Tafsir Al-Qur’an Surah Thaahaa
Surah Makkiyyah; surah ke 20: 135 ayat
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. 20: 131) Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. 20:132)” (ThaaHaa: 131-132)
Allah berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad: “Janganlah kamu melihat kenikmatan yang ada pada orang-orang yang berlebih-lebihan dan yang semisalnya, karena sesungguhnya semuanya itu merupakan bunga yang akan punah dan kenikmatan yang tidak dapat bertahan. Yang dengan sernuanya itu mereka Kami uji, tetapi hanya sedikit sekali dari hamba-Ku yang mau bersyukur.”
Mujahid berkata: “Kata `golongan-golongan dari mereka’ itu adalah orang-orang kaya.” Sesungguhnya kamu telah diberi apa yang lebih baik dari apa yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana yang Dia firmankan dalam ayat yang lain sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca ulang-ulang dan al-Qur’an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu). ” (QS. Al-Hijr: 87-88)
Demikian juga yang disimpan Allah untuk Rasul-Nya, Muhammad saw. di akhirat kelak berupa suatu hal yang sangat agung, yang tidak dapat dibatasi dan disifati. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala:
“Dan kelak Rabbmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu hatimu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuhaa: 5)
Oleh karena itu, Allah A berfirman: wa rizqu rabbika khairuw wa abqaa (“Dan karunia Rabb-mu adalah lebih baik dan lebih kekal.”) Di dalam hadits shahih disebutkan, bahwa ketika `Umar bin al-Khaththab masuk menemui Rasulullah di tempat itu, di mana ia mengasingkan diri dari isterinya ketika beliau meng-ila’ (bersumpah untuk tidak menggauli isteri) mereka. la melihat Rasulullah berbaring di atas kerikil sebagai tikar, sedang di rumah itu tidak terdapat apa pun kecuali secuil daun salam yang tergantung. Maka kedua mata Umar pun berlinang. Lalu beliau berkata kepadanya: “Hai `Umar, apa yang menyebabkanmu menangis?” `Umar menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Kaisar menikmati apa yang mereka miliki, sedangkan engkau adalah dipilih Allah di antara makluk-Nya.
Maka beliau berkata: “Apakah kamu masih ragu, hai putera al-Khaththab? Mereka itu merupakan kaum yang kesenangan mereka didahulukan dalam kehidupan dunia.”
Rasulullah merupakan orang yang paling zuhud di dunia ini, padahal beliau mempunyai kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dunia tersebut. Setiap kali beliau mendapatkannya, beliau menafkahkannya dan membaginya kepada hamba-hamba Allah, dan beliau tidak menyimpan sesuatu pun untuk dirinya sendiri buat hari esok. Qatadah dan as-Suddi mengemukakan: “Bunga kehidupan dunia, yakni perhiasan kehidupan dunia.”
Mengenai firman-Nya: linaftinaHum fiiHi (“Untuk Kami coba mereka dengannya,”) Qatadah berkata: “Supaya Kami menguji mereka.”
Firman-Nya: wa’mur aHlaka bish-Shalaati wash-thabir ‘alaiHaa (“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”) Maksudnya, selamatkanlah mereka dari adzab Allah dengan mendirikan shalat, dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Sebagaimana yang difirmankan Allah berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (at-Tahriim: 6)
Firman-Nya: laa nas-aluka rizqan nahnu narzuquk (“Kami tidak meminta kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu.”) Maksudnya, jika kamu mendirikan shalat, maka akan datang kepadamu rizki dari arah yang tidak kamu sangka. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surat yang lain: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan berinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)
At-Tsauri berkata: “Firman-Nya: laa nas-aluka rizqan (“Kami [Allah] tidak meminta rizki kepadamu”) maksudnya, “Kami tidak membebanimu untuk mencari rizki.”
Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia bercerita, Rasulullah i bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Hai anak cucu Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan akan Aku tutup kemiskinanmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka akan Aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan tidak pula Aku menutupi kemiskinanmu.’”
Ibnu Majah juga meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, aku pernah mendengar Nabi bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan semua kesusahan menjadi satu kesusahan yaitu kesusahan pada hari kembali kepada-Nya (Kiamat), maka Allah mencukupkan baginya dari kesusahan dunianya. Dan barangsiapa yang menjadikan kesusahannya bercabang-cabang dalam berbagai kehidupan dunia, maka Allah tidak akan peduli kepadanya, di lembah mana dari bumi-Nya ini ia akan binasa.”
Diriwayatkan pula dari hadits Syu’bah, dari Zaid bin Tsabit, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai pusat perhatiannya (tujuannya), maka Allah menceraikan urusannya dan menjadikan kemiskinannya ada di hadapan matanya. Tidak ada sesuatu pun dari dunia ini datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menyatukan urusannya dan melimpahkan kekayaan-Nya di dalam hatinya, lalu dunia datang kepadanya dalam keadaan hina.”
Firman-Nya lebih lanjut: wal ‘aaqibatu littaqwaa (“Dan akibat itu adalah bagi orang yang bertakwa.”) Maksudnya, kesudahan yang baik di dunia dan akhirat, yaitu surga adalah untuk orang yang bertakwa kepada Allah.
Di dalam hadits shahih disebutkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Semalam aku bermimpi seolah-olah kita berada di rumah ‘Uqbah bin Rafi’, dan seakan-akan diberikan kepada kita kurma Ibnu Thab. Lalu aku menakwilkan hal itu bahwa kesudahan yang baik dan kemuliaan di dunia bagi kita, dan bahwasanya agama kita sudah baik.”
Bersambung
Tag:agama islam, Al-qur'an, ayat, bahasa indonesia, ibnu katsir, islam, surah, surah ThaaHaa, surat, surat ThaaHaa, tafsir, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surah Thaahaa ayat 131-132, thaahaa, thoha, toha