Tafsir Al-Qur’an Surah Al-A’raaf (Tempat Tertinggi)
Surah Makkiyyah; surah ke 7: 206 ayat
“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatu pun. Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. (QS. 7:191) Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah penyembabnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. (QS. 7:192) Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu berdiam diri. (QS. 7:193) Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah), yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu, lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS. 7:194) Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar. Katakanlah: ‘Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)ku, tanpa memberi tangguh (kepadaku). (QS. 7:195) Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) dan Allah melindungi orang-orang yang shalih. (QS. 7:196) Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.” (QS.7:197) Dan jika kamu sekalian menyeru (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk niscaya berhala-berhala itu tidak dapat mendengarnya. Dan kamu melihat berhala-berhala itu memandang kepadamu padahal ia tidak
melihat, (QS. 7:198)” (al-A’raaf: 191-198)
Ini adalah pengingkaran dari Allah terhadap orang-orang musyrik yang menyembah sekutu-sekutu, berhala dan patung selain Allah, padahal semua itu adalah makhluk Allah yang tidak mempunyai kemampuan apa pun. Tidak dapat memberikan mudharat dan tidak juga manfaat, tidak dapat melihat dan menolong para penyembahnya. Bahkan semuanya itu tidak lain adalah benda mati yang tidak dapat bergerak, mendengar atau melihat. Penyembah-penyembahnya justru lebih sempurna karena mereka dapat mendengar, melihat dan memegang. Oleh karena itu, Allah berfirman:
A yusyrikuuna maa laa yakhluqu syai-aw wa Hum yukhlaquun (“Apakah mereka mempersekutukan [Allah dengan] berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu buatan orang.”) Maksudnya, apakah kalian (orang-orang musyrik) mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun dan tidak mampu untuk itu. Yang demikian sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Hai sekalian manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, meskipun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemah yang menyembah dan amat lemah pula yang disembah. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagung yang semestinya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi perkasa.” (QS. Al-Hajj: 73-74)
Allah Ta’ala memberitahukan bahwa, jika ilah-ilah mereka itu secara keseluruhan berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat. Bahkan jika ada seekor lalat yang mengambil sedikit dari makanan dan membawanya terbang, niscaya mereka tidak sanggup menyelamatkan makanan itu darinya. Dengan sifat dan keadaan seperti itu, bagaimana mungkin dilbadahi untuk dimintai rizki dan pertolongan?
Oleh karena itu, Allah berfirman: laa yakhluqu syai-aw wa Hum yukhlaquun (“Yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang,”) maksudnya justru mereka (berhala-berhala) itu merupakan suatu benda yang dicipta dan dibuat. Sebagaimana yang dikatakan Ibrahim Kbalilullah dalam firman Allah yang artinya: “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?” (QS. Ash-Shaaffaat: 95)
Firman Allah selanjutnya: wa laa yastathii’uuna laHum nashran (“Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada mereka.”) Yaitu, kepada penyembah-penyembahnya.
Wa laa anfusiHim yanshuruun (“Dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan,”) maksudnya, berhala-berhala itu pun tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dari orang-orang yang berniat jahat kepadanya.
Dan firman-Nya: wa in tad’uuHum ilal Hudaa laa yattabi’uukum (“Dan jika kamu [hai orang-orang musyrik] menyerunya [berhala] untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu.”) Yakni, bahwa berhala-berhala ini tidak dapat mendengar seruan orang yang menyeranya. Keadaannya akan sama, diseru atau didiamkan. Sebagaimana yang dikatakan Ibrahim as. melalui firman Allah yang artinya:
“Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolakmu sedikit pun?” (QS. Maryam: 42)
Setelah itu Allah menyebutkan, bahwa berhala-berhala itu adalah sama dengan penyembahnya, yaitu sama-sama diciptakan, bahkan manusia lebih sempurna daripada berhala-berhala tersebut, karena mereka dapat mendengar, melihat dan memegang, sedangkan berhala-berhala itu tidal dapat melakukannya sama sekali.
Firman Allah: qulid’uu syurakaa-akum (“Katakanlah, Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah.”) Dengan kata lain, mintalah bantuan kepada berhala-berhala itu untuk melawanku (Rasulullah saw), tanpa memberi tangguh sekejap mata pun dan kerahkanlah semua kekuatan dan tenaga kalian.
Inna waliyyiyallaaHul ladzii nazzalal kitaaba wa Huwa yatawallash shaalihiin (“Sesungguhnya pelindungku Allah, yang telah menurunkan al-Kitab [al-Qur’an], dan Allah melindung orang-orang yang shalih.”) Maksudnya, cukuplah bagiku Allah, Allahlah satu-satunya penolong bagiku. Hanya kepada-Nya aku bersandar dan berlindung. Allah adalah pelindungku di dunia dan akhirat dan Allah adalah pelindung bagi setiap orang shalih setelahku.
Firman-Nya: walladziina yad’uuna min duuniHii…. (“Dan [berhala-berhala] yang kamu seru selain Allah,…” hingga akhir ayat) Adalah mempertegas apa yang terkandung dalam ayat sebelumnya, hanya saja ayat ini menggunakan shighah khithab (kata ganti orang kedua) dan ayat sebelumnya menggunakan shghah ghaib (kata ganti orang ketiga). Oleh karena itu, Allah berfirman: Laa yastathii’uuna nashrakum wa laa anfusaHum yanshuruun (“Tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.”)
Firman-Nya lebih lanjut: Wa in tad’uuHum ilal Hudaa laa yasma’uu wa taraaHum yandhuruuna ilaika wa Hum laa yubshiruun (“Dan jika kamu menyeru [berhala-berhala] untuk memberi petunjuk, niscaya berhala-berhala itu tidak dapat mendengarkannya. Dan kamu melihat berhala-berhala itu memandang kepadamu padahal ia tidak melihat.”) Seperti firman Allah yang artinya: “Jika kamu menyeru mereka mereka tiada mendengar seruanmu.” (QS. Faathir: 14)
Dan firman-Nya: wa taraaHum yandhuruuna ilaika wa Hum laa yubshiruun (“Dan kamu melihat berhala-berhala itu memandang kepadamu padahal ia tidak melihat.”) Dalam ayat tersebut Allah berfirman: “yandhuruuna ilaika” artinya berhala-berhala itu menghadap ke arah kalian dengan mata buatan, seakan-akan mereka melihat, padahal ia itu benda mati. Oleh karena itu, berhala-berhala tersebut diperlakukan seperti makhluk yang berakal, karena ia dalam bentuk seperti manusia, lalu engkau melihat berhala-berhala itu memandang kepadamu. Maka, Allah mengungkapkannya dengan menggunakan dhamir (kata ganti) untuk makhluk yang berakal.
&
Tinggalkan Balasan