Tafsir Al-Qur’an Surah Al-A’raaf (Tempat Tertinggi)
Surah Makkiyyah; surah ke 7: 206 ayat
“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat ber-bicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang dhalim. (QS. 7:148) Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka sesat, mereka pun berkata: ‘Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.’ (QS.7:149)” (al-A’raaf: 148-149)
Allah memberitahukan tentang kesesatan orang-orang yang sesat dari kalangan Bani Israil dalam penyembahan mereka terhadap anak lembu yang telah dibuat untuk mereka oleh Samiri dari perhiasan orang-orang Qibthi yang mereka pinjam. Kemudian Samiri membentuknya menjadi anak lembu. Lalu ia meletakkan padanya segenggam tanah yang ia ambil dari tanah bekas injakan kuda Malaikat Jibril as, sehingga menjadi anak lembu yang bertubuh dan mempunyai suara. Al-Khuwar berarti suara lembu (sapi).
Yang demikian itu mereka lakukan setelah kepergian Musa as. memenuhi waktu yang telah ditentukan Rabbnya, kemudian Allah Ta’ala memberitahukan hal itu kepadanya, ketika Musa sedang berada di bukit, dimana Allah Ta’ala berfirman memberitahukan tentang dirinya yang mulia:
“Allah berfirman: ‘Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” (QS. Thaahaa: 85)
Para ahli tafsir telah berbeda pendapat mengenai anak lembu itu, apakah benar-benar berubah menjadi berdaging dan berdarah yang juga dapat bersuara atau tetap menjadi anak lembu yang terbuat dari emas. Tetapi yang jelas Samiri memasukkan ke dalam patung anak lembu itu udara sehingga dapat bersuara seperti sapi.
Mengenai hal itu terdapat dua pendapat. Disebutkan, ketika anak lembu itu bersuara, mereka pun menari-nari di sekelilingnya dan tertipu olehnya seraya mengatakan: “Inilah ilahmu dan ilah Musa, tetapi Musa telah lupa.” (QS. ThaaHaa: 88) Karena itu Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudlaratan dan manfaat kepada mereka?”(QS. Thaahaa: 89)
Dan mengenai ayat tersebut di atas, Allah berfirman: alam yarau annaHuu laa yukallamuHum wa laa yaHdiiHim sabiilan (“Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat menunjukan jalan kepada mereka?”) Allah Ta’ala mengingkari kesesatan mereka berupa penyembahan terhadap anak lembu dan kelengahan mereka terhadap Pencipta langit dan bumi, Rabb dan Penguasa segala sesuatu, karena mereka mempersekutukan-Nya dengan anak lembu yang bertubuh dan mempunyai suara, padahal anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak juga dapat menunjukkan jalan kepada kebaikan.
Tetapi pandangan kearifan mereka telah tertutup oleh kebodohan dan kesesatan. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad dan Abu Dawud, dari Abu Darda’, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Kecintaanmu kepada sesuatu menyebabkanmu buta dan tuli.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Firman Allah selanjutnya: wa lammaa suqitha fii aidiiHim (“Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya”) maksudnya, setelah mereka benar-benar menyesali atas apa yang telah mereka kerjakan.
Wa ra-au annaHum qad dlalluu qaaluu la illam yarhamnaa rabbunaa wa yaghfirlanaa (“Dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: ‘Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami.”) Sebagian ahli tafsir ada yang membaca: la illam tarhamnaa (“Seandainya Engkau tidak merahmati kami”) ta’ dengan dua titik di atasnya; rabbanaa (“Ya Rabb kami”) adalah sebagai yang diseru; wa taghfirlanaa (“Dan [tidak] mengampuni kami”) la nakuunanna minal khaasiriin (“Pastilah Kami menjadi orang-orang yang merugi.”) Yakni, termasuk orang-orang yang binasa. Hal itu merupakan pengakuan dari mereka terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, sekaligus sebagai upaya kembali kepada Allah.
&
Tinggalkan Balasan