Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anfaal
(Harta Rampasan Perang)
Surah Madaniyyah; surah ke 8: 75 ayat
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengar [ayat-ayat yang seperti ini], kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini [al-Qur’an] ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala.’ (QS. 8:31) Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik berkata): ‘Ya Allah, jika betul (al-Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.’ (QS. 8:32) Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS. 8:33)” (al-Anfaal: 31-33)
Dengan firman-Nya ini Allah swt. memberitahukan tentang kekufuran orang-orang Quraisy, pengingkaran, pembangkangan dan keangkuhan juga pengakuan mereka yang bathil saat mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka, mereka berkata: qad sami’naa lau nasyaa-u laqulnaa mits-la Haadzaa (“Sesungguhnya kami telah mendengar [ayat-ayat yang seperti [ini]. Kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang seperti int.’”)
Ini adalah ucapan mereka yang tidak ada realisasinya (wujud amalnya), karena mereka telah ditantang berkali-kali untuk mendatangkan satu surat yang seperti al-Qur’an, namun mereka tidak mendapatkan jalan untuk itu. Ucapan yang keluar dan mereka ini tidak hanyalah menipu diri mereka dan orang-orang yang mengikuti mereka kebathilannya. Ada pendapat mengatakan, bahwa yang mengucapkan kata-kata ni adalah an-Nadhar bin al-Harits, -semoga Allah melaknatinya-.
Asaathiirul awwaliin (“Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.”) adalah bentuk jama’ dari “asthuuratun” (yang artinya dongeng). Maksudnya adalah, kitab-kitab mereka yang ia mengutip darinya, sebab ia belajar darinya membacakannya kepada manusia. Ini adalah kebohongan yang nyata.
Sebagaimana Allah beritakan tentang mereka pada ayat lain yang artinya: “Dan mereka berkata: ‘Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi petang.’ Katakanlah: ‘Al-Qur’an itu diturunkan (Allah) yang mengetahui segala rahasia di langit dan bumi. Sesungguhnya Dia adalah Mahapengampun lagi yang.” (QS. Al-Furqaan: 5-6)
Maksudnya, bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadanya, maka sesungguhnya Allah swt. menerimanya dan memaafkannya.
Firman-Nya: wa idz qaalullaaHumma in kaana Haadzal Huwal haqqa min ‘indika fa amthir ‘alainaa hijaaratam minas samaa-i awi’tinaa bi’adzaabin aliim (“Dan [ingatlah], ketika mereka [orang-orang musyrik] berkata: `Ya Allah, jika betul [al-Qur’an] ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.’”) Ini dikarenakan sangat banyaknya kebodohan mereka dan kerasnya pendustaan, pembangkangan dan pengingkaran mereka. Dan ini adalah sesuatu yang mereka dicela karenanya. Seharusnya mereka mengatakan: “Ya Allah, jika hal adalah kebenaran dari-Mu, maka tunjukkanlah kami kepadanya dan berikan taufiq kepada kami untuk mengikutinya.” Namun mereka memulai dengan sesuatu yang merugikan diri mereka dan meminta disegerakannya adzab.
Demikian pula ucapan orang-orang bodoh dari umat-umat terdahulu, sebagaimana perkataan kaum Nabi Syu’aib kepadanya: “Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (asy-Syu’araa’: 187)
Syu’bah meriwatkan dari Abdul Hamid, pemilik az-Ziyadi, dari Anas bin Malik dia berkata: “Yang mengucapkan demikian adalah Abu Jahal bin Hisyam.” Abu jahal berkata: AllaaHumma in kaana Haadzal Huwal haqqa min ‘indika fa amthir ‘alainaa hijaaratam minas samaa-i awi’tinaa bi’adzaabin aliim (“’Ya Allah, jika betul [al-Qur’an] ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.’”)
“Maka turunlah ayat: wa maa kaanallaaHu liyu-‘adz-dzibaHum wa anta fiiHim wa maa kaanallaaHu mu’adz-dzaibaHum wa Hum yastaghfiruun (“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah [pula] Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS. 8:33)” (HR. Al-Bukhari)
Firman-Nya: wa maa kaanallaaHu liyu-‘adz-dzibaHum wa anta fiiHim wa maa kaanallaaHu mu’adz-dzaibaHum wa Hum yastaghfiruun (“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah [pula] Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.”) Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas: wa maa kaanallaaHu liyu-‘adz-dzibaHum wa anta fiiHim (“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.”) Allah sekali-sekali tidak akan menyiksa suatu kaum sementara para Nabi masih berada di tengah-tengah mereka, sehingga Allah mengeluarkan mereka, kemudian Allah berfirman: wa maa kaanallaaHu mu’adz-dzaibaHum wa Hum yastaghfiruun (“Dan tidaklah [pula] Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.”) Ia (Ibnu `Abbas) berkata: “Sedangkan tengah-tengah mereka terdapat orang yang sudah ada ketetapan semenjak dahulu kala dari Allah, bahwa mereka akan masuk ke dalam iman, yaitu istighfar.”
Yastaghfiruuna (“Mereka meminta ampun”) adalah yushaaluuna (“mereka melakukan shalat”), yaitu penduduk Makkah.
Adh-Dhahhak dan Abu Malik berkata: wa maa kaanallaaHu mu’adz-dzaibaHum wa Hum yastaghfiruun (“Dan tidaklah [pula] Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.”) Maksudnya adalah, orang-orang beriman yang ada di Makkah.
At-Tirmidzi berkata dari Abi Burdah bin Abi Musa, dari bapaknya, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah menurunkan dua keamanan kepadaku untuk umatku, yaitu; ‘Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.’ Maka jika aku telah wafat, aku tinggalkan pada mereka istighfar sampai hari Kiamat.”
Hadits at-Tirmidzi ini diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al-Hakim dalam al-Mustadraknya, dari Abu Sa’id, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya syaitan berkata: ‘Demi kemuliaan-Mu ya Rabb, aku akan terus-menerus membelokkan dan menggoda hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka masih ada pada badan mereka.’ Allah menjawab: ‘Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, Aku akan terus-menerus mengampuni mereka selama mereka meminta ampunan dari-Ku.’”
Kemudian al-Hakim berkata: “Sanadnya shahih tetapi Imam al-Bukhari serta Imam Muslim tidak mengeluarkannya.”
Bersambung
Tinggalkan Balasan