Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’am ayat 154-155

20 Des

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-An’am (Binatang Ternak)
Surah Makkiyyah; surah ke 6: 165 ayat

tulisan arab alquran surat al an'am ayat 154-155“Kemudian Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Rabb mereka. (QS. 6:154) Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (QS. 6:155)” (al-An’aam: 154-155)

Ketika Allah memberitahukan mengenai al-Qur’an melalui firman-Nya: wa anna Haadzaa shiraathii mustaqiiman fattabi’uuHu (“Dan bahwa [yang Kami perintahkan] ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia.”) Allah mengiringinya dengan memberikan pujian kepada Taurat dan juga Rasul yang menerimanya, Dia berfirman: tsumma aatainaa muusal kitaaba (“Kemudian Kami telah memberikan al-Kitab [Taurat] kepada Musa.”) Seringkali di dalam al-Qur’an Allah mempersandingkan penyebutan al-Qur’an dengan Taurat, seperti firman-Nya yang artinya:

“Dan sebelum al-Qur’an itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (al-Qur an) adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab.” (QS. Al-Ahqaaf: 12).

Firman-Nya: tamaaman ‘alal ladzii ahsana wa tafshiilan (“Untuk menyempurnakan [nikmat Kami] kepada orang yang berbuat kebaikan.”) Artinya, Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa, Kitab yang telah Kami turunkan kepadanya untuk menyempurnakan dan melengkapi apa yang diperlukan dalam menjalankan syari’at-Nya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Dan Kami telah tuliskan untuk Musa pada lauh-lduh (Taurat) segala sesuatu.” (QS. Al-A’raaf: 145).

Firman-Nya: ‘alal ladziina ahsana (“Kepada orang yang berbuat kebaikan.”) Dengan pengertian, sebagai balasan atas kebaikannya dalam beramal dan menjalankan perintah-perintah Kami, serta teguh dalam menaati-Nya, sebagaimana yang difirmankan-Nya yang artinya: “Tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahmaan: 60).

Ibnu Jarir berpendapat, bahwa pengertian dari ayat: tsumma aatainaa muusal kitaaba tamaaman (“Kemudian Kami telah memberikan al-Kitab [Taurat] kepada Musa untuk menyempurnakan.”) “(Yaitu) atas kebaikannya.” Dalam hal ini dia bermaksud menjadikan kata alladzi sebagai mashdar, sebagaimana yang dikatakan terhadap firman-Nya yang artinya: “Dan kamu memperbincangkan (hal yang bathil) sebagaimana mereka memperbincangkannya.” (QS. At-Taubah: 69).
Maksudnya, sebagaimana pembicaraan mereka.

Ibnu Rawahah pernah berkata:
Semoga Allah menetapkan kebaikan yang diberikan-Nya kepadamu
sebagaimana para Rasul (telah diberi kebaikan).
Dan juga pertolongan sebagaimana mereka telah diberikan pertolongan.

Firman-Nya: wa tafshiilal likulli syai-iw wa Hudaw wa rahmatan (“Dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat.”) Dalam firman-Nya tersebut terkandung pujian terhadap kitab yang Allah turunkan kepada Musa as.

La’allaHum biliqaa-i rabbiHim yu’minuun. Wa Haadzaa kitaabun anzalnaaHu mubaarakun fattabi’uuHu wattaquu la’allakum turhamuun (“Agar mereka beriman [bahwa] mereka akan menemui Rabb mereka. Dan al-Qur’an itu adalah Kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”)

Allah mendorong hamba-hamba-Nya terhadap kecintaan kepada kitab-Nya dan memerintahkan mereka untuk memahami, mengamalkan dan mendakwahkannya. Allah menyifatinya sebagai Kitab yang diberkati bagi orang-orang yang mengikuti dan mengamalkannya di dunia dan di akhirat, karena ia merupakan tali Allah yang sangat kuat.

&

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: