Tafsir Ibnu Katsir Surah Asy-Syu’araa’ ayat 83-89 (11)

2 Mei

Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’araa’ (Para Penyair)
Surah Makkiyyah; surah ke 26:227 ayat

tulisan arab alquran surat asy syu'araa' ayat 83-89“83. (Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, 84. dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) Kemudian, 85. dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, 86. dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, 87. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, 88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (asy-Syu’araa’: 83-89)

Ini merupakan permintaan Ibrahim as. agar Rabb-nya memberikan hikmah. Ibnu ‘Abbas berkata: “[Hikmah] yaitu ilmu.”
As-Suddi berkata: “[Hikmah] yaitu kenabian.”
Wa alhiqnii bish-shaalihiin (“dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih.”) yaitu jadikanlah aku bersama golongan orang-orang yang shalih di dunia dan di akhirat, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda di saat sakaratul maut: “Ya Allah jadikanlah aku beserta-Mu teman [Rabb] Yang Mahatinggi.” Beliau mengucapkan sebanyak tiga kali. (Muttafaq ‘alaiHi)

Firman-Nya tentang doa Ibrahim: waj’allii lisaana shidqin fil aakhiriin (“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang [yang datang] kemudian.”) yakni jadikanlah untukku sebutan yang indah setelahku sebagai kenangan bagiku dan tauladan dariku dalam kebaikan.
Mujahid dan Qatadah berkata: waj’allii lisaana shidqin fil aakhiriin (“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang [yang datang] kemudian.”) yakni pujian yang baik.

Mujahid berkata seperti firman-Nya: “Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia.” (an-Nahl: 122).
Al-Laits bin Abu Sulaim berkata: “Lisaana shidqin yaitu millah yang dicintai dan diikuti, demikian komentar ‘Ikrimah.”

Firman Allah Ta’ala: waj’alnii miw waratsati jannatan na’iim (“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga dan kenikmatan.”) yakni berikanlah nikmat kepadaku di dunia dengan kekalnya sebutan indah diriku sepeninggalanku. Dan di akhirat Engkau jadikan aku termasuk pewaris Jannah yang penuh kenikmatan.

Waghfirli abii (“dan ampunilah bapakku.”) seperti firman-Nya: rabbanaghfirlii wa liwaalidayya (“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku.”) (Ibrahim: 41). Ini adalah hal yang telah diralat oleh Ibrahim as. sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.” (at-Taubah: 114)

Sesungguhnya Allah telah menghalangi sampainya permohonan ampunan Ibrahim as. untuk ayahnya. Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya[1470]: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali.” (Mumtahanah: 4)

Wa laa tukhzinii yauma yub’atsuun (“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”) yaitu peliharalah aku dari kehinaan di hari kiamat dan di hari seluruh makhluk dibangkitkan dari awal hingga akhir.

Al-Bukhari berkata pada ayat ini: Ibrahim bin Thuhman berkata dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat Ibrahim melihat ayahnya dalam keadaan tertutup debu dan debu.”

Di dalam riwayat lain dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Pada hari kiamat Ibrahim berjumpa ayahnya dan berkata: ‘Ya Rabbku, sesungguhnya Engkau telah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakanku pada hari berbangkit.’ Maka Allah Ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengharamkan jannah bagi orang-orang kafir.’”

Firman Allah: yauma laa yanfa’u maaluw wa laa banuun (“[yaitu] di hari harta dan anak-anak lelaki tidak berguna.”) yakni harta seseorang tidak dapat menjaga dirinya dari adzab Allah, sekalipun dia menebusnya dengan emas sepenuh bumi. Wa laa banuun (“tidak pula anak-anak”) yakni sekalipun ia menebusnya dengan seluruh penghuni bumi. Saat itu tidak ada yang bermanfaat kecuali beriman kepada Allah, memurnikan ketundukan kepada-Nya dan membebaskan diri dari perilaku syirik dan para penganutnya.

Untuk itu Dia berfirman: illaa man atallaaHi biqalbin saliim (“Kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”) yaitu selamat dari kotoran dan syirik.

Ibnu Sirin berkata: “Qalbun salim; yaitu ia mengetahui bahwa Allah swt. adalah haq dan sesungguhnya hari kiamat tidak ragu lagi pasti akan tiba, serta Allah akan membangkitkan para penghuni kubur.”

Bersambung ke bagian 12

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: