At-Tadzkirah Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi;
Imam Syamsuddin al-Qurthubi
Abu al-Hasan al-Qabisi ra berkata, Madzab yang shahih yang menjadi pegangan Ahlus sunnah wal jama’ah ialah, bahwa roh itu –setelah keluar dari tubuhnya- diangkat oleh para malaikat, sampai dihadapkan kepada Allah swt, lalu Allah menanyainya. Jika roh itu tergolong ke dalam mereka yang mendapat kebahagiaan, maka Allah menitahkan, “Bawalah dia, dan perlihatkan kepadanya bakal tempatnya dalam surga.” Maka para malaikat membawanya masuk ke surga selagi jasadnya dimandikan.
Jika jasad orang itu telah dimandikan dan dikafani, maka rohnya dikembalikan dan dimasukkan di antara jasad dan kafannya. Oleh karena itu, ketika jasadnya dibawa di atas keranda, dia dapat mendengar perkataan orang-orang; yang baik maupun yang buruk. Dan apabila dishalati dan sampai di kuburan, maka roh itu dikembalikan lagi, dan orang itu didudukkan sebagai manusia yang bernyawa dan berjasad. Kemudian dua malaikat datang menemuinya untuk mengujinya, sebagaimana akan diterangkan nanti.”
Dari Amr bin Dinar, dia berkata, “Tidaklah seseorang meninggal dunia, melainkan rohnya ada di tangan malaikat. Mayit itu melihat bagaimana jasad dirinya dimandikan, bagaimana dikafani, dan bagaimana dia dibawa berjalan. Lalu dia duduk dalam kuburnya.”
Abu Hamid berkata dalam kitabnya, Kasyf Ulum al-Akhirat, “Apabila Malaikat Maut telah mencabut nyawa seseorang yang mendapat kebahagiaan, maka nyawa itu dibawa oleh dua malaikat yang berwajah rupawan, berpakaian indah, dan beraroma harum. Mereka membungkusnya dalam kain sutra surga seukuran batang pohon kurma. Sosoknya tetap sebagai manusia yang tidak hilang akalnya maupun ilmunya yang telah diperolehnya di dunia.
Para malaikat membawa nyawa itu naik ke angkasa. Selama dalam perjalanan, nyawa itu melewati umat-umat yang telah lalu dan generasi-generasi yang telah lampau bagaikan belalang yang tersebar, hingga akhirnya mencapai langit terendah. Maka ketua rombongan mengetuk pintu, lalu ditanya, “Siapakah kamu?”
Dia menjawab, “Aku Shalsha’il, dan ini yang kubawa adalah Fulan.” Sambil menyebut namanya yang terbaik dan yang paling disukainya. Maka penjaga pintu berkata, “Sebaik-baik orang adalah Fulan, karena dia tidak ragu dalam keyakinannya.”
Kemudian sampailah rombongan di langit kedua, lalu malaikat itu mengetuk pintu, dan ditanya, “Siapakah kamu?” maka dijawab seperti tadi. Para penjaga pintu berkata, “Selamat datang Fulan, aHlan wa saHlan, dia selalu menjaga shalatnya dengan semua kewajibannya.”
Kemudian lewatlah mereka hingga sampai di langit ketiga, lalu malaikat itu mengetuk pintu, dan ditanya, “Siapakah kamu?” ketua rombongan menjawab seperti jawaban pertama dan kedua. Maka para penjaga pintu mengucapkan, “Selamat datang, Fulan. Dia selalu memperhatikan perintah Allah mengenai kewajiban hartanya, dan tidak kikir sedikitpun.”
Kemudian mereka meneruskan hingga sampai di langit keempat, lalu ketua rombongan mengetuk pintu dan ditanya, “Siapa kamu?” maka dia menjawab seperti jawaban tadi dan mendapat sambutan, “Selamat datang Fulan. Dia telah berpuasa sebaik-baiknya dan menjaganya dari perkataan-perkataan kotor dan makanan yang haram.”
Kemudian sampailah mereka di langit kelima, lalu ketua rombongan mengetuk pintu dan ditanya, “Siapakah kamu?” Maka dia jawab seperti tadi juga dan mendapat sambutan, “Selamat datang, Fulan. Dia telah menunaikan haji wajib, tanpa dibarengi sum’ah [kewibawaan] dan riya’.”
Kemudian sampai di langit keenam, ketua rombongan itu mengetuk pintu dan ditanya, “Siapakah kamu?” maka dia jawab seperti tadi dan mendapat sambutan, “Selamat datang, orang yang shalih, jiwa yang baik, dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya,” lalu pintu dibukakan untuknya.
Akhirnya sampai di langit ketujuh, ketua rombongan mengetuk pintu, dan ditanya, “Siapakah kamu?” Maka dia jawab seperti tadi, dan mendapat sambutan, “Selamat datang, Fulan. Dia banyak beristighfar saat dini hari, bersedekah secara diam-diam, dan menjamin anak-anak yatim.” Lalu dibukakan pintu.
Kemudian lewatlah rombongan itu, hingga tiba di Suradiqat al-Jalal (kemah-kemah keagungan), ketua rombongan mengetuk pintu, dan ditanya, “Siapa kamu?” Maka dia jawab seperti tadi juga, dan mendapat sambutan, “Selamat datang, ahlan wa sahlan, hamba yang shalih dan jiwa yang baik. Dia banyak beristighfar, beramar ma’ruf dan nahi munkar, dan memuliakan orang-orang miskin.”
Dan mereka terus berjalan dan bertemu dengan para malaikat, semuanya senang menerima kedatangannya dan menyalaminya. Sehingga sampailah di Sidratul Muntaha, lalu ketua rombongan mengetuk pintu, dan ditanya, “Siapa kamu?” Maka dia jawab seperti tadi, dan mendapat sambutan, “Selamat datang Fulan, ahlan wa sahlan. Amalnya shalih, ikhlas semata-mata karena Allah.” Lalu dibukakan pintu.
Kemudian mereka melewati lautan api, melewati lautan cahaya, melewati lautan kegelapan, melewati lautan es, lalu melewati lautan embun. Lautan-lautan itu panjangnya masing-masing seribu tahun perjalanan. Kemudian mereka menembus hijab yang terpasang pada ‘Arsy Tuhan Yang Maha Pengasih. Hijab-hijab itu sebanyak 80.000 kemah, yang mempunyai beberapa balkon. Pada masing-masing kemah ada 80.000 balkon. Di atas setiap balkon ada 80.000 bulan. Mereka semua bertahlil kepada Allah, bertasbih dan mensucikan-Nya. Andaikan salah satu dari bulan-bulan itu muncul ke langit dunia [yang terendah], niscaya dia disembah sebagai tuhan selain Allah, dan niscaya akan membakar cahaya langit.
Ketika itulah ada panggilan dari hadirat Allah lewat belakang kemah-kemah itu, “Nyawa siapakah yang kalian bawa?” Maka dijawab, “Fulan bin Fulan.”
Selanjutnya Allah Yang Maha Agung bertitah, “Dekatkan dia. kamu adalah sebaik-baik hamba hai hamba-Ku.”
Dan ketika nyawa itu dihadapkan di hadirat-Nya, dia merasa malu dikarenakan beberapa perbuatan tercela dan hina anag telah diperbuatnya, sehingga dia mengira dirinya pasti binasa. Namun Allah memaafkannya.” (Untuk memastikan kebenaran perkataan ini diperlukan isnad yang shahih)
Demikianlah sebagaimana diriwayatkan dari Yahya bin Aktsum al-Qadhi, bahwasannya dia ditampakkan dalam mimpinya setelah meninggalnya. Maka dia ditanya, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu?”
“Dia menyuruhku menghadap ke hadirat-Nya.” jawab Yahya menerangkan. Kemudian berfirman, “Hai orang tua buruk! Kamu telah melakukan begini dan begini.”
Aku berkata, “Wahai Tuhanku, bukan begitu yang telah Engkau ceritakan mengenai diri-Mu?”
“Jadi apa yang telah Aku ceritakan mengenai diri-Ku hai Yahya?” tanya Tuhan. Aku jawab, “Telah cerita kepadaku az-Zuhri, dari Ma’mar, dari Urwah, dari Aisyah, dari Nabi saw. dari Jibril, dari Engkau Yang Mahasuci, bahwa Engkau berfirman, “Sesungguhnya Aku malu menyiksa orang yang telah berubah dalam Islam.”
Maka Dia berfirman, “Hai Yahya, kamu benar. Benar pula az-Zuhri, Ma’mar, Urwah, Aisyah, Muhammad, dan Jibril. Dan sungguh, Aku Aku ampuni kamu.”
Dan dari Ibnu Nabatah, ketika dia ditampakkan dalam mimpi, dia ditanya, “Apakah yang dilakukan Allah terhadap dirimu?”
“Allah telah menyuruh aku menghadap kehadirat-Nya.” jawab Ibnu Nabatah menerangkan. Lalu Dia berfirman, “Kamu orang yang lancar bicara, sampai orang mengatakan, ‘Alangkah fasihnya dia.’” Maka aku katakan, “Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku telah menyifati Engkau.”
Allah berfirman, “Katakan apa yang kamu katakan di dunia.”
Aku berkata, “Mereka dihancurkan Tuhan Yang telah menciptakan mereka. mereka dibikin diam oleh Tuhan Yang telah membuat mereka bicara. Dan Tuhan akan mengadakan mereka kemari, sebagaimana Dia telah meniadakan mereka dan Dia akan menghimpun mereka kembali, sebagaimana Dia telah memisahkan mereka.”
Maka Allah berfirman kepadaku, “Kamu benar, pergilah. Sesungguhnya Aku benar-benar telah mengampuni kamu.”
Dan dari Manshur bin Ammar, bahwa dia ditammpakkan dalam mimpi, maka ditanya, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu?”
“Dia menyuruh aku menghadap ke hadirat-Nya,” jawab Manshur menerangkan. “Lalu berfirman kepadaku, “Bawa apa kamu datang kepada-Ku, hai Manshur?’”
“Membawa tiga puluh enam kali haji,” jawabku.
Tapi Dia menolak, “Tidak ada yang Aku terima, satu pun.” Tegas-Nya. Kemudian Dia bertanya pula, “Bawa apa lagi kamu datang kepada-Ku, hai Manshur?”
“Membawa 360 kali khatam al-Qur’an,” jawabku.
Namun Dia menolak juga. Kemudian Dia bertanya pula, “Bawa apa lagi kamu datang kepada-Ku hai Manshur?”
Aku menjawab, “Aku datang kepada-Mu membawa Engkau.”
Allah swt berfirman, “Sekarang, barulah kamu benar-benar datang kepada-Ku. Pergilah, Aku telah mengampunimu.”
Di antara manusia ada yang ketika baru sampai di Kursi sudah mendengar seruan, “Tolak dia.” dan ada pula yang ditolak ketika baru akan sampai di wilayah hijab-hijab tadi. Adapun yang sampai kepada Allah swt hanyalah orang-orang yang mengenal-Nya.
&
Tag:akhirat, al-Qurthubi, aqidah, Bagaimana Keadaannya, belajar islam, berita kiamat, hisab, iman, islam, jahanam, kajian islam, Kemana Perginya Roh, malaikat, mati, maut, Neraka, roh, Setelah Keluar dari Tubuh, surga, Syamsuddin