Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anfaal
(Harta Rampasan Perang)
Surah Madaniyyah; surah ke 8: 75 ayat
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS. 8:45) Dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. 8: 46)” (al-Anfaal: 45-46)
Yang demikian itu merupakan pengajaran dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, berupa adab (etika) berperang dan jalan keberanian ketika menghadapi musuh, di mana Allah berfirman: yaa ayyuHal ladziina aamanuu, idzaa laqiikum fi-atan fatsbutuu (“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan [musuh] maka berteguh hatilah kalian.”)
Di dalam ash-Shahihain terdapat sebuah hadits dari `Abdullah bin Abi `Aufa, bahwasanya Rasulullah saw. pernah menunggu hari-hari di mana beliau akan bertemu dengan musuh. Dan ketika matahari telah condong, beliau berdiri dan berseru kepada orang-orang: “Hai sekalian manusia, janganlah kalian mengharapkan agar bertemu musuh dan mohonlah keselamatan kepada Allah. Jika kalian bertemu dengan mereka, maka bersabarlah dan ketahuilah sesungguhnya surga itu berada di bawah bayang-bayang pedang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Setelah itu Nabi saw berdiri dan berdoa: “Ya Allah, yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an), yang memperjalankan awan dan yang mengalahkan golongan musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami dalam melawan mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maka, Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk berteguh hati dalam memerangi musuh dan bersabar dalam bertempur dengan mereka. Jadi mereka tidak diperbolehkan lari, berpaling dan takut. Selain itu, Allah juga memerintahkan mereka untuk selalu mengingat Allah pada saat perang dan tidak melupakan-Nya, tetapi mereka harus selalu memohon pertolongan dan bertawakkal kepada-Nya. Dan hendaklah mereka memohon kemenangan atas musuh-musuh mereka dan mentaati Allah dan Rasul-Nya pada saat sedang berperang. Apa yang diperintahkan Allah Ta’ala kepada mereka, mereka mentaati-Nya dan apa yang dilarang-Nya, mereka menjauhkan diri darinya. Mereka tidak berselisih di antara mereka, karena hal itu hanya akan menjadi sebab kehinaan dan kegagalan mereka.
Firman-Nya: wa tadzHaba riihukum (“Dan hilang kekuatan kalian.”) Yaitu kekuatan dan semangat kalian. Washbiruu innallaaHa ma’ash shaabiriin (“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”)
Para sahabat memiliki keberanian dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepatuhan kepada bimbingan yang diberikan kepada mereka. Yang mana sifat demikian itu belum pernah dimiliki oleh seorang pun dari umat-umat terdahulu dan tidak juga orang-orang yang hidup setelah mereka.
Dengan keberkahan Rasulullah dan ketaatan mereka kepada beliau atas apa yang diperintahkan, mereka dapat menundukkan hati-hati manusia dan membebaskan berbagai negeri, di Timur maupun di Barat, dalam waktu yang singkat dan dengan jumlah mereka yang sedikit, jika dibandingkan dengan bala tentara dari beberapa negara, misalnya Romawi, Persia, Turki, Slaves (Eropa Timur), Barbar, Ethiopia, dan beberapa warga kulit hitam, Qibti dan dari bangsa-bangsa lain.
Mereka berhasil menaklukkan seluruh negeri tersebut, sehingga kalimat Allah menjadi tinggi dan agama-Nya pun tegak di atas agama-agama lainnya. Kerajaan Islam pun dapat berkembang luas ke seluruh belahan dunia, Barat maupun Timur hanya dalam waktu kurang dari 30 tahun. Allah meridhai mereka dan menjadikan mereka semua ridha kepada-Nya. Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita semua dalam golongan mereka. Sesungguhnya Allah Mahapemurah lagi Mahapemberi.
Bersambung
Tinggalkan Balasan