Tafsir Al-Qur’an Surah Al-A’raaf (Tempat Tertinggi)
Surah Makkiyyah; surah ke 7: 206 ayat
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (al-Qur’an) kepada mereka, yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang orang yang beriman. (QS. 7:52) Tiadalah mereka menunggu-nunggu, kecuali (terlaksananya kebenaran) al-Qur’an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan al-Qur’an itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: ‘Sesungguhnya telah datang Rasul-Rasul Rabb kami membawa yang haq, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amal-kan?’ Sesungguhnya mereka telah merugikan diri sendiri dan telah lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan. (QS. 7:53)” (al-A’raaf: 52-53)
Allah berfirman, memberitahukan mengenai alasan-Nya yang diberikan kepada orang-orang musyrik, yaitu berupa pengutusan para Rasul dan pemberian al-Kitab kepada mereka. Yaitu Kitab yang memberikan penjelasan secara rinci dan jelas. Yang demikian itu sama seperti firman-Nya yang artinya: “Sebuab Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi, serta dijelaskan secara terperinci.” (QS. Huud: 1)
Firman-Nya selanjutnya: fashshalnaaHu ‘alaa ‘ilmin (“Yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami.”) Kepada orang-orang yang berilmu. Maksudnya, berdasarkan pada ilmu yang berasal dari Kami yang telah Kami jelaskan secara terperinci. Penggalan ayat tersebut sama seperti firman-Nya yang artinya: “Allah menurunkannya (al-Kitab) dengan ilmu-Nya.” (QS. an-Nisaa’:’ 166)
Ibnu Jarir mengatakan, ayat ini tertolak oleh firman-Nya yang artinya berikut ini:
“Ini adalab sebuab Kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya.” (QS. Al-A’raaf: 2)
Dan juga firman-Nya: laqad ji’naaHum bikitaabin (“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab kepada mereka.”)
Apa yang dikatakan Ibnu Jarir tersebut masih perlu pertimbangan, yaitu bahwa penjelasan itu di luar pembahasan dan tidak mempunyai landasan. Yang jelas bahwa setelah Allah Ta’ala memberitahukan kerugian yang mereka derita di akhirat kelak, Allah menyebutkan bahwa Allah telah menjauhkan alasan mereka di dunia dengan mengutus para Rasul kepada mereka dan juga menurunkan kitab-kitab. Yang demikian itu sama seperti firman-Nya yang berikut ini, yang artinya: “Dan Kami (Allah) tidak akan mengadzab mereka, sebelum Kami mengutus seorang Rasul.” (QS. Al-Israa’: 15)
Oleh karena itu Allah berfirman: Hal yandhuruuna illaa ta’wiilaHu (“Tidaklah mereka menunggu-nunggu, kecuali [terlaksananya kebenaran] al-Qur’an itu.”) Maksudnya, apa yang dijanjikan kepada mereka, yaitu berupa adzab, siksaan, Surga dan Neraka. Demikian dikatakan oleh Mujahid dan ulama-ulama lainnya. Sedangkan Imam Malik mengatakan: “Yaitu balasannya.”
Ar-Rabi’ bin Anas mengatakan, “Senantiasa akan datang kebenaran demi kebenaran dari al-Qur’an itu, sehingga datang hari hisab (perhitungan), sehingga para penghuni Surga masuk Surga, dan para penghuni Neraka masuk Neraka. Maka pada hari itu, tuntaslah kebenaran al-Qur’an itu.”
Firman-Nya: yauma ta’tii ta’wiiluHu (“Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan al-Qur’an itu.”) Yaitu hari Kiamat. Demikian dikemukakan oleh Ibnu Abbas ra.
Yaquulul ladziina nasuuHu min qablu (“Berkatalah orang-orang yang melupakan sebelum itu.”) Maksudnya, mereka yang tidak mau mengamalkannya dan bahkan melupakannya di dunia.
Qad jaa-at rusulu rabbinaa bil haqqi faHal lanaa min syufa-‘aa-a fayasyfa’uu lanaa (“Sesungguhnya telah datang para Rasul Rabb kami membdwa yang haq, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at kepada kami.”) yaitu, menyelamatkan kami dari apa yang sedang kami alami ini. Aw nuraddu (“Atau dapatkah kami dikembalikan [ke dunia].”)
Fa na’mala ghairal ladzii kunnaa na’malu qad khasiruu anfusaHum wa dlalla ‘anHum maa kaanuu yaftaruun (“’Sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami kerjakan?’ Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyap pula dari mereka apa yang mereka ada-adakan.”) Artinya, mereka benar-benar telah merugikan diri mereka sendiri dengan masuknya mereka dan kekalnya mereka di dalam Neraka.
wa dlalla ‘anHum maa kaanuu yaftaruun (“Dan telah lenyap pula dart mereka apa yang mereka ada-adakan.”) Maksudnya, apa yang mereka ibadahi selain Allah, telah lenyap dari diri mereka, sehingga mereka tidak memperoleh syafa’at, tidak mendapatkan pertolongan dan tidak pula terselamatkan dari apa yang sedang mereka alami.
Bersambung