Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an)
Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an; Mannaa’ Khaliil al-Qattaan
1. Menonjolkan sesuatu ma’quul [yang hanya bisa dijangkau akal, abstrak] dalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan oleh panca indera manusia, sehingga akal mudah menerimanya; sebab-sebab pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika ia dituangkan dalam bentuk idrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Allah membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya’ dimana ia tidak akan mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya itu:
“Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan.” (al-Baqarah: 264)
2. Menyingkapkan hakekat-hakekat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak. Misalnya:
“Mereka yang memakan [mengambil] riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran [tekanan] penyakit gila.” (al-Baqarah: 275)
3. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amtsaal kaaminah dan amtsaal mursalah dalam ayat-ayat di atas.
4. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuatkan matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, dimana hal itu akan memberikan kepadanya kebaikan yang banyak. Allah berfirman yang artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (al-Baqarah: 261)
5. Menjauhkan [tanfir, kebalikan no.4] jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Allah tentang larangan bergunjing, yang artinya:
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya.” (al-Hujuraat: 12)
6. Untuk menguji orang yang diberi matsal. Seperti firman Allah tentang para shahabat yang artinya:
“Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (al-Fath: 29)
Demikianlah keadaan para shahabat. pada mulanya mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
7. Untuk menggambarkan [dengan matsal itu] sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya, dalam ayat:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (al-A’raaf: 175-176)
8. Amtsaal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih memuaskan hati. Allah banyak menyebut amtsaal dalam al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman yang artinya:
“Dan sungguh Kami telah membuat bagi manusia di dalam al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan [matsal] supaya mereka mendapat pelajaran.” (az-Zumar: 27)
“Dan perumpamaan-perumpamaan [amtsal] itu Kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang dapat memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (al-Ankabuut: 43)
Nabi juga membuat matsal dalam haditsnya. Demikian juga pada da’i yang menyeru manusia kepada Allah mempergunakannya di setiap masa untuk menolong kebenaran dan menegakkan hujjah. Para penyidikpun menggunakannya dan menjadikannya sebagai media untuk menjelaskan dan membangkitkan semangat, serta sebagai media untuk membujuk dan melarang, memuji dan mencela.
&
Tinggalkan Balasan