Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi (Gua)
Surah Makkiyyah; surah ke 18: 110 ayat
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (QS. 18:47) Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakanmu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagimu waktu (memenuhi) perjanjian. (QS. 18:48) Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun.” (QS. 18:49) (al-Kahfi: 47-49)
Allah menceritakan tentang keadaan hari Kiamat yang menyeramkan dan berbagai peristiwa besar yang terjadi pada saat itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Pada hari ketika langitbenar-benar bergoncang dari gunung-gunung benar-benar berjalan. ” (QS. At-Thuur: 9-10).
Yakni beranjak dari tempatnya masing-masing dan kemudian menghilang.
Oleh karena itu, Allah berfirman: wa taral ardla baarizatan (“Dan kamu akan melihat bumi itu datar.”) Maksudnya, rata dan tampak jelas, tidak ada di dalamnya tanda bagi seseorang dan juga tempat yang dapat menutupi seseorang, tetapi makhluk secara keseluruhan tampak jelas bagi Rabb mereka dan tidak sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.
Mengenai firman-Nya ini, wa taral ardla baarizatan (“Dan kamu akan melihat bumi itu datar.”) Mujahid dan Qatadah mengatakan: “Tidak ada batu dan semak-semak (hutan) di atas bumi.” Qatadah juga mengemukakan: “Tidak ada bangunan dan juga pepohonan.”
Firman-Nya: wa hasyarnaaHum falam nughaadir minHum ahadan (“Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.”) Maksudnya, Kami kumpulkan orang-orang yang hidup pertama-tama dan (hingga) yang hidup terakhir, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang Kami tinggalkan, baik anak-anak maupun yang sudah tua. Sebagaimana yang difirmankan-Nya:
“Hari Kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk menghadapnya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).” (QS. Huud: 103)
Firman-Nya: wa ‘uridluu ‘alaa robbika shaffan (“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbaris.”) Dimungkinkan maksud penggalan ayat ini adalah bahwa seluruh makhluk berdiri di hadapan Allah Ta’ala dalam satu barisan. Sebagaimana yang difirmankan Allah: “Pada hari ketikaruh dan para Malaikat berdiri dalam barisan, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Mahapemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar.” (QS. An-Naba’: 38).
Mungkin juga berarti bahwa mereka berdiri dalam beberapa barisan, sebagaimana yang difirmankan-Nya: “Dan datanglah Rabbmu, sedang para Malaikat berbaris-baris.” (QS. Al-Fajr: 22)
Firman-Nya: laqad ji’tumuunaa kamaa khalaqnaakum awwala marratin (“Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakanmu pada kali yang pertama.”
Yang demikian itu merupakan kecaman keras bagi orang-orang yang mengingkari akan adanya hari Kiamat, sekaligus sebagai celaan bagi mereka di hadapan para saksi. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman yang ditujukan kepada mereka: bal za’amtum allan naj’ala lakum mau-‘idan (“Bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagimu waktu [memenuhi] perjanjian.”)
Maksudnya, kalian mengira bahwa hal ini tidak akan terjadi kepada kalian dan tidak juga datang.
FirmanNya: wa wudli’al kitaabu (“Dan diletakkan kitab.”) Yakni, kitab amal perbuatan yang di dalamnya terdapat perbuatan yang mulia dan perbuatan yang hina, yang kecil dan yang besar. Fa taral mujrimiina musy-fiqiina mimmaa fiiHi (“Lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang [tertulis] di dalamnya.”) Yakni, berupa amal perbuatan mereka yang jahat lagi buruk.
Wa yaquuluuna yaa wailatanaa (“Dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami.’”) Maksudnya, sungguh kami sangat merugi dan kecelakaan bagi kami atas kelengahan kami dalam menjalani masa hidup kami.
Maa li Haadzal kitaabi laa yughaadiru shaghiirataw wa laa kabiiratan illaa ah-shaaHaa (“Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.”) Maksudnya, tidak ada satu dosa pun baik kecil maupun besar yang ditinggalkan dan tidak juga amal perbuatan sekecil apa pun melainkan akan tertulis dan tercatat di dalamnya secara teliti dan terpelihara.
Firman-Nya: wa wajaduu maa ‘amiluu haadliran (“Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada [tertulis].”) Yakni, perbuatan baik maupun buruk. Dengan kata lain, semua yang tersembunyi akan terlihat jelas.
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Anas bin Malik, dari Nabi, di mana beliau pernah bersabda: “Setiap pengkhianat mempunyai bendera pada hari Kiamat yang dapat dikenali dengannya.” Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih mereka.
Firman-Nya: wa laa yadh-limu rabbuka ahadan (“Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun.”) Maksudnya, Dia akan memberikan keputusan di tengah-tengah hamba-hamba-Nya mengenai amal perbuatan mereka secara keseluruhan dan Dia tidak mendhalimi seorangpun dari makhluk-Nya, bahkan sebaliknya, Dia senantiasa memberi maaf, menghapuskan dosa, memberikan ampunan, menganugerahkan kasih sayang. Dia juga akan mengadzab siapa saja yang Dia kehendaki melalui kekuasaan, hukum dan keadilan-Nya. Dia akan memenuhi neraka itu dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang berbuat maksiat, lalu orang-orang yang berbuat maksiat tersebut akan diselamatkan, sedangkan orang-orang kafir akan tetap kekal di dalamnya. Dia adalah Rabb yang Mahabijaksana yang tidak melampaui batas dan tidak pula melakukan kezhaliman.
Dia berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang meski sebesar dzarrah pun, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya.” (QS. An-Nisaa’: 40)
bersambung
Tag:al-kahfi, Al-qur'an, ayat, ayat 47-49, ibnu katsir, surah, surah al kahfi, surat, surat al kahfi, tafsir, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Kahfi