Menikmati Lagu Nostalgia dan Kenangan Untuk Ketenangan Jiwa
Opini; Mencari Arti Kebahagiaan
Terkadang dalam hidup ini kita mengalami kegersangan jiwa. Dan merasakan ada sesuatu yang kurang, atau semacam rasa haus akan sesuatu. Padahal segala sesuatunya sudah tersedia di sekeliling kita. Rumah berikut perabotannya sudah ada, bagi yang sudah nikah tentu saja sudah memiliki pasangan hidup tempat berbagi duka dan lara. Di sisi lain karier boleh dibilang sukses meski tidak terlalu tinggi, namun sebanding dengan bekal modal yang dimiliki.
Berbagai macam trik dilakukan untuk menenangkan jiwa, misalnya dengan mendatangi tempat-tempat sepi untuk melakukan renungan terhadap makna hidup ini, atau pergi ke mall-mall untuk melihat (kalau cocok memborong) produk-produk yang sesuai dengan selera, atau menonton sebuah konser musik. Atau bahkan hanya mendengarkan lagu-lagu klasik lewat file musik yang murah meriah. Lalu ramailah orang melakukan kegiatan itu demi sebuah ketenangan jiwa setelah mengaku suntuk dan lelah terhadap aktifitas rutin sehari-hari. Benarkan mereka mendapatkan kepuasan dari semua itu?
Jika anda seorang petualang sejati, mengapa anda tidak mencoba untuk berpetualang “mencari ilmu”. Bukankah kegiatan ini tidak kalah seru dan asyiknya dengan hobi-hobi lainnya ? Bahkan bagi sebagian orang hal ini melebihi dari sekedar hobi yang banyak membuang energi dan biaya tanpa mendapat makna yang memadai.
Pernahkah anda mengalami suatu massa, dimana anda sedang sendirian atau bersama-sama orang lain sementara jiwa anda sedang merindukan sesuatu? Pada saat itu terdengar alunan ayat-ayat suci al-Qur’an yang masuk ke relung jiwa, bagai sebuah belaian lembut dan menyisakan kerinduan mendalam untuk mendapatkannya lagi. Jiwa kita akan hanyut dalam keindahan susunan kalimat dan nada sang Qari (pembaca al-Qur’an) meskipun kita tidak memahami makna dan arti dari ayat-ayat suci tersebut.
Berbeda dengan ketika anda mendengarkan musik atau lagu-lagu kenangan, dimana disana kita mendengar bait-bait syair yang berisi suara keputus asaan, kerapuhan jiwa, kekecewaan dan lain-lain ungkapan sebagai tanda lemahnya jiwa. Dan tentu saja syair yang demikian itu akan berfungsi sebagai “hipnotis” terhadap jiwa pendengarnya yang saat itu memang sedang galau dan risau karena sedang mengalami kekosongan. Maka jadilah jiwa itu bertambah gersang dan tersiksa ketika mendengarkan alunan lagu-lagu kenangan dan nostalgia. Bahkan pada taraf yang terparah adalah jiwanya berkesimpulan untuk mengakhiri hidup ini karena putus cinta yang dialaminya telah menyengsarakan jiwanya dan merasa tidak ada gunanya lagi hidup di dunia ini, apalagi mendapat “restu” dari syair-syair lagu yang ia dengarkan.
Maka apabila anda memang orang yang berakal sehat dan intelek sejati, cobalah untuk mencari jawaban atas kegersangan jiwa anda itu dengan mempelajari Islam dengan baik, langsung dari sumbernya, yakni al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah saw. Firman Allah yang artinya:
&
Tinggalkan Balasan