Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nahl (Lebah)
Surah Makkiyyah; surah ke 16: 128 ayat
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. 16:14) Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan jalan agar kamu mendapat petunjuk, (QS. 16:15) dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penuuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapatpetunjuk. (QS. 16:16) Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. 16:17) Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha-pengampun lagi Mahapenyayang. (QS. 16:18)” (an-Nahl: 14-18)
Allah memberi khabar tentang pengendalian-Nya terhadap lautan yang menggebu-gebu dengan ombak, dan Allah memberi anugerah kepada hamba-Nya dengan menundukkan lautan itu untuk mereka, dan membuatnya mudah untuk mengarunginya, dan menjadikan di dalamnya ikan besar dan ikan kecil, dan menjadikan dagingnya halal; baik dari yang hidup atau dari yang mati, ketika halal (diluar kegiatan haji dan umrah) atau ketika ihram, dan Allah memberi anugerah kepada mereka dengan apa yang Allah ciptakan di dalam lautan itu, berupa mutiara dan permata yang sangat berharga.
Dan Allah memudahkan bagi mereka untuk mengeluarkan mutiara dan permata itu dari tempatnya, sehingga menjadi perhiasan yang mereka memakainya. Dan Allah memberi anugerah kepada mereka dengan menundukkan lautan untuk membawa perahu-perahu mengarunginya dan dikatakan pula, angin yang menggerakkannya; dua macam pengertian ini benar.
Lain pendapat mengatakan, menggerakkannya pada lambungnya yang melengkung, Allahlah yang mengajari hamba-hamba-Nya tentang cara membuat perahu-perahu itu yang merupakan warisan dari bapak mereka Nabi Nuh as. karena dialah orang pertama yang mengendarai perahu, dan dia memiliki pengetahuan tentang cara pembuatannya, lalu orang-orang mengambil darinya, dari abad ke abad, dari generasi ke generasi, mereka berjalan dari negara ke negara, dan dari negeri ke negeri, dari benua ke benua, untuk mengambil apa yang ada di sana, untuk apa yang ada di sini. Dan apa yang ada,di sing, untuk apa yang ada di sana.
Maka dari itu Allah berfirman: wa litabtaghuu min fadl-liHii wa la’allakum tasykuruun (“Dan supaya kamu mencari [keuntungan] dari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.”) Maksudnya, nikmat-nikmat-Nya dan kebaikan-kebaikan-Nya.
Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan bumi dan apa yang ada di dalamnya berupa gunung-gunung yang tinggi dan kokoh agar bumi tenang dan tidak goncang dengan apa yang ada di atasnya berupa binatang-binatang, karena kalau bumi goncang, binatang binatang itu tidak nyaman hidupnya, maka dari itu Allah berfirman: wal jibaala arsaaHaa (“Dan gunung-gunung dipancangkannya dengan teguh.”) (QS. An-Naazi’aat: 32)
Firman Allah: wa anHaaraw wa subulan (“[Dan Dia menciptakan] sungai-sungai dan jalan-jalan,”) maksudnya, Allah menjadikan di atas bumi sungai-sungai yang mengalir dari suatu tempat ke tempat yang lain, sebagai rizki untuk para hamba. Sungai-sungai itu bersumber disuatu tempat dan merupakan rizki bagi penduduk tempat yang lain, sungai-sungai itu membelah bumi, daratan, tempat-temp at sunyi, mengoyak gunung-gunung dan bukit-bukit, maka sampailah sungai-sungai itu ke negeri yang Allah tentukan untuk penduduknya itu.
Sungai-sungai itu mengalir di atas bumi, ke kanan, ke kiri, ke selatan, ke utara, ke timur dan ke barat. Sungai-sungai itu ada yang kecil, ada yang besar.
Dan Allah menjadikan wadi-wadi yang terkadang mengalir airnya dan terkadang berhenti dan diantara mata air dan kolam-kolam. terkadang mengalir deras dan terkadang mengalir lamban, tergantung kehendak Allah, kuasa-Nya, penundukan-Nya, dan kemudahan-Nya, maka tidak ada Ilah selain Dia dan tidak ada Rabb selain-Nya, dan begitu juga Allah menciptakan di atas bumi itu jalan-jalan yang menghubungkan antara suatu negeri dengan negeri yang lain, sehingga Allah memotong gunung untuk mengadakan di antara kedua negeri itu jalan tembus dan terowongan.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: wa ja’alnaa fiiHaa fijaajan subulan…. (“Dan telah Kami jadikan [pula] di bumi itu jalan-jalan yang luas…,”) dan ayat seterusnya. (QS. Al-Anbiyaa’: 31)
Firman Allah: wa ‘alaamaatin (“Dan [Dia ciptakan] tanda-tanda [petunjuk],”) maksudnya petunjuk-petunjuk, berupa gunung-gunung yang besar, bukit-bukit yang kecil dan sejenisnya, yang orang-orang musafir dapat mengetahui adanya daratan dan lautan jika mereka tersesat di jalan.
Dan firman Allah: wa bin najmiHum yaHtaduun (“Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk,”) maksudnya dalam kegelapan malam, seperti yang di ucapkan Ibnu `Abbas. Kemudian Allah Ta’ala mengingatkan atas kebesaran-Nya dan bahwasanya ibadah itu tidak layak kecuali kepada-Nya, bukan untuk yang lain-Nya, berupa berhala-berhala yang tidak menciptakan sesuatu apa pun, bahkan berhala-berhala itu diciptakan.
Maka dari itu Allah berfirman: afamay yakhluku kamal laa yakhluqu afalaa tadzakkaruun (“Maka apakah Allah menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan [apa-apa] maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.”) Kemudian Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya atas banyaknya nikmat dan kebaikan yang diberikan kepada mereka.
Maka Allah berfirman: wa in ta’udduu ni’matallaaHi laa tuhshuuHaa innallaaHa laghafuurur rahiim (“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya, sesungguhnya Allah benar-benar Mahapengampun lagi Mahapenyayang,”) maksudnya nikmat-nikmat itu melimpah bagimu semua, dan seandainya Dia memintamu untuk bersyukur atas semua nikmat-Nya, niscaya kamu semua tidak mampu melaksanakannya kalaupun Dia memerintahkan untuk itu, kalian pun lemah dan meninggalkan untuk melaksanakannya dan seandainya Dia menyiksamu niscaya Dia akan menyiksamu, dan Dia tidak berbuat dhalim terhadapmu, akan tetapi Dia itu Mahapengampun lagi Mahapenyayang, mengampuni dosa yang banyak dan memberi pahala amal yang sedikit.
Ibnu Jarir berkata: “Sesungguhnya Allah benar-benar Mahapengampun ketika kamu kurang mensyukuri sebagian nikmat-nikmat-Nya, akan tetapi jika kamu bertaubat, kembali mentaati-Nya dan mengikuti keridhaan-Nya, niscaya Dia Mahapengampun terhadapmu, tidak menyiksamu, setelah kamu kembali dan bertaubat.
Bersambung
Tag:14, 15, 16, 17, 18, agama islam, Al-qur'an, an-nahl, annahl, ayat, bahasa indonesia, ibnu katsir, islam, religion, surah, surat, tafsir, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nahl ayat 14-18