya
Bangunannya terbuat dari amal kebajikan yang ia lakukan
Namun, Bila ia bangun dengan amal kejelekan, pasti ia kan merugi
Harta yang kita kumpulkan hanya untuk ahli waris kita
sedangkan rumah tuk kematian roboh, ia tidak mengetahuinya

 Lantas mereka merasakan adanya perubahan dalam fisik, mulai dari segi usia, tubuhnya meninggi serta besar, warna kulitnya, serta rambutnya. Semuanya berbeda dengan apa yang pernah dimilikinya tatkala didunia.

Di katakan dalam sebuah hadits, umur mereka antara kisaran tiga puluh tiga tahun, tingginya enam puluh dira’, sedangkan besarnya tujuh dira’, adapun warna kulitnya menjadi putih bersih, dan rambutnya berkeriting.
Hal itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ جُرْدًا مُرْدًا بِيضًا جِعَادًا مُكَحَّلِينَ أَبْنَاءَ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ عَلَى خَلْقِ آدَمَ سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي عَرْضِ سَبْعِ أَذْرُعٍ )) [ رواه أحمد ]

“Akan masuk penghuni surga dalam keadaan tanpa berpakaian, belum berjenggot, putih, berkeriting, serta bercelak mata. Umur mereka antara tiga puluh tiga tahun, sama seperti penciptaan Adam (dahulu) tingginya enam puluh dira’ dan besarnya tujuh dira”. (HR Ahmad no: 7933, 13/315.)

Berkata Ibnu Qoyim dalam qasidahnya:
Tingginya, seperti tinggi bapak mereka, enam puluh
Namun lebarnya, tujuh tidak kurang
Warna kulit mereka, putih tanpa berjenggot
Keriting rambutnya, dan bercelak matanya
Inilah kesempurnaan dalam diri seseorang
Dalam potongan rambut serta matanya

 Mereka juga memperoleh bidadari yang cantik jelita. Allah Ta’ala menjelaskan akan hal itu dalam firmanNya: “Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari”. (QS ad-Dukhaan: 54).

Dan bidadari, mereka adalah perempuan-perempuan yang berkulit putih bersih dan bermata lebar, mereka para wanita yang berkelopak mata lebar, kulitnya indah berwarna putih, jelita penuh pesona, dan tidak ada yang tahu hakikat rupanya sekarang melainkan Allah Tabaraka wa ta’ala. Lebih lanjutnya simak firman Allah Ta’ala yang satu ini:
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik”. (QS ar-Rahman: 70).

Di dalam hadits dijelaskan bagaimana akhlaknya yang begitu mulia dengan wajah yang cantik mempesona.

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Didalamnya ada bidadari yang menundukan pandangan
Para Bidadari yang cantik lagi baik-baik
Berakhlak mulia, berwajah sedu
Kebaikan dan baik adalah dua perkara yang bergandengan

Wanit penduduk surga, mereka bagaikan kaca yang putih bersih, lembut dan terlihat urat-uratnya dari balik kulitnya yang mulus. Akan tetapi jangan dikira bahwa ini khusus untuk bidadari, akan tetapi, sifat-sifat ini juga diperoleh oleh para wanita yang beriman ketika didunia. Allah Subahanhu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَعِندَهُمۡ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ عِينٞ . كَأَنَّهُنَّ بَيۡضٞ مَّكۡنُونٞ ﴾ [الصفات: 49-48]

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya. Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik”. (QS ash-Shaffaat: 48-49).

Wanita penduduk surga, mereka sangatlah cantik, lagi baik, mulus bagaikan permata dan marjan. Allah Ta’ala menggambarkan akan hal tersebut dalam firmanNya:
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan”. (QS ar-Rahman: 58).

Berkata Imam Ibnu Qoyim:
Baunya bagaikan minyak misk, tubuhnya mempesona
Adapun warnanya bagaikan mutiara dan permata

Dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu disebutkan, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tatkala menafsirkan firman Allah Ta’ala: “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan”. Beliau bersabda:

قالَ رسولُ الله ِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ في تفسيرِ قولِهِ: (( كأنَّهُنَّ اليَاقُوتُ والمَرْجَان)) قالَ : (( ينظرُ إلى وجهِهِ في خدِهِا أصفى مِنَ المرآة ِ وإنَّ أدْنَى لؤلؤةٍ عليها لتضيءُ ما بينَ المشرق ِ والمغرب ِ وإنَّهُ ليكونَ عليها سبعونَ حُلَّة ً ينفذُها بصرُهُ حتى يَرَى مُخَّ ساقِهِا مِنْ وراءِ ذلك )) [ رواه الحاكم، وقال صحيح ولم يخرجاه ]

“Apabila dilihat wajahnya mulai dari pipinya maka ia lebih bersih dari pada kaca. Dan sesungguhnya permata yang paling rendah adalah yang cahayanya mampu menerangi belahan timur dan barat, dan sungguh mereka akan memakai tujuh puluh perhiasan, yang mampu menembus pandangannya, sampai kiranya ia bisa melihat otot betis dari balik kulitnya”. (HR al-Hakim di dalam Mustadraknya no: 3774, 4/65.)

Berkata Ibnu Qoyim dalam qasidahnya:
Keduanya kan saling melihat kekasihnya
Bersama dengan keinginan, melihat wajah bersinar
Yang memancarkan keindahan pemiliknya
Aura tubuhnya tergambar jelas dalam mata
Padanya, tersampir tujuh puluh perhiasan
Menggambarkan susunan otak dari balik tengkuknya
Namun itu semua tergambar dari balik tubuhnya
Jelas bagaikan minuman dari balik gelas kaca

Dalam hadits lain dinyatakan, yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّتِى تَلِيهَا عَلَى أَضْوَإِ كَوْكَبٍ دُرِّىٍّ فِى السَّمَاءِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ وَمَا فِى الْجَنَّةِ أَعْزَبُ )) [ رواه البخاري ومسلم ]

“Sesungguhnya kelompok pertama yang akan masuk surga, wajahnya bagaikan bulan di malam purnama, sedangkan yang berikutnya, bagaikan cahaya bintang yang terang di langit, dan bagi tiap orang diantara mereka akan mendapat dua istri yang masing-masing otot betisnya bisa terlihat dari balik dagingnya. Dan tidak ada penduduk surga yang membujang”. (HR Bukhari no: 2354. Muslim no: 7325. Dalam Bab: Awalu Zamratin Yadkhuluna Jannah.)

Kalau sekiranya wanita penduduk surga keluar, turun kemuka bumi ini tentulah cahaya mereka akan menyinari antara langit dan bumi, ruang bumi ini akan dipenuhi dengan bau wanginya. Sungguh setengah bagian kepalanya mereka itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Yang menyaksikan hal ini adalah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya, dari Anas bin Malik radhiyallah ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( لَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلَأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيحًا وَلَنَصِيفُهَا يَعْنِي الْخِمَارَ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا )) [ رواه البخاري ]

“Kalaulah sekiranya salah seorang wanita dari kalangan penduduk surga menampakkan dirinya kedunia ini, tentulah cahayanya akan memenuhi langit dan bumi, ruangan keduanya akan penuh dengan bau harumnya. Dan setengah bagian (yaitu) tutup kepalanya itu lebih baik dari dunia dan seisinya”. (HR Bukhari no: 6568. Dalam Bab: Shifatul Jannah wa Naar.)

Imam Ibnu Qoyim menyatakan dalam bait qasidahnya:
Separuh jilbab yang mereka kenakan
Tak sebanding dengan seluruh harta yang ada didunia

Wanita yang ada disurga, baik dari kalangan bidadari maupun para wanita yang beriman. Mereka semua suci tidak pernah lagi mengalami menstruasi dan nifas, tidak pula buang air kecil maupun besar, demikian pula tidak mengeluarkan ludah serta segala kotoran yang ada didunia. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴾ [البقرة: 25]

“Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS al-Baqarah: 25).

Amirul mukminin Ali bin Thalib dan Ibnu Mas’du radhiyallahu ‘anhuma, keduanya pernah berkata: “Sungguh wanita penghuni surga, mereka tidak lagi haid, meludah serta yang lainnya”.

Ibnu Qoyim mengatakan:
Tidak lagi haid tidak pula buang air kecil
Bersih dari segala kekurangan seperti wanita dunia
Berbicara hakikat bidadari tidak pernah habis, kata-kata tercekat tidak mampu lagi mensifatinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang penyair:
Bicaranya, membuai bagaikan hipnotis
Membuat tergila-gila, mampu membunuh jiwa
Jika lama berbicara dengannya, tak membikin bosan
Bila ia berbicara, lawannya tak ingin menyetopnya
Berkata Ibnu Qoyim:
Ucapannya membuai akal, yang berirama
Lebih indah dari suara gitar dan gendang

Para bidadari akan berdendang melantunkan nyanyian menyambut para suaminya. Suaranya begitu merdu, menelusup keruang hati, menyejukkan jiwa.
Semoga Allah menjadikan kaum mukminin yang telah meninggalkan nyanyian ketika didunia, diakhirat kelak mendapatkan itu semua, karena barangsiapa yang senang mendengarkan nyanyian tatkala didunia ini, lalu mati tanpa diakhiri dengan taubat, dia tidak akan bisa mendengarkan nyanyian bidadari di surga. Walaupun ketika dia masuk surga akan mendapatkan berbagai kenikmatan kecuali nyanyian tersebut, karena disebutkan dalam pepatah; ‘Siapa yang terburu-buru pada sesuatu sebelum waktunya maka pada akhirnya dia terhalangi untuk mendapatkannya’.

Berkata seorang penyair dalam bait syairnya:
Siapa yang tergesa-gesa untuk mendapatkan sebelum saatnya
Maka ia tercegah untuk bisa meraihnya
Ibnu Qoyim juga mengatakan:
Berkata Ibnu Abbas, meriwayatkan sampai pada Rabb kita
Semerbak angin yang menggetarkan seluruh tubuhnya
Karena Terbuai bersama nyanyian, yang terdengar
Oleh seorang, bagaikan nyanyian merdu berirama
Duhai orang yang ingin mendengarkan musik, jangan engkau tukar
Dengan buaian suara gitar dan gendang
Bersihkan dari itu semua, jika engkau ingin
Mendengarkan nyanyian bidadari
Jangan engkau ganti yang berharga dengan rendahan
Sehingga engkau dilarang untuk mendengarkan diakhirat kelak

Bersambung ke bagian 4

Kenikmatan Penduduk Surga (2)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Adapun laki-laki yang memakai sutera ketika dunia lalu meninggal tanpa di iringi taubat maka diakhirat kelak dia tidak akan memakainya. Hal itu berdasarkan hadits, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( مَنْ لَبِسَ الْحَرِيرَ فِى الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِى الآخِرَةِ )) [رواه البخاري ومسلم ]

“Barangsiapa yang memakai sutera didunia, kelak diakhirat ia tidak akan memakainya”. (HR Bukhari no: 5832. Dalam Bab: Labsul Harir. Muslim no: 5546. Dalam Bab: Tahriim Isti’mal Inaa’i Dzahab wal Fidhah.)

 Ketika di dalam mereka juga mendapatkan perhiasaan. Allah Ta’ala menjelaskan akn ahl itu dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ يَدۡخُلُونَهَا يُحَلَّوۡنَ فِيهَا مِنۡ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٖ وَلُؤۡلُؤٗاۖ﴾ [فاطر: 33]

“(Bagi mereka) surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara”. (QS Faathir: 33).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَحُلُّوٓاْ أَسَاوِرَ مِن فِضَّةٖ وَسَقَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡ شَرَابٗا طَهُورًا ﴾ [الإنسان: 21]

“Dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih”. (QS al-Insaan: 21).

Mereka semua memakai perhiasan yang sama baik laki maupun perempuan. Hal itu berdasarkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Saya pernah mendengar kekasihku, Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قالَ سَمِعْتُ خَلِيلِى صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَقُولُ: (( تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوَضُوءُ )) [ رواه مسلم ]

“Seorang mukmin akan mendapatkan perhiasaan (kelak disurga) setara dengan tingkat kesempurnaannya di dalam berwudhu”. (HR Muslim no: 609. Dalam Bab: Tablughul Hilyah Haisu Yablughul Wudhu.)

Betapa indah apa yang digambarkan Imam Ibnu Qoyim akan hal tersebut dalam rangkaian bait qosidahnya, beliau berkata:

Perhiasaannya lebih indah dari mutiara dan ya’qut
Demikian pula gelangnya terbuat dari emas murni
Jangan mengira itu khusus bagi wanita saja
Akan tetapi, para lelaki juga mendapatkan ini
Bagi orang yang meninggalkan pakaian didunia ini
Untuk mendapat pakaian disurga abadi
Tidakkah engkau mendengar, kalau perhiasaan mereka
Sampai batasan wudhu yang berada dalam timbangan

 Demikian pula, disana mereka mendapatkan kasur-kasur serta dipan-dipan yang empuk, hal itu seperti yang dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ عَلَىٰ سُرُرٖ مَّوۡضُونَةٖ . مُّتَّكِ‍ِٔينَ عَلَيۡهَا مُتَقَٰبِلِينَ ﴾ [الواقعة: 16-15]

“Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan”. (QS al-Waaqi’ah: 15-16).

Dalam kesempatan yang lain Allah juga berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ مُتَّكِ‍ِٔينَ عَلَىٰ فُرُشِۢ بَطَآئِنُهَا مِنۡ إِسۡتَبۡرَقٖۚ وَجَنَى ٱلۡجَنَّتَيۡنِ دَانٖ ﴾ [الرحمن: 54]

“Mereka bertelekan di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat”. (QS ar-Rahman: 54).

Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, sebagaimana digambarkan dalam firmanNya: “Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk”. (QS al-Waaqi’ah: 34).

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Bertelekan permadani yang dalamnya dari sutera
Jangan disangka betapa putih kain suteranya
Empuk diatasnya bersenderan
Berdua bersama kekasih hatinya, nyaman
Sambil bersendau diatas dipan tanpa terlihat
Tetangga, berduaan dalam kesenangan
Luput dari pandangan setiap orang
Sedangkan keduanya memakai baju yang sama

 Juga mendapati bantal-bantal yang tersusun. Sebagaimanan yang dijelaskan dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ﴾ [البقرة: 177]

“Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun”. (QS al-Ghasyiyah: 15).

Yang dimaksud dengan Namaariq di dalam ayat adalah bantal untuk bersandar yang tersusun rapi disamping kiri dan kanannya. Allah Azza wa jalla berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ﴾ [البقرة: 177]

“Dan permadani-permadani yang terhampar”. (QS al-Ghaasyiyah: 16).

Ibnul Qoyim menyatakan dalam bait qasidahnya:
Ini, walaupun permadani dan sutera
Serta karpetnya, telah di sifati namun itu tidak mencukupinya

 Begitu pula, mereka menjumpai kemah (rumah) yang besar.
Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut ini:

“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah”. (QS ar-Rahman: 72).

Sedangkan rumah yang ada didalam surga, maka ia terbuat dari mutiara kering yang panjangnya enam puluh mil, adapun satu mil di sana sama dengan enam ribu jengkal, dan itu diperuntukan bagi seorang mukmin. Di dalam rumah tersebut dia tinggal bersama para istri-istrinya, yang masing-masing dari mereka tidak melihat satu dengan yang lainnya.
Hal itu berdasarkan sebuah hadits yang telah sampai kepada kita, dan hadits ini shahih dikeluarkan melalui jalur sahabat Abu Musa al-As’ari, namanya adalah Abdullah bin Qais radhiyallahu ‘anhu. Dikatakan bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِىَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِى الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ طُولُهَا سِتُّونَ مِيلاً لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ فَلاَ يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا )) [ رواه مسلم ]

“Sesungguhnya seorang mukmin kelak disurga akan mendapatkan rumah yang terbuat dari mutiara kering, panjangnya enam puluh mil. Di dalamnya dia bisa menggilir istri-istrinya, namun mereka satu sama lain tidak bisa saling melihatnya”. (HR Muslim no: 7337. Dalam Bab: Fii Shifati Khiyami Ahlil Janah.)

وفي لفظ لمسلم: (( طُولُهَا فِى السَّمَاءِ سِتُّونَ مِيلاً فِى كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ لِلْمُؤْمِنِ لاَ يَرَاهُمُ الآخَرُونَ )) [ رواه مسلم ]

Dalam riwayat yang lain, dikatakan: “Yang tingginya menjulang kelangit, enam puluh mil. Dan pada setiap pojok ada istrinya, yang masing-masing mereka tidak bisa melihat satu sama lain”. (HR Muslim no: 7339.)

وفي لفظ لمسلم أخرى : (( عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلاً فِى كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ )) [ رواه مسلم ]

Dalam salah satu riwayat, dikatakan: “Yang panjangnya rumah tersebut, enam puluh mil. Dan pada setiap pojok ada istrinya, yang masing-masing mereka tidak bisa melihat satu sama lain, dan dia bisa menggilir istri-istrinya tersebut”. (HR Muslim no: 7338.)

Sedangkan Imam Ibnu Qoyim menyatakan dalam bait qasidahnya:
Bagi seorang hamba, kelak disurga ia mendapat istana
Yang terbuat dari mutiara, buatan Rahman
Enam pulih mil, menjulang tinggi diangkasa
Pada setiap pojok ada wanita-wanita cantik
Yang menggodanya, namun mereka tidak bisa melihat satu sama lainnya
Karena begitu luas istana yang dimilikinya

 Di sana mereka juga mendapati ada pasar.
Hal tersebut seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : (( إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِى وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالاً فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً. فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالاً )) [ رواه مسلم ]

“Sesungguhnya disurga ada sebuah pasar, yang biasa dikunjungi oleh penduduknya tiap hari jum’at. Manakala angin dari sebelah kirinya berhembus menerpa wajah-wajah serta pakaian mereka, maka hal itu, menjadikan rupa mereka bertambah indah tampan, sehingga tatkala mereka kembali kerumah, sedangkan mereka telah bertambah bagus dan tampan, keluarganya menyambut sambil mengatakan; ‘Demi Allah, sungguh engkau telah bertambah bagus dan tampan’. Mereka menjawab; ‘Dan kalian, sungguh demi Allah, juga telah bertambah cantik dan menggairahkan”. (HR Muslim no: 7324. Dalam Bab: Fii Suuqil Jannah.)

Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Mereka mendatangi pasar bukan untuk jual beli
Karena disana mereka bebas mengambil sesuka hati
Para pedagangnya telah mendapat keuntungan
Dengan transaksi membeli surga ridwan
Allah telah menyediakan pasar tuk saling berkunjung
Bagi penghuninya yang berupa tampan
Didalam surga, demi Allah, tidak mata
Tidak pula telinga pernah mendengarnya
Apalagi terbetik di dalam benak khayalnya
Lebih sulit lagi bila digambarkan dengan untaian kalimat

 Lalu mereka menjumpai ada kamar-kamar yang lebar nan indah. Allah Azza wa jalla mengatakan dalam firmanNya:

“Dan mereka aman sentosa di kamar-lamar yang tinggi (dalam syurga)”. (QS Saba’: 37).
Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ ٱلۡجَنَّةِ غُرَفٗا تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ نِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ ﴾ [العنكبوت: 58]

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal”. (QS al-Ankabuut: 58).

Dan Allah Ta’ala juga menjelaskan dalam akan hal itu dalam ayatNya yang lain, Allah berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ لَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ غُرَفٞ مِّن فَوۡقِهَا غُرَفٞ مَّبۡنِيَّةٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَعۡدَ ٱللَّهِ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ ٱلۡمِيعَادَ ﴾ [الزمر: 20]

“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya”. (QS az-Zumar: 20).

Adapun pensifatan yang ada dalam hadits, di antara salah satunya adalah sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ كَمَا يَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنْ الْمَشْرِقِ أَوْ الْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ قَالَ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ )) [ رواه البخاري ومسلم ]

“Sesungguhnya penduduk surga dapat saling melihat kamar-kamar tetangganya yang berada dibawahnya, sebagaimana halnya kalian bisa melihat bintang gemintang yang tersebar di ufuk timur dan barat, dan itu merupakan keutamaan yang dianugerahkan diantara kalian. Ditanyakan pada beliau; ‘Wahai Rasulallah, itu kan kedudukannya para Nabi, bagaimana mungkin ada yang dapat mencapai kedudukan mereka? Beliau menjawab: ‘Benar, dan demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, (mereka itu) ialah orang-orang yang beriman kepada Allah serta membenarkan para Rasul”. (HR Bukhari no: 3256. Muslim no: 7322. Dalam Bab: Taraa’i Ahlil Jannah Ahlal Ghuraf.)

Bangunannya terbuat dari semen emas dan perak, sedangkan tanahnya terbuat dari misk, adapun kerikilnya, di ambil dari mutiara dan permata, dan debu yang ada disekelilingnya dari Za’faran, maka barangsiapa yang memasukinya ia akan mendapati kenikmatan yang sangat banyak, kekal abadi tidak ada kematian, pakaiannya bersih tak bernoda, kekal dalam rupa pemuda yang gagah.

Bersambung ke bagian 3

Kenikmatan Penduduk Surga (1)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

 Ketika penduduk surga telah tinggal disana, mereka mendapatkan kenikmatan yang kekal, seperti:

1. Mereka menjumpai rasa aman yang sempurna, sebagaimana yang dijelaskan dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٖ ﴾ [سورة الدخان: 51]

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman”. (QS adh-Dhukhaan: 51).

2. Barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan menjaganya. Sebagaimana yang tertera dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ ﴾ [سورة الأنعام: 82]

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanannya dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS al-An’aam: 82).

3. Tidak ada rasa aman sejati melainkan disurga. Seperti yang tersirat dalam beberapa firman Allah Ta’ala, berikut ini:

“(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman”. (QS al-Hijr: 46).

Dalam firmanNya yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَهُمۡ فِي ٱلۡغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ ﴾ [سورة سبأ : 37]

“Dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)”. (QS Saba’: 37).

4. Mereka aman dari kematian, sakit, penuaan, dan kesusahan. Allah Azza wa jalla mengatakan dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ لَا يَذُوقُونَ فِيهَا ٱلۡمَوۡتَ إِلَّا ٱلۡمَوۡتَةَ ٱلۡأُولَىٰۖ وَوَقَىٰهُمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ ﴾ [سورة الدخان: 56]

“Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka”. (QS ad-Dukhaan: 56).

Dalam ayat lain Allah berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ أَفَمَا نَحۡنُ بِمَيِّتِينَ ٥٨ إِلَّا مَوۡتَتَنَا ٱلۡأُولَىٰ وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ ٥٩ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴾ [سورة الصافات: 58-60]

“Maka apakah kita tidak akan mati?. Melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)?. Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. (QS ash-Shaaffat: 58-60).

Dan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits dimuka, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dan) terdengarlah seruan, kalian akan sehat tanpa sakit selama-lamanya, kalian akan hidup kekal tidak mati, kalian akan senantiasa muda tidak pernah tua, akan selalu mendapat nikmat tidak berputus asa selama-lamanya. Itulah firman Allah Ta’ala:
“Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS al-A’raaf: 43). (HR Muslim no: 7336. Dalam Bab: Fii Dawaami Ahlil Janah.)

5. Maka barangsiapa yang masuk surga, ia akan mendapatkan rasa aman dari segala rasa takut. Dia tidak takut pada kematian, rasa sedih, sakit, khawatir, letih, lesu, karena semua itu telah sirna. Hal itu, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿ وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَذۡهَبَ عَنَّا ٱلۡحَزَنَۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٞ شَكُورٌ ٣٤ ٱلَّذِيٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلۡمُقَامَةِ مِن فَضۡلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٞ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوب﴾ [فاطر: 34-35]

“Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rabb Kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya, didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (QS Faathir: 34-35).

 Mereka juga mendapati sungai-sungai yang mengalir dibawahnya serta taman-taman yang indah. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَعُيُونٍ ﴾ [الذاريات: 15]

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air”. (QS adz-Dzariyaat: 15).

Seperti apa sungai serta taman yang ada di dalam surga, Allah Azza wa jalla telah menjelaskan akan hal itu dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ فِيهَآ أَنۡهَٰرٞ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٖ وَأَنۡهَٰرٞ مِّن لَّبَنٖ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُۥ وَأَنۡهَٰرٞ مِّنۡ خَمۡرٖ لَّذَّةٖ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنۡهَٰرٞ مِّنۡ عَسَلٖ مُّصَفّٗىۖ وَلَهُمۡ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡۖ كَمَنۡ هُوَ خَٰلِدٞ فِي ٱلنَّارِ وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمٗا فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ ﴾ [محمد: 15]

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang murni, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya”. (QS Muhammad: 15).

Sungai yang tidak berubah rasa dan baunya disebabkan karena lama tersimpan, sungai susu yang tidak berubah rasanya dengan sebab kemasamannya. Serta sungai dari khamr yang sangat lezat tidak membikin pening dan mabuk peminumnya. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ لَّا يُصَدَّعُونَ عَنۡهَا وَلَا يُنزِفُونَ ﴾ [الواقعة: 19]

“Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk”. (QS al-Waaqi’ah: 19).
Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam qosidahnya:
Bersama khamr, yang lezat bagi peminumnya tanpa
Cacat, membikin pusing tidak pula membahayakan
Adapun khamr didunia, itulah kandungannya
Menutupi akal peminumnya serta memabukkan
Namun disana, padanya ada obat bagi peminumnya
Tidak takut akan kehabisan sebelum meminum
Karena Allah telah menyiapkan bagi kita
Khamr yang lezat disurga nan abadi

Adapun siapa saja yang pernah menenggak miras didunia lalu meninggal tanpa sempat bertaubat maka manakala dirinya masuk surga dia tidak akan merasakan lezatnya khamr di akhirat, akan tetapi ia tetap mendapat nikmat yang banyak kecuali khamr. Hal itu berdasarkan sebuah hadits, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasannya Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( مَنْ شَرِبَ لْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ لَمْ يَتُبْ مِنْهَا حُرِمَهَا فِي الْآخِرَةِ )) [ رواه البخاري ومسلم ]

“Barangsiapa yang menenggak khamr didunia kemudian tidak bertaubat darinya, maka diharamkan baginya diakhirat kelak”. (HR Bukhari no: 5575. Muslim no: 5342 Dalam Bab: ‘Uqubah Man Syaribal Khamr Idza lam Yatub Minha.)

Sedangkan balasan bagi orang yang menenggak miras tatkala didunia tanpa dibarengi taubat lalu meninggal adalah akan diberi minuman dari lumpur yang membinasakan yaitu keringatnya penduduk neraka. Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَال النَّبِىَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ إِنَّ عَلَى اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ عَهْدًا لِمَنْ يَشْرَبُ الْمُسْكِرَ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ ). قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ قَالَ « عَرَقُ أَهْلِ النَّارِ أَوْ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ )) [رواه مسلم]

“Setiap yang memabukkan adalah haram. Sesungguhnya Allah Azza wa jalla menjanjikan bagi setiap orang yang meminum khamr kelak akan diberi minuman dari Thinatil Khabaal. Lalu para sahabat bertanya; ‘Wahai Rasulallah, apa Thinatil Khabaal tersebut? Beliau bersabda; ‘Keringat penduduk neraka atau perasan dari keringat penduduk neraka”. (HR Muslim no: 5335, Dalam Bab: Bayaan Anna Kulla Muskirin Khamr wa Anna Kulla Khamr Haram.)

Dan sungai penduduk surga akan mengalir dibawah kamar, taman serta istananya. Allah Azza wa jalla menjelaskan hal tersebut dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ ﴾ [الرعد: 35]

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman), mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka”. (QS ar-Ra’du: 35).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴾ [التوبة: 100]

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS at-Taubah: 100).

Dan juga dalam ayat yang lain:

قال الله تعالى : ﴿ وَنَزَعۡنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنۡ غِلّٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهِمُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهۡتَدِيَ لَوۡلَآ أَنۡ هَدَىٰنَا ٱللَّهُۖ لَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلۡحَقِّۖ وَنُودُوٓاْ أَن تِلۡكُمُ ٱلۡجَنَّةُ أُورِثۡتُمُوهَا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ﴾ [الأعراف: 43]

“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Rabb kami, membawa kebenaran.” Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS al-A’raaf: 43).

 Ketika penduduk surga memasukinya, mereka mendapati pakaian yang telah siap.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعۡرَىٰ ﴾ [طه: 118]

“Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang”. (QS Thaahaa: 118).

Pakaian mereka adalah sutera yang halus lagi tebal. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ يَلۡبَسُونَ مِن سُندُسٖ وَإِسۡتَبۡرَقٖ مُّتَقَٰبِلِينَ ﴾ [الدخان: 53]

“Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan”. (QS ad-Dukhaan: 53).

Sundus adalah sutera yang halus sedangkan istabrak adalah kain sutera yang tebal, Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an:

قال الله تعالى : ﴿ وَيَلۡبَسُونَ ثِيَابًا خُضۡرٗا مِّن سُندُسٖ وَإِسۡتَبۡرَقٖ مُّتَّكِ‍ِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ ﴾ [لكهف: 31]

“Dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah”. (QS al-kahfi: 31).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman: “Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal “. (QS al-Insaan: 21).

Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam qosidahnya:

Pakain mereka terbuat dari sutera halus berwarna hijau
Dan sutera tebal, dua sutera yang telah dikenal
Tidak pernah kotor terkena noda
Karena Allah tidak menjadikan penghuninya mengeluarkan kotoran

Lebih tegas lagi apa yang Allah Tabaraka wa ta’ala firmankan dalam ayatNya:
“Dan pakaian mereka adalah sutera”. (QS al-Hajj: 23).

Bersambung ke bagian 2

Keadaan Manusia Dipadang Mahsyar (3)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Keempat: Para malaikat yang ikut hadir pada waktu sholat jum’at untuk mencatat amal kebajikan. Hal itu berdasarkan haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ الْمَلَائِكَةُ يَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوْا الصُّحُفَ وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ )) [ رواه البخاري ]

“Apabila hari jum’at, adalah para Malaikat berada pada tiap pintu masjid untuk mencatat siapa orangnya yang datang paling awal, dan jika imam naik mimbar maka mereka semua menutup buku catatannya guna ikut mendengarkan khutbah”. (HR Bukhari no: 2972. Dalam Bab: Dzikril Malaikah.)
Kelima: Para Malaikat yang bertugas menjaga serta melindungi dirinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ ﴾ [سورة الرعد : 11]

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah..”. (QS ar-Ra’d: 11).

c. Bumi di mana ia dulu berpijak.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya”. (QS az-Zalzalah: 4-5).

 Manakala Allah Ta’ala telah menetapkan amal perbuatan insan dengan menghadirkan saksi-saksi sebagi penguat, maka amal perbuatan mulai dihisab. Lalu dibentangkan timbangan guna menimbang amalan para hamba.

Hal itu berdasarkan firman Allah Azza wa jalla:

قال الله تعالى : ﴿ وَنَضَعُ ٱلۡمَوَٰزِينَ ٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٞ شَيۡ‍ٔٗاۖ وَإِن كَانَ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٍ أَتَيۡنَا بِهَاۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ ﴾ [سورة الأنبياء : 47]

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan”. (QS al-Anbiya’: 47).

Al-Hafidh al-Hakami mengatakan dalam bait syairnya:

Timbangan adalah benar adanya, tak ada kedhaliman
Tiada ditimbang dari hamba kecuali amalannya
Orang yang berhasil, dialah yang kebajikannya lebih banyak
Sedangkan yang buruk tenggelam bersama kejelekannya

 Barangsiapa yang lebih banyak kebajikan dari amal jeleknya maka dia selamat.
Allah Ta’ala berfirman akan hal itu dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَٱلۡوَزۡنُ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡحَقُّۚ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٨ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا يَظۡلِمُونَ ﴾ [سورة الأعراف: 8-9]

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”. (QS al-A’raf: 8-9).

 Kemudian diberikan ijazah keberhasilannya, yaitu sebuah kitab yang diterima dari sebelah kanan, serta pengumuman kesuksesannya.

Dalam surat al-Haaqah, secara panjang lebar Allah menjelaskan hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ ١٩ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ ٢١ فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٖ ٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٞ ٢٣ كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيَٓٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ﴾ [سورة الحاقة : 19-24]

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, Maka Dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai. Dalam syurga yang tinggi. Buah-buahannya dekat. (Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”. (QS al-Haaqqah: 19-24).

Dalam ayat yang lain Allah Azza wa jalla berfirman yang artinya:

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira”. (QS al-Insyqaaq: 7-9).

 Siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka dialah orang yang merugi dan gagal.

Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman menggambarkan akan hal itu:

قال الله تعالى : ﴿ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا يَظۡلِمُونَ ﴾ [الأعراف: 9]

“Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, Maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami”. (QS al-A’raaf: 9).

 Maka dilemparkan ijazah kegagalannya, sambil diterima kitabnya dari sebelah kiri, lantas diumumkan dihadapan khalayak.

Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala di dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧ مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي مَالِيَهۡۜ ٢٨ هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ٣٠ ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ ٣١ ثُمَّ فِي سِلۡسِلَةٖ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعٗا فَٱسۡلُكُوهُ﴾ [الحاقة: 32-25]

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, Maka Dia berkata: “Wahai alangkah baiknya jika kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku. “(Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta”. (QS al-Haaqqah: 25-32).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ١٠ فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورٗا ١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا ١٢ إِنَّهُۥ كَانَ فِيٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا ١٣ إِنَّهُۥ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ ١٤ بَلَىٰٓۚ إِنَّ رَبَّهُۥ كَانَ بِهِۦ بَصِيرٗا ١٥ ﴾ [الانشقاق: ١٠، ١٥]

“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Rabbnya selalu melihatnya”. (QS al-Insyiqaaq: 10-15).

&

Keadaan Manusia Dipadang Mahsyar (2)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

 Setelah Allah Ta’ala Mengizinkan Nabi Muhammad meminta syafa’at serta mengabulkannya, maka datanglah Allah ke tempat perhimpunan tersebut.

Allah Ta’ala berfirman:
“Dan datanglah Tuhanmu sedang Malaikat berbaris-baris”. (QS al-Fajr: 22).
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ وَجِاْيٓءَ بِٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَقُضِيَ بَيۡنَهُم بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ٦٩ وَوُفِّيَتۡ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِمَا يَفۡعَلُونَ ﴾ [الزمر: 69-70]

“Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Rabbnya, dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah Para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS az-Zumar: 69-70).

 Lalu di nampakan setiap amalan para hamba, tatkala didunia.

Hal sebagaimana yang tertera di dalam firman Allah Azza wa jalla:

قال الله تعالى : ﴿ هَٰذَا كِتَٰبُنَا يَنطِقُ عَلَيۡكُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّا كُنَّا نَسۡتَنسِخُ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ﴾ [الجاثية: 29]

“(Allah berfirman): “Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-jaatsiyah: 29).

Dan juga firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلۡزَمۡنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِي عُنُقِهِۦۖ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ مَنشُورًا ١٣ ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبٗا ﴾ [الإسراء: 13-14]

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS al-Israa’: 13-14).

 Tatkala manusia melihat catatan amalannya mereka semua mengakuinya.

Allah Azza wa jalla menjelaskan hal itu dalam firmanNya:

قال الله تعالى : ﴿ وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةٗ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَاۚ وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا ﴾ [الكهف: 49]

“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Rabbmu tidak Menganiaya seorang pun”. (QS al-Kahfi: 49).

 Namun ketika mereka semua sudah mengakuinya, mereka berbalik mengingkarinya.

Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ إِلَىٰ رَبِّكَ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡمُسۡتَقَرُّ ١٢ يُنَبَّؤُاْ ٱلۡإِنسَٰنُ يَوۡمَئِذِۢ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ ١٣ بَلِ ٱلۡإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦ بَصِيرَةٞ ١٤ وَلَوۡ أَلۡقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ ﴾ [القيامة: 12-15]

“Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya”. (QS al-Qiyaamah: 12-15)

 Bila keadaannya seperti itu, maka Allah menghadirkan bukti yang akan bersaksi atas perbuatannya.

Apabila manusia sudah mengakui perbuatannya tatkala didunia, kemudian mereka mengelak maka Allah menghadirkan bukti konkrit dengan mendatangkan saksi-saksi, diantara saksi-saksi tersebut yaitu:

a. Angggota Badan
Ia dihadirkan sebagai saksi atas perbuatan yang pernah dilakukannya ketika didunia, hal itu, sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah Azza wa jalla:

قال الله تعالى : ﴿ ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ﴾ [سورة يس: 65]

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS Yaasiin: 65).
Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى : ﴿ حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيۡهِمۡ سَمۡعُهُمۡ وَأَبۡصَٰرُهُمۡ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴾ [سورة فصلت: 20]

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS Fushshilat: 20)
b. Para malaikat yang kita telah diperintahkan untuk mengimani adanya, dengan masing-masing tugas yang mereka pikul. Seperti halnya:

Yang pertama: Malaikat yang ditugaskan untuk mencatat semua ucapan kita. Hal itu seperti yang tertera dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿ إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٞ ١٧ مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيد ﴾ [سورة ق :17-18]

“(Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS Qaaf: 17-18).

Kedua: Para Malaikat yang ditugasi untuk mencatat segala perbuatan kita. Allah Azza wa jalla berfirman menegaskan hal tersebut dalam ayatNya: “Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS al-Infithaar: 11-12).

Ketiga: Para Malaikat yang bertugas mencatat sholat lima waktu yang dihadirinya. Berdasarkan sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( الْمَلَائِكَةُ يَتَعَاقَبُونَ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ فَيَقُولُ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ يُصَلُّونَ )) [ رواه البخاري ]

“(Ada para malaikat yang bergantian tugas), yaitu malaikat malam dengan malaikat siang. Mereka biasanya berkumpul pada waktu sholat shubuh dan sholat ashar, kemudian para malaikat malam naik kelangit menghadap Allah, lalu Allah bertanya pada mereka. Sedangkan Dia Maha Mengetahui, Allah bertanya bagaimana keadaan para hambaKu ketika kamu tinggalkan. Mereka menjawab; ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami jumpai mereka pun sedang sholat”. (HR Bukhari no: 2984. Dalam Bab: Dzikril Malaikah.)

Bersambung ke bagian 3

Keadaan Manusia Dipadang Mahsyar (1)

7 Apr

Ada Apa Di Hari Kiamat
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

Keadaan manusia pada saat itu, sangat beragam jenisnya, sesuai dengan tingkat amalannya waktu didunia. Diantaranya adalah:

1. Ada yang berdiri dibawah sinar mentari yang begitu panas, sehingga peluh dan keringat membasahi tubuhnya.

Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Sahabat Miqdad bin Aswad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ,- قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَ اللهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمْ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ – قَالَ: فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا. قَالَ: وَأَشَارَ رَسُولُ الله ِ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ )) [رواه مسلم ]

“Matahari akan didekatkan kepada makhluk kelak pada hari kiamat, sampai ada diantara mereka yang jaraknya sejauh satu mil -(berkata Sulaim bin Amir, salah seorang perawi hadits ini; ‘Demi Allah, aku tidak tahu apakah yang dimaksud dengan mil itu adalah jarak yang ada didunia atau yang dimaksud yaitu sejauh mata memandang’)-. Rasulallah meneruskan; ‘Adapun keringat mereka maka sesuai dengan amalan yang ia kerjakan ketika didunia, di antara mereka ada yang sampai lututnya, ada yang sampai betisnya, ada yang sampai dipinggangnya, bahkan ada yang sampai kemulutnya. Berkata rawi; ‘Dan Rasulallah mengisyaratkan dengan tangan ke mulutnya”. (HR Muslim no: 5108. Dalam Bab: Fii Shifati Yaumil Qiyamah.)

Dalam hadits lain disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu, bahwasannya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ)) [ رواه البخاري و مسلم ]

“Kelak pada hari kiamat seluruh manusia mengucurkan keringat, sampai-sampai ada yang keringatnya membasahi bumi tujuh puluh dira’, sehingga menutupi mereka sampai ketelinganya”. (HR Bukhari no: 6051. Muslin no: 5107. Dalam Bab: Fii Shifati Yaumil Qiyamah.)

2. Di antara mereka ada yang berdiri dibawah mentari disetrika dengan api neraka.

Hal itu berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau bercerita: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ )) [رواه مسلم ]

“Tidaklah, seorang yang mempunyai harta emas dan perak yang tidak ia tunaikan kewajibannya (tatkala didunia) melainkan pada hari kiamat kelak akan dibuatkan baginya seterika dari lempengan neraka yang dicelup kedalam nereka, lalu diseterikakan kesamping kiri dan kanan, serta punggungnya. Apabila telah dingin maka dikembalikan lagi seperti semula, pada suatu hari yang sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal itu dialami sampai diputuskan perkaranya para hamba (Oleh Allah) sehingga dia dapat melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka”. (HR Muslim no: 1647. Dalam Bab: Itsmi Maani’iz Zakat.)

3. Ada yang menelungkup dibawah injakan kaki binatang sembari digigiti olehnya.

Seperti yang telah disebutkan dalam haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : (( مَا مِنْ صَاحِبِ إِبِلٍ وَلَا بَقَرٍ وَلَا غَنَمٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرْقَرٍ تَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا وَأَظْلَافِهَا وَتَعَضُّهُ بِأَفْوَاهِهَا كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُولَاهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ )) [رواه مسلم ]

“Tidaklah, seorang yang mempunyai harta onta, atau sapi dan kambing yang dia tidak tunaikan kewajibannya (ketika didunia) melainkan pada hari kiamat kelak mereka semua akan menginjak-injak mencakar serta menginggitnya, tatkala sembuh yang pertama maka dikembalikan seperti semula. Pada hari yang sama dengan Lima puluh ribu tahun lamanya, hal itu sampai diputuskan perkaranya para hamba (oleh Allah) sehingga pada akhirnya dia melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka”. (HR Muslim no: 1647. Dalam Bab: Itsmi Maani’iz Zakat.)

4. Dan tidak sedikit pula yang berada dibawah naungan ar-Rahman Tabaraka wa Ta’ala.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang masyhur, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ , وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ , وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ , وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ , وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ , فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ , وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ , وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا , فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ )) .. [رواه البخاري ومسلم]

“Ada tujuh golongan yang akan berada dibawah naungan Allah, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya. (mereka adalah) Imam yang adil, pemuda yang gemar ibadah, orang yang hatinya selalu merindukan masjid, dua orang yang berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, dan seorang pria yang diajak zina oleh wanita yang cantik jelita, lalu mengatakan: ‘Sungguh aku takut kepada Allah’, orang yang bersedekah sembunyi-sembunyi, sampai tangan kirinya tidak mengetahuinya apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan orang yang menyebut nama Allah tatkala sendirian matanya menangis (karena takut)”. (HR Bukhari dalam Bab: Fadhlu man Jalasa fiil Masjid Yantadhirus Sholat. Muslim dalam Bab: Fadhlu Ikhfaa’is Shodaqoh.)

5. Di antara mereka ada yang berada dibawah naungan sedekahnya.
Berdasarkan sebuah hadits, dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: ‘Aku mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ أَوْ قَالَ: يُحْكَمَ بَيْنَ النَّاسِ )) [رواه أحمد]

“Tiap insan akan berada dibawah naungan sedekahnya, sampai dipisah antara sesama insan. Atau beliau mengatakan; ‘Sampai dihukumi manusia”. (HR Ahmad no: 17333, 27/568.)

Setelah berlalu waktu yang begitu panjang tersebut, yang penuh dengan kegalutan dan kesulitan menunggu dipadang Mahsyar, maka selanjutnya:

 Allah Tabaraka wa Ta’ala mengizinkan manusia untuk mencari Syafa’at.

Kejadian yang menegangkan tersebut, tergambar dengan jelas dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ مَاجَ النَّاسُ بَعْضُهُمْ فِي بَعْضٍ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِإِبْرَاهِيمَ فَإِنَّهُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُوسَى فَإِنَّهُ كَلِيمُ اللَّهِ فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِعِيسَى فَإِنَّهُ رُوحُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُحَمَّدٍ  فَيَأْتُونِي فَأَقُولُ أَنَا لَهَا فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي وَيُلْهِمُنِي مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لَا تَحْضُرُنِي الْآنَ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ )) ] رواه البخاري ومسلم [

“Pada hari kiamat kelak manusia berbondong-bondong mendatangi Adam, lalu memelas kepadanya dengan mengatakan: ‘Mintakanlah syafa’at kepada Rabbmu’. Namun beliau beralasan, Itu bukan bagianku, akan tetapi datanglah kalian kepada Ibrahim, sesungguhnya beliau adalah kekasih Allah, lanjutnya. Lalu mereka mendatangi Ibrahim, dan beliau mengatakan; ‘Aku tidak sanggup, datanglah kepada Musa, sesungguhnya dia adalah kalimu Rahman (orang yang diajak bicara oleh Allah), maka mereka mendatangi Musa, akan tetapi beliau mengatakan: ‘Aku tidak mampu’, namun pergilah kalian ke Isa, sesungguhnya dia adalah ruh dan kalimatnya Allah’. Selanjutnya mereka mendatangi Isa, beliau mengatakan; ‘Itu bukan bagianku, akan tetapi pergilah kalian kepada Muhammad’. Mereka kemudian mendatangiku, maka aku katakan; ‘Akulah yang akan maju’. Lalu aku meminta izin kepada Rabbku, dan diizinkan. Kemudian aku diilhami dengan puji-pujian yang aku haturkan, yang belum aku ketahui sekarang. Maka aku memuji dengan puji-pujian tersebut sambil sujud’. Lalu Allah berfirman; ‘Wahai Muhammad, angkat kepalamu, katakan maka akan didengarkan, mintalan pasti akan diberi, berilah syafa’at maka akan dikabulkan”. (HR Bukhari no: 6956. Dalam Bab: Kalami Rabb Azza wa jalla Yaumil Qiyamah. Muslim no: 286. Dalam Bab: Fii Qaulin Nabi Ana Awalun Naasi Yusyfa’u fiil Jannah.)

Bersambung ke bagian 2

Menuju Titian Shirat (3)

7 Apr

Menuju Titian Shirat (3)
Muhammad Ahmad al-‘Amari; Terjemah : Arif Hidayatullah; IslamHouse.com

 Manakala shirat telah mereka lewati, kemudian Allah membiarkan mereka berkumpul pada suatu tempat, yang berada diantara surga dan neraka, yang bernama Qontharah, menunggu izin masuk surga.

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, yang menjelaskan akan hal terebut, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ حُبِسُوا بِقَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيَتَقَاصُّونَ مَظَالِمَ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا نُقُّوا وَهُذِّبُوا أُذِنَ لَهُمْ بِدُخُولِ الْجَنَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ بِمَسْكَنِهِ فِي الْجَنَّةِ أَدَلُّ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا )) [ رواه البخاري ]

“Ketika orang-orang beriman telah mampu melewati neraka, mereka tertahan di Qinthoroh, sebuah tempat antara surga dan neraka. Mereka lalu diadili, akibat kedhaliman yang pernah mereka lakukan ketika didunia, sampai bersih dan suci, baru setelah itu mereka diizinkan masuk surga. Maka demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, sungguh salah seorang diantara kalian lebih paham dengan rumahnya yang ada disurga dari pada rumahnya sendiri ketika didunia”. (HR Bukhari no: 2260. Dalam Bab: Qishashil Madhaalim.)

 Namun ketika mereka telah mendapat izin masuk, mereka mendapati pintunya tertutup, lalu merekapun sibuk meminta kepada para Nabi syafa’at agar memohon kepada Allah agar dibuka pintu surga.

Hal itu sebagaimana yang dikisahkan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata; ‘Rasulallahu Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : (( يَجْمَعُ اللهُ النَّاسَ فَيَقُومُ الْمُؤْمِنُونَ حَتَّى تُزْلَفَ لَهُمْ الْجَنَّةُ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا أَبَانَا اسْتَفْتِحْ لَنَا الْجَنَّةَ فَيَقُولُ وَهَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنْ الْجَنَّةِ إِلَّا خَطِيئَةُ أَبِيكُمْ آدَمَ عَلَيْهِ الْسَّلاَمُ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ اذْهَبُوا إِلَى ابْنِي إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ اللهِ عَلَيْهِ الْسَّلاَمُ قَالَ فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ إِلَى مُوسَى الَّذِي كَلَّمَهُ اللهُ تَكْلِيمًا فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى كَلِمَةِ اللهِ وَرُوحِهِ فَيَقُولُ عِيسَى لَسْتُ بِصَاحِبِ ذَلِكَ فَيَأْتُونَ مُحَمَّدًا  فَيَقُومُ فَيُؤْذَنُ لَهُ )) [ رواه مسلم ]

“Kelak Allah akan mengumpulkan manusia, maka orang-orang beriman berdiri menunggu sehingga mereka berkumpul didekat surga. Akhirnya mereka mendatangi Adam sembari mengatakan; ‘Wahai bapak kami, mintakan kepada Allah agar pintu surga dibuka untuk kami’. Beliau menjawab; ‘Tidaklah kalian dikeluarkan dari surga melainkan kesalahan bapakmu Adam, aku tidak pantas untuk itu, pergilah kalian kepada anakku Ibrahim, kekasih Allah ‘alihi sallam’.
Rasulallah meneruskan; ‘Maka Ibrahim mengatakan; ‘Aku tidak pantas untuk itu, namun datanglah kepada Musa yang telah Allah ajak bicara langsung’. Lalu mereka mendatangi Musa, dan beliau mengatakan; ‘Aku tidak layak untuk itu, tapi pergilah kalian kepada Isa, ia adalah kalimat dan ruhNya. Namun Isa juga mengatakan Aku tidak layak untuk itu, namun datanglah kalian kepada Muhammad, maka aku pun berdiri dan diizinkan untuk itu”. (HR Muslim no: 288. Dalam Bab: Adna Ahlil Janah Manzilatan Fiiha.)

 Pintu surga pun dibuka, mereka terpukau melihat keindahannya.

Seperti yang dikisahkan dalam haditsnya Abu Sa’id al-Khudri yang terdahulu, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sampai ketika mereka telah bersih dan suci, lalu mereka diizinkan untuk masuk surga. Maka demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, sungguh salah seorang diantara kalian lebih paham dengan rumahnya yang ada disurga dari pada rumahnya sendiri ketika didunia”. (HR Bukhari no: 2260. Dalam Bab: Qishashil Madhaalim.)

 Setelah memasuki surga, terdengar suara panggilan, mengabarkan pada mereka akan kehidupan yang tiada kematian setelahnya, sehat tanpa dihampiri penyakit, senantiasa muda tidak pernah tua, bergelimang dengan kenikmatan.

Hal itu tergambar jelas dalam firman Allah Azza wa jalla, seperti diantaranya:

قال الله تعالى : ﴿ لَا يَذُوقُونَ فِيهَا ٱلۡمَوۡتَ إِلَّا ٱلۡمَوۡتَةَ ٱلۡأُولَىٰۖ وَوَقَىٰهُمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ ﴾ [سورة الدخان: 56]

“Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka”. (QS adh-Dukhaan: 56).

Dan firman Allah Ta’ala yang lainnya:

قال الله تعالى : ﴿ أَفَمَا نَحۡنُ بِمَيِّتِينَ ٥٨ إِلَّا مَوۡتَتَنَا ٱلۡأُولَىٰ وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ ٥٩ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴾ [سورة الصافات : 58-60]

“Maka apakah kita tidak akan mati?. Melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)?. Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. (QS ash-Shaaffat: 58-60).

Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قالَ رسولَ الله ِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: (( يُنَادِى مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا. فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ : ﴿وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴾)) [ رواه مسلم ]

“(Dan) terdengarlah seruan, kalian akan sehat tanpa sakit selama-lamanya, kalian akan hidup terus tanpa meninggal, kalian akan senantiasa muda tidak pernah tua, akan selalu mendapat nikmat tidak berputus asa selama-lamanya. Itulah firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى : ﴿وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴾ [الأعراف : 43]

“Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS al-A’raaf: 43). (HR Muslim no: 7336. Dalam Bab: Fii Dawaami Ahlil Janah.)

&