Tujun Hidup Manusia

13 Feb

Tujun Hidup Manusia
Kenapa Manusia Hidup? Seharusnya Bagaimana? Dan Bagaimana Sesudahnya?

“Masa kecil disayang, masa muda bersenang-senang, masa tua sukses, matinya masuk surga.” Demikianlah. Apakah anda pernah mendengar kalimat yang brilian ini? Atau anda geleng-geleng kepala karena beranggapan bahwa orang yang melontarkan pernyataan seperti itu adalah orang yang terlalu jenius sekaliber Einstein? Atau ungkapan orang sableng tak waras?

Mari kita mencoba melihatnya dari kacamata yang berbeda. Begini, jika yang dimaksud adalah serba foya-foya, maka jelas hal itu sangat ganjil dan melanggar kaidah alami yang ada. Kecuali jika ia adalah seorang anak konglomerat yang tak perlu merisaukan tentang sarana hidupnya, mungkin masih ada korelasinya. Akan tetapi jika yang memegang prinsip demikian adalah para generasi muda yang seharusnya belajar dan bekerja keras sedang taraf hidup keluarganya sederhana, maka artinya dia dalam bahaya yang serius. Bahkan sesungguhnya berlaku juga bagi anak seorang konglomerat.

Namun akan sangat memotivasi jika ditafsirkan demikian:

1. Masa kecil disayang, artinya dia menjadi anak shalih/shalihah yang bertingkah laku dan berakhlak mulia, patuh terhadap nasehat yang baik, dan tidak menuntut hal-hal yang diluar kemampuan orang tua, tentu saja dia akan disayang oleh banyak orang, bukan hanya oleh orang tuanya saja.

2. Masa muda bersenang-senang. Boleh jadi. Caranya begini: senang menuntut ilmu yang bermanfaat, senang membantu orang tua juga senang beribadah dan lain-lain. Intinya ia selalu menyenangi hal-hal yang baik dan mulia. Maka dirinya dan lingkungan sekitarnya tentu akan turut senang.

3. Masa tua sukses. Jelas. Jika sejak usia belia telah akrab dengan kebaikan dan usaha yang teguh dan konsisten, kenapa tidak di usia tuanya dia tidak sukses? Meskipun sukses tidak serta merta diartikan banyak harta benda. Tidak. Namun sukses adalah kondisi dimana seseorang akan merasa tenteram dan senantiasa bersyukur, hingga dapat menyelesaikan setiap persoalan hidupnya dengan baik dan benar. Bukankah hidup ini rangkaian dari ujian yang mesti dicari jalan pemecahannya? Nah referensi ilmu yang telah dikumpulkanya akan menjawab banyak soal yang dia hadapi dalam hidupnya.

4. Mati masuk surga? Insyaa Allah. Apakah ini artinya dia belum tentu masuk surga karena dikatakan “insya Allah” ? Ingat, dalam Islam tak ada yang bisa memastikan kecuali Allah. Sebab hanya Dia yang tahu niat sesungguhnya seseorang melakukan suatu amal. Niat ikhlash dan sikap tawadlu’ (rendah hati) adalah dasar dari akhlak mulia. Jadi kita tetap memohon kepada Allah agar kita diizinkan oleh Allah masuk surga. Kata “pasti” menurut manusia seyogyanya diartikan sebagai “Berperluang besar”. Demikian Islam mengajarkan agar manusia tidak menjadi sombong besar kepala dalam setiap perkara. Jika anda pasti 99% itu artinya anda berpeluang besar. Tapi ingat itu belum 100%. Sebagaimana anda membuat jembatan yang panjangnya 100 cm. Jika anda punya bahan 99 cm itu artinya masih kurang. Kenapa? Sebab ibadah manusia tidak akan pernah sebanding dengan karunia yang telah Allah anugerahkan kepada manusia. Dan mudah-mudahan Allah akan menganggap lunas harga yang harusnya dibayar itu dengan nominal yang kita pastikan 99% itu. Silakan anda renungkan sendiri, sebab manusia adalah makhluk berakal yang pandai matematika, namun sering lupa mengkalkulasi pemberian orang lain karena lebih suka menghitung apa yang telah ia berikan….

&

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: