Tafsir Al-Qur’an Surah An-Israa’
(Memperjalankan di Malam Hari)
Surah Makkiyyah; surah ke 17: 111 ayat
“Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (ilah) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya.’ (QS. 17:56) Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti. (QS. 17:57)” (al-Israa’: 56-57)
Allah berfirman: qul (“Katakanlah,”) hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah. Ud’ul ladziina ja’amtum min duuniHi (“Panggillah mereka yang kamu anggap [ilah] selain Allah,”) yakni berupa berhala dan sekutu, lalu bersandarlah kepada mereka. Sesungguhnya mereka itu: Falaa yamlikuuna kasyfadl-dlurii ‘ankum (“Tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu.”) Yakni secara keseluruhan.
Wa laa tahwiilan (“Dan tidak pula memindahkannya.”) Maksudnya, mereka tidak mampu memindahkan kesulitan kalian kepada orang lain. Dengan kata lain, yang mampu melakukan hal itu adalah Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, penciptaan dan perintah hanya berada di tangan-Nya.
Mengenai firman Allah Ta’ala: Ud’ul ladziina ja’amtum min duuniHi (“Panggillah mereka yang kamu anggap [ilah] selain Allah,”) Al-`Aufi bercerita dari Ibnu `Abbas, ia berkata: “Dulu, orang-orang musyrik berkata, ‘Kami menyembah para Malaikat, `Isa dan `Uzair.’ Dan yang mereka seru (untuk memohon) itu adalah Malaikat, `Isa dan `Uzair.”
Firman Allah Ta’ala: ulaa-ika yad’uuna (“Orang-orang yang mereka seru itu.”) Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Sulaiman bin Mahran al-A’masy, dari Ibrahim, dari Abu Mu’ammar, dari `Abdullah mengenai firman Allah Ta’ala: ulaa-ika yad’uuna yad’uuna ilaa rabbiHimul wasiilata (“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka,”) ia berkata, yakni beberapa orang dari bangsa jin mereka disembah, lalu kemudian mereka masuk Islam.
Dan dalam riwayat yang lain, ia berkata: “Ada beberapa orang dari bangsa manusia yang menyembah beberapa orang dari bangsa jin, lalu jin itu memeluk Islam, sedang mereka tetap berpegang teguh pada agama mereka.
Dan kata al-wasilah di sini berarti taqarrub, sebagaimana yang dikatakan Qatadah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: ayyuHum aqrabu (“Siapa diantara mereka yang lebih dekat [kepada Allah].”)
Firman Allah: wa yarjuuna rahmataHu wa yakhafuuna ‘adzaabaHu (“Dan [mereka] mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya.”) Suatu ibadah tidak sempurna kecuali disertai dengan rasa takut dan harapan. Dengan rasa takut, maka akan terhindar dari berbagai larangan, dan dengan harapan akan memperbanyak ketaatan.
Dan firman-Nya: inna ‘adzaaba rabbika kaana mahdzuuran (“Sesungguhnya adzab Rabbmu adalah suatu yang [harus] ditakuti.”) Maksudnya, seorang muslim harus benar-benar berhati-hati dan takut terjatuh ke dalam adzab-Nya. Semoga Allah melindungi kita darinya.
Bersambung
Tinggalkan Balasan