Arsip | 09.21

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 13-14

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 13-14“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kedhaliman, padahal para Rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. (QS. 10:13) Kemudian Kami jadikan kamu pengganti pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (QS. 10:14)” (Yunus: 13-14)

Allah mengabarkan tentang apa yang telah terjadi pada kaum-kaum terdahulu, dalam kedustaan mereka terhadap apa yang dibawa oleh para Rasul, berupa keterangan-keterangan dan bukti-bukti yang nyata. Kemudian Allah menguasakan generasi setelah mereka atas kaum itu dan mengutus Rasul untuk melihat sejauh mana mereka mentaati dan mengikutinya.

Dalam Shahih Muslim, dari hadits Abi Nadhrah, dari Abu Sa’id, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu adalah manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menguasakannya kepadamu, maka Ia melihat bagaimana kamu beramal, maka takutlah akan dunia dan perempuan, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah (fitnah) perempuan.” (HR. Muslim)

bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 12

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 12“Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 12)

Allah memberi kabar tentang manusia, keluh-kesah dan kegelisahannya bila sedang ditimpa malapetaka, sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdo’a.” (QS. Fushshilaf: 51) Maksud dari kata “’ariidl” yaitu “katsiirun” yaitu (banyak). Kedua kata itu memiliki makna yang sama, hal itu disebabkan jika dia ditimpa kesusahan, dia resah, bersedih hati dan memperbanyak do’a, maka dia berdo’a kepada Allah untuk menghilangkan dan mengangkatnya dari dirinya, dia berdo’a dalam keadaan berbaring, duduk, berdiri dan dalam semua keadaan.

Lalu jika Allah telah menghilangkan kesusahan dan malapetakanya, dia berpaling dan menjauh dari-Nya dan dia pergi seolah-olah dia tidak ada hubungan sedikit pun dengan usahanya itu; marra ka al-lam yad’unaa ilaa dlurrim massaHu (“Dia [kembali] melalui [jalannya yang sesat] seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk [menghilangkan] bahaya yang telah menimpanya.”)

Adapun orang yang diberi oleh Allah petunjuk, kelurusan, taufiq, dan kecerdikan, maka ia adalah orang yang dikecualikan dari hal tersebut. Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Kecuali orang-orang yang sabar [terhadap bencana] dan mengerjakan amal shalih.” (Huud: 11) dan juga sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Sungguh mengagumkan (urusan) seorang mukmin itu, tidaklah Allah memberi keputusan kepadanya kecuali hal itu baik baginya. Jika dia ditimpa malapetaka (musibah), lalu ia bersabar maka hal itu baik baginya. Dan jika dia mendapat kesenangan lalu dia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan keadaan seperti itu tidaklah diperuntukkan bagi seorang pun, kecuali bagi orang mukmin.” (Diriwayatkan oleh Muslim dalam bab: “Seorang mukmin, semua urusan/ keadaannya adalah kebaikan.” Dan juga Imam Ahmad dari Shuhaib bin Sinan)

bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 11

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 11“Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.” (QS. Yunus: 11)

Allah mengabarkan tentang kemurahan-Nya dan kelembutan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a mereka jika mereka berdo’a untuk kesusahan jiwa, harta dan anak mereka sendiri, di saat mereka sedang bosan atau marah. Dan sesungguhnya Allah mengetahui, bahwa mereka tidak bermaksud untuk itu, oleh karena itu Allah tidak mengabulkannya. Keadaan seperti ini adalah kelembutan dan kasih sayang. Sebagaimana Allah mengabulkan do’a mereka jika mereka berdo’a untuk diri mereka, harta dan anak-anak mereka dengan kebaikan, keberkahan dan perkembangan.

Oleh karena itu Allah berfirman: walau yu-‘ajjilullaaHu lin naasisy syarras ti’jaalaHum bilkhairi laqudliya ilaiHim ajaluHum (“Dan sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka,” dan seterusnya)

Maksudnya, jika Allah mengabulkan ketika mereka berdo’a untuk kematian diri mereka sendiri, tentunya Allah mematikan mereka, akan tetapi Allah tidak seyogianya untuk memperbanyak dalam masalah itu. Seperti disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya, dari `Ubadah bin al-Walid, Jabir bercerita kepadaku, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Janganlah kamu berdo’a buruk atas dirimu, janganlah kamu berdo’a buruk atas anak-anakmu, dan janganlah kamu berdo’a buruk atas hartamu, janganlah kamu mencari saat yang tepat untuk dikabulkan do’a burukmu, maka Allah akan mengabulkan do’amu.” (Hadits riwayat Abu Dawud dari hadits Hatim bin Isma’il.)

Al-Bazzar berkata: “Ubadah bin al-Walid bin `Ubadah bin ash-Shamit al-Anshari meriwayatkannya sendiri, tak seoran pun ikut, meriwayatkannya.”
Dan ini seperti firman Allah yang artinya: “Dan manusia berdo’a untuk kejahatan sebagaimana dia berdoo’a untuk kebaikan.” (QS. Al-Israa’: 11) dan seterusnya)

bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 9-10

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 9-10“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. (QS. 10:9) Do’a mereka di dalamnya ialah: ‘Subhanakallahumma’ dan salam penghormatan mereka ialah: ‘Salaam.’ Dan penutup do’a mereka ialah: ‘Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.’ (QS. 10:10)” (Yunus: 9-10)

Ayat ini merupakan kabar tentang orang-orang yang bahagia, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, membenarkan para Rasul dan melaksanakan apa yang mereka perintahkan, lalu mereka pun melakukan amal shalih, bahwa sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk kepada mereka karena keimanan mereka.

Huruf ba’ di sini mengandung pengertian sababiyah, maka maksudnya adalah disebabkan (karena) keimanan mereka di dunia, maka Allah memberi petunjuk kepada mereka di hari Kiamat jalan yang lurus, sehingga mereka melewatinya dan masuk ke surga. Dan kemungkinan juga ba’ di sini mengandung arti lil isti’anah, sebagaimana Mujahid berkata mengenai firman Allah: yaHdiiHim rabbuHum bi-iimaaniHim (“Mereka diberi petunjuk oleh Rabbnya karena keimanannya.” Ia (Mujahid) berkata: “Mereka memiliki cahaya yang mengakibatkan mereka dapat berjalan.”

Ibnu Juraij berkata mengenai ayat tersebut: “Amal mereka menampakkan diri di hadapan mereka dengan penampilan yang bagus dan bau yang harum. Jika seorang mukmin itu bangkit dari kuburnya, amal itu menampakkan diri di hadapannya dan menyampaikan kabar gembira dengan setiap kebaikan, maka si mukmin itu bertanya kepadanya: `Siapa engkau?’ Maka ia menjawab: ‘Aku adalah amalmu.’ Maka amal itu menjadi cahaya di depannya hingga masuk surga, itulah firman Allah Ta’ala: yaHdiiHim rabbuHum bi-iimaaniHim (“Mereka diberi petunjuk oleh Rabbnya karena keimanannya.”
Sedangkan orang kafir, amalnya menampakkan diri di hadapannya dengan penampilan yang buruk dan bau busuk, maka amal itu selalu bersamanya dan menyertainya hingga melemparkannya ke neraka.”

Firman-Nya: da’waaHum fiiHaa subhaanakallaaHumma wa tahiyyatuHum fiiHaa salaamuw wa aakhiru da’waaHum anil hamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin (“Doa mereka di dalamnya adalah: ‘Subhanakallahumma,’ dan salam perhormatan mereka ialah: `Salaam.’ Dan penutup do’a mereka ialah: ‘AlhamdulillaaHi Rabbil ‘alamiin.’”) Maksudnya, inilah keadaan ahli surga.

Ibnu Juraij berkata: “Aku diberi kabar bahwa firman Allah: da’waaHum fiiHaa subhaanakallaaHumma (“Doa mereka di dalamnya adalah: ‘SubhaanakallaaHumma,’”) ia berkata: `Jika ada burung lewat dan mereka menginginkannya, mereka membaca: `SubhaanakallaaHumma,’ dan itulah do’a mereka, maka datanglah Malaikat kepada mereka dengan membawa apa yang mereka inginkan, Malaikat itu mengucapkan salam, mereka pun menjawabnya, maka itulah firman-Nya: wa tahiyyatuHum fiiHaa salaamun (“Dan salam penghormatan mereka adalah salaam.”)

Dan apabila mereka telah selesai makan, mereka memuji Allah Rabb mereka, itulah firman-Nya: wa aakhiru da’waaHum anil hamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin (“Dan penutup doa mereka adalah AlhamdulillaHi Rabbil ‘alamin. “)

Sufyan ats-Tsauri berkata: “Jika salah seorang di antara mereka meminta sesuatu, dia mengucapkan: subhaanakallaaHumma (“Mahasuci Engkau, ya Allah.”)

Dan firman-Nya: wa aakhiru da’waaHum anil hamdulillaaHi rabbil ‘aalamiin (“Dan penutup doa mereka adalah AlhamdulillaHi Rabbil ‘alamin. “) Dalam ayat ini ada dalil bahwa Allah Ta’alalah yang dipuji dan diibadahi selama-lamanya. Oleh karena itu Allah memuji diri-Nya sendiri ketika memulai ciptaan-Nya, ketika meneruskannya, ketika memulai dan ketika mulai menurunkannya.

Sebagaimana Allah berfirman: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab.” (QS. Al-Kahfi: 1)
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi.” (QS. Al-An’aam: 1). Dan pada keadaan-keadaan lainnya yang memerlukan pembahasan panjang lebar.

Sesungguhnya Allah adalah yang dipuji di awal dan di akhir, di dunia dan di akhirat, pada semua keadaan. Maka dari itu disebutkan dalam hadits:
“Sesungguhnya ahli surga itu mendapat ilham untuk senantiasa memuji dan mensucikan Allah sebagaimana mereka mendapatkan ilham untuk bernafas.”

Hal seperti itu karena sesungguhnya mereka mengetahui akan bertambahnya nikmat kepada mereka, maka hal itu diulang-ulang dan diulangi lagi, maka nikmat itu semakin bertambah, tidak habis-habis dan tidak ada batas, maka tiada Ilah selain Allah dan tiada Rabb selain diri-Nya.

Bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 7-8

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 7-8“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, (QS. 10:7) mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. 10:8)” (Yunus: 7-8)

Allah berfirman seraya mengabarkan tentang orang-orang yang celaka, yang mengingkari pertemuan dengan Allah pada hari Kiamat. Mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu apa pun dari pertemuan itu, mereka hanya senang dan tenang dengan kehidupan dunia.

Al-Hasan al-Bashri berkata: “Demi Allah, tidaklah mereka menghias dunia dan tidak juga mengagungkannya (berlebih-lebihan terhadapnya) sehingga mereka ridla dengannya, sedangkan mereka lalai dari ayat-ayat Allah yang kauniyyah (berupa alam ciptaan-Nya), mereka tidak memikirkannya, begitu juga terhadap ayat-ayat syar’iyyah-Nya, mereka tidak melaksanakannya, sesungguhnya tempat kembali mereka pada hari Kiamat adalah neraka, sebagai balasan atas dosa-dosa, kesalahan-kesalahan dan kejahatan-kejahatan yang mereka perbuat di dunia, ditambah dengan kekafiran mereka kepada Allah, Rasul-Nya dan hari akhir.”

Bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 5-6

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 5-6“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Allah menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang ngetahui. (QS. 10:5) Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 10: 6)” (Yunus: 5-6)

Allah memberi kabar tentang ciptaan-Nya berupa tanda-tanda yang menunjukkan atas kekuasaan-Nya dan keagungan kerajaan-Nya. Sesungguhnya Allah menjadikan cahaya yang memancar dari matahari sebagai sinar dan menjadikan cahaya bulan sebagai penerang. Yang ini merupakan sinar matahari dan yang itu adalah cahaya bulan, keduanya berbeda dan tidak serupa (antara matahari dan bulan.)

Dan Allah menjadikan kekuasaan matahari pada siang dan kekuasaan bulan pada malam hari. Allah menentukan bulan pada manzilah-manzilah (tempat-tempat bagi perjalanan bulan), maka mula-mula bulan itu kecil, kemudian cahaya dan bentuknya semakin bertambah sehingga menjadi penuh cahayanya dan sempurnalah purnamanya, kemudian mulailah mengecil hingga kembali kepada bentuk semula dalam waktu satu bulan.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.” (QS. Yaasiin: 39)

Dan firman-Nya dalam ayat yang mulia ini: wa qaddaraHuu (“Dan Allah netapkannya.”) Maksudnya adalah bulan. Manaazila lita’lamuu ‘adadas siniina wal hisaab (“Tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.”) Maka dengan matahari, kamu mengetahui hari, dan dengan bulan kamu mengetahui bilangan bulan-bulan dan tahun-tahun.

Maa khalaqallaaHu dzaalika illaa bilhaqqi (“Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq.”) Maksudnya, Allah tidak menciptakannya dengan main-main, akan tetapi dalam penciptaan itu ada hikmah yang agung dan hujjah yang kuat, sebagaimana firman-Nya yang artinya:

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Shaad 27)

Firman-Nya: yufash-shilul aayaati (“Allah menjelaskan tanda-tanda [kebesarannya].”) Maksudnya, Allah menerangkan bukti-bukti dan dalil-dalil; liqaumiy ya’lamuun (“Kepada orang-orang yang mengetahui.”)

Firman-Nya: inna fikhltilaafil laili wan naHaari (“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu.”) Maksudnya pergantian keduanya, jika datang yang ini maka hilanglah yang itu. Dan jika hilang yang itu, datanglah yang ini, tidak terlambat sedikit pun. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “Allah menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.” (Al-A’raaf: 54)

Dan firman-Nya: wamaa khalaqallaaHu fis samaawaati wal ardli (“Dan apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi.”) Maksudnya, dari tanda-tanda yang menunjukkan atas kebesaran Allah Ta’ala, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi.” (QS. Yusuf: 105)

Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali `Imran: 190) Maksudnya, yang memiliki akal.

Dalam surat ini Allah berfirman: la aayaatil liqaumiy tattaquun (“Benar-benar terdapat tanda-tanda [kekuasaan-Nya] bagi orang-orang yang bertakwa.”) Maksudnya, yang takut dari siksaan Allah, kemurkaan dan adzab-Nya.

bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 4

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 4“4. hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” (Yunus: 4)

Allah Ta’ala memberi kabar, bahwa sesungguhnya kepada-Nyalah tempat kembalinya para makhluk pada hari kiamat, Allah tidak meninggalkan satu [seorang] pun dari mereka hingga mengembalikannya, sebagaimana Allah memulainya. Kemudian Allah Ta’ala (Yang Mahatinggi) menyebutkan, bahwa sesungguhnya Allah mengembalikan makhluk sebagaimaan Allah memulainya, “Dan Dia-lah yang menciptakan [manusia] dari permulaan, kemudian mengembalikan [menghidupkan]nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya.” (ar-Ruum: 27).

Liyaj-ziyal-ladziina aamanuu wa’amilush shaalihaati bilqisthi (“Agar Allah memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dengan adil.”) maksudnya, dengan pembalasan yang adil dan setimpal.
Walladziina kafaruu laHum syaraabum min hamiimiw wa’adzaabun aliimum bimaa kaanuu yakfuruun (“Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan adzab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.”) maksudnya,disebabkan kekafiran mereka, mereka disiksa pada hari kiamat dengan berbagai macam siksaan, berupa angin panas, air panas dan naungan asap yang hitam.

Bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 3

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat

tulisan arab alquran surat yunus ayat 3“3. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Yunus: 3)

Allah memberi kabar bahwa sesungguhnya Allah adalah Rabb semesta alam dan sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, seperti hari-hari dunia ini. Pendapat lain mengatakan bahwa tiap satu hari sama dengan seribu tahun dari hari-hari dunia, setelah itu Allah bersemayam di atas ‘Arsy yang merupakan makhluk yang paling agung dan merupakan atap seluruh makhluk.

Firman Allah: yudabbirul amra (“Untuk mengatur segala sesuatu.”) maksudnya mengatur semua makhluk. Laa ya’zubu ‘anHu mitsqaalu dzarratin fis samaawaati wa laa fil ardli (“Tidak ada yang tersembunyi daripada-Nya seberat dzarahpun [baik] yang ada di langit maupun yang ada di bumi.”)(Saba’: 3). Allah tidak disibukkan oleh satu masalah dengan masalah yang lainnya dan tidak pula masalah-masalah itu membuat Allah salah, Allah tidak bosan dengan desakan orang-orang yang meminta. Ketika mengatur yang besar, tidak membuat-Nya lalai untuk mengatur yang kecil, yaitu mengenai gunung, lautan, tempat yang ramai dan juga yang sunyi dari penghuninya.

Wa laa tanfa’u syafaa’atu ‘indaHuu illaa liman adzina laHuu (“Dan tiadalah berguna syafaat di sisi-Nya melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu.”)(Saba’: 23) dan firman-Nya: dzaalikumullaaHu rabbukum fa’buduuHu afalaa tadzakkaruuna (“Dzat yang demikian itulah Allah, Rabbmu, maka ibadahilah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran.”) maksudnya esakanlah Allah dengan beribadah kepada-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya. afalaa tadzakkaruuna (“Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”) maksudnya hai orang-orang musyrik dalam urusanmu, kamu beribadah kepada Allah beserta ilah-ilah yang lainnya, padahal kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah sendirilah yang membuat ciptaan, sebagaimana firman-Nya: wa la-in sa-altaHum man khalaqaHum layaquulunnallaaHu (“Dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Niscaya mereka menjawab: ‘Allah.’”)(az-Zukhruf: 87)

bersambung

Tafsir Ibnu Katsir Surah Huud ayat 123

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Huud
Surah Makkiyyah; surah ke 11: 123 ayat

tulisan arab alquran surat huud ayat 123“Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka beribadahlah kepada Allah dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 123)

Allah mengabarkan, bahwa Allah adalah mengetahui keghaiban langit dan bumi dan bahwasanya kepada-Nyalah tempat kembali dan bernaung. Dan setiap orang akan didatangkan amalnya pada hari perhitungan, maka bagi-Nyalah ciptaan dan perintah, kemudian Allah memerintahkan untuk beribadah dan bertawakkal kepada-Nya, karena sesungguhnya Allah adalah Dzat yang mencukupi kepada orang yang bertawakkal dan kembali kepada-Nya.

Dan firman-Nya: wa maa rabbuka bighaafilin ‘ammaa ta’maluun (“Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”) Maksudnya, tidak tersembunyi apa yang dilakukan oleh para pendusta wahai Muhammad, akan tetapi Dia Mahamengetahui dengan keadaan dan ucapan mereka dan Allah akan membalas mereka, dengan balasan yang sempurna di dunia dan akhirat. Allah akan menolongmu dan pasukanmu atas mereka di dunia dan akhirat.

Selesai
&

Tafsir Ibnu Katsir Surah Huud ayat 121-122

3 Okt

Tafsir Al-Qur’an Surah Huud
Surah Makkiyyah; surah ke 11: 123 ayat

tulisan arab alquran surat huud ayat 121-122“Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: ‘Berbuatlah menurut kemampuanmu; sesungguhnya Kami pun berbuat (pula).’ (QS. 11:121) Dan tunggulah (akibat perbuatanmu); sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).’ (QS. 11:122)” (Huud: 121-122)

Allah berfirman seraya menyuruh Rasul-Nya, supaya dia berkata kepada orang orang yang tidak beriman kepada apa yang dia bawa dari Rabbnya, dengan nada mengancam: i’maluu ‘alaa makaanatikum (“Berbuatlah menurut kemampuanmu”) maksudnya di atas jalan dan caramu; innaa ‘aamiluun (“Sesungguhnya Kami pun berbuat pula”) maksudnya atas jalan dan cara kami. Wantadhiruu innaa muntadhiruun (“Dan tunggulah [akibat perbuatanmu]; sesungguhnya kami pun menunggu [pula].”) maksudnya: “Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.” (QS. Al-An’aam: 135)

Allah telah menepati janji terhadap Rasul-Nya, Allah menolongnya dan menguatkannya dan Allah menjadikan kalimat-Nya adalah yang paling tinggi dan kalimat orang-orang yang kafir adalah rendah, Allah adalah Mahamulia dan Mahabijaksana.

Bersambung