Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim di Kota-kota Pesisir

5 Mei

Sejarah Peradaban Islam;
DR.Badri Yatim, M.A.

Menjelang abad ke 13 M, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India memang terjadi di daerah ini. Karena itu diperkirakan, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian dapat dipahami mengapa kerajaan Islam pertama di kepulauan Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke 13 M.

Setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat Muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke 15 M di daerah ini lahi kerajaan Islam, yang merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudera Pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan masyarakat muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan Majapahit.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511 M) mata rantai pelayaran beralih ke Aceh, kerajaan Islam yang melanjutkan kejayaan Samudera Pasai. Dari sini, proses Islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari Portugis yang menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal memilih berlayar menyusuri pantai Barat Sumatera. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasaannya ke selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatera, kapal-kapal memasuki Selat sunda menuju pelabuhan-pelabuhan di pantai Utara Jawa.

Berdasarkan berita Tome Pires (1512-1515), dalam Suma Oriental-nya, dapat diketahui bahwa daerah-daerah di bagian pesisir Sumatera Utara dan timur Selat Malaka, yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi menurut berita itu, daerah-daerah yang belum masuk Islam juga masih banyak, yaitu Palembang dan daerah-daerah pedalaman Aceh, Sumatera Barat, terutama sejak Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad ke 16 dan 17 M.

Sementara itu, di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung, sejak abad ke 11 M, meskipun belum meluas; terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leren Gresik yang berangka tahun 475 H (1082 M). Berita tentang Islam di Jawa pada abad 11 dan 12 M memang masih langka. Akan tetapi sejak akhir abad ke 13 M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika majapahit mencapai puncak kebesarannya, bukti-bukti adanya proses Islamisasi sudah banyak, dengan ditemukannya beberapa puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik. Bahkan, menurut berita Ma-huan tahun 1416 M, di pusat Majapahit maupun di pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat Muslim.

Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan di Jawa erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudera Pasai, Malaka, dan Aceh.

Tome Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam, yaitu Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, di samping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.

Melihat makam-makam Muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit, diketahui bahwa Islam telah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu mencapai puncaknya. Meskipun demikian lazim dianggap bahwa Islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budhis. Islam menyebar ke pesisir pulau Jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak belakangan menyebar ke pedalaman pulau itu. Tome Pires memberi gambaran tentang bagaimana wilayah-wilayah pesisir Jawa berada di bawah pengaruh muslim:

“Pada waktu terdapat banyak orang kafir di sepanjang pesisir Jawa, banyak pedagang yang biasa datang: orang Persia, Arab, Gujarat, Bengali, Melayu, dan bangsa-bangsa lain. Mereka mulai berdagang di negeri itu dan berkembang menjadi kaya. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mullah-mullah datang dari luar. Oleh karena itu, mereka datang dalam jumlah yang terus meningkat. Anak-anak orang kaya Muslim sudah menjadi orang Jawa yang kaya, karena mereka telah menetap di daerah ini sekitar 70 tahun. Di beberapa tempat, raja-raja Jawa yang kafir menjadi Muslim, sementara para mullah dan para pedagang Muslim mendapat posisi disana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di sekitar tempat-tempat tinggal mereka dan mengambil masyarakat pribuminya, yang berlayar di kapal-kapal mereka.”

Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal ini memberi peluang kepada raja-raja Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari Wali Songo, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.

Pengaruh Islam masuk ke Indonesia bagian timur, khususnya daerah maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke 14 M, Islam datang ke daerah Maluku. Raja Ternate yang keduabelas, Molomatea (1350-1357 M) bersahabat karib dengan seorang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tapi agaknya bukan dalam hal kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ternate sudah ada masyarakat Islam sebelum rajanya masuk Islam. Demikian juga Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan. Menurut Tome Pires, orang masuk Islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465 M. Hal ini sejalan dengan berita Antonio Galvao.

Orang-orang Islam datang ke Maluku tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.

Kalimantan timur pertama kali diislamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tunggang Parangan. Kedua mubaligh ini datang ke Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575.

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad ke 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang Muslim, mungkin dari Malaka, Jawa dan Sumatera. Pada awal abad ke 16 M, di Sulawesi banyak sekali kerajaan yang masih beragama berhala. Akan tetapi, pada abad ke 16 di daerah Gowa, sebuah kerajaan terkenal di daerah itu, telah terdapat masyarakat muslim. Di Gowa dan Tallo raja-rajanya masuk Islam secara resmi pada tanggal 22 September 1605 M.

Proses Islamisasi pada taraf pertama di kerajaan Gowa dilakukan dengan cara damai, oleh Dato’ Ri Bandang dan Dato’ Sulaeman, keduanya memberikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat dan raja. Setelah resmi memeluk agama Islam, Gowa mengislamkan Soppeng, Wajo (10 Mei 1610), dan Bone (23 November 1611 M)

&

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: