Tag Archives: ayat 83-86

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Maa-idah ayat 83-86

10 Jan

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Maa-idah (Hidangan)
Surah Madaniyyah; surah ke 5: 120 ayat

tulisan arab alquran surat al maidah ayat 83-86“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkankebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad Saw.). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?’ Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedangkan mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orangyang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). Dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka.” (Al-Maa-idah: 83-86)

Selanjutnya Allah menyebutkan sifat mereka yang lain, yaitu taat kepada kebenaran dan mengikutinya serta menyadarinya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Wa idzaa sami’uu maa unzila ilaa rasuuli taraa a’yunaHum tafiidlu minad dam’i mimmaa ‘arafuu minal haqqi (“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul [Muhammad], kalian lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran [Al-Qur’an] yang telah mereka ketahui [dari kitab-kitab mereka sendiri]”) (al-Maa-idah: 83)

Yakni melalui apa yang terdapat di dalam kitab mereka menyangkut berita gembira akan datangnya seorang rasul, yaitu Nabi Muhammad Saw.

Yaquuluuna rabbanaa aamannaa faktubnaa ma’asy syaaHidiin (“seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi [atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw]’”.) (Al-Maidah: 83)

Yakni bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenarannya dan yang beriman kepadanya.

Imam Nasai telah meriwayatkan dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Umar ibnu Ali ibnu Miqdam, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Raja Najasyi dan teman-temannya, yaitu firman Allah Swt.:

Wa idzaa sami’uu maa unzila ilaa rasuuli taraa a’yunaHum tafiidlu minad dam’i mimmaa ‘arafuu minal haqqi Yaquuluuna rabbanaa aamannaa faktubnaa ma’asy syaaHidiin (“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul [Muhammad], kalian lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran [Al-Qur’an] yang telah mereka ketahui [dari kitab-kitab mereka sendiri] seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi [atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw]’”.) (Al-Maidah: 83)

Ibnu Abu Hatim, Ibnu Murdawaih, dan imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya telah meriwayatkan melalui jalur Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah Swt.:

faktubnaa ma’asy syaaHidiin (“maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi”.) Yakni bersama Nabi Muhammad Saw. dan umatnya adalah orang-orang yang menjadi saksi. Mereka mempersaksikan terhadap Nabi Saw. bahwa Nabi Saw. telah menyampaikan risalahnya, juga mempersaksikan terhadap para rasul, bahwa mereka telah menyampaikan risalah.

Kemudian Imam Hakim berkata, “Sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.”

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Syubail (yaitu Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Waqid), telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Fadl, dari Abdul Jabbar ibnu Na fi’ Ad-Dabbi, dari Qatadah dan Ja’far ibnu Iyas, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.:

Wa idzaa sami’uu maa unzila ilaa rasuuli taraa a’yunaHum tafiidlu minad dam’i (“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul [Muhammad], kalian lihat mata mereka mencucurkan air mata.”) (Al-Maidah: 83)

Ibnu Abbas mengatakan, mereka adalah para petani yang tiba bersama Ja’far ibnu Abu Talib dari negeri Habsyah. Ketika Rasulullah Saw. membacakan Al Qur’an kepada mereka, lalu mereka beriman, dan air mata mereka bercucuran. Maka Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangkali apabila kalian kembali ke tanah air kalian, maka kalian akan berpindah ke agama kalian lagi.” Mereka menjawab, “Kami tidak akan pindah dari agama kami sekarang.”

Perkataan mereka disitir oleh Allah Swt. melalui wahyu yang diturunkanNya, yaitu:
Wa maa lanaa laa nu’minu billaaHi wa maa jaa-anaa minal haqqi, wa nath-ma’u ay yudkhilanaa rabbunaa ma’al qaumish shaalihiin (“Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?”) (Al Maidah: 84)

Golongan orang-orang Nasrani inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya yang artinya:

“Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah.” (Ali Imran:199), hingga akhir ayat.

“Orang-orang yang telah kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelumnya Al-Our’an, mereka beriman (pula) dengan Al-Qur’an itu. Dan apabila dibacakan (Al-Qur’an itu) kepada mereka, mereka berkata, ‘Kami beriman kepadanya, sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkannya” (AlQasas: 52-53)

sampai dengan firman-Nya yang artinya:
“…kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (Al-Qasas: 55)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

fa atsaabaHumullaaHu bimaa qaaluu jannaatin tajrii min tahtiHal anHaaru (“Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan [yaitu] surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.”) (Al Maidah: 85)

Yakni Allah membalas mereka sebagai pahala atas iman mereka, kepercayaan dan pengakuan mereka kepada perkara yang hak, yaitu berupa:
jannaatin tajrii min tahtiHal anHaaru (“surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.”) (Al Maidah: 85)

Yakni mereka tinggal di dalam surga untuk selamanya, tidak akan pindah dan tidak akan fana.

Wa dzaalika jazaa-ul muhsiniin (“Dan itulah balasan [bagi] orang-orang yang berbuat kebaikan.”) (al-Maa-idah: 85)

Yakni karena mereka mengikuti perkara yang hak dan taat kepadanya di manapun perkara yang hak ada dan kapan saja serta dengan siapa pun, mereka tetap berpegang kepada perkara yang hak.

Selanjutnya Allah menceritakan perihal orang-orang yang celaka melalui firman-Nya:

Wal ladziina kafaruu wa kadzdzabuu bi aayaatinaa (“Dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami.” (Al-Maidah: 86)
Yakni ingkar kepada ayat-ayat Allah dan menentangnya.
Ulaa-ika ash-haabul jahiim (“mereka itulah penghuni neraka”) (Al Maidah: 86)
Yakni mereka adalah ahli neraka yang akan masuk ke dalamnya.

&

Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Naml ayat 83-86 (24)

5 Jun

Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml (Semut)
Surah Makkiyyah; surah ke 27: 93 ayat

tulisan arab alquran surat an naml ayat 83-86“83. dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). 84. hingga apabila mereka datang, Allah berfirman: “Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, Padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau Apakah yang telah kamu kerjakan?”. 85. dan jatuhlah Perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, Maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). 86. Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (an-Naml: 83-86)

Wa yauma nahsyuru min kulli ummatin faujan (“Dan [ingatlah] hari [ketika] Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan umat.”) yaitu setiap kaum dan kurun satu faujan, yakni satu kelompok, mim may yukadzdzibu bi aayaatinaa (“orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.”) sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “[Kepada malaikat diperintahkan]: ‘Kumpulkanlah orang-orang yang dhalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu merek sembah.’”) (ash-Shaaffaat: 22)

Firman Allah: faHum yuuza’uun (“lalu merek dibagi-bagi”) Ibnu ‘Abbas berkata: “Dipilah-pilah.” Qatadah berkata: waz’atun; adalah kelompok pertama dari mereka dikembalikan kepada kelompok terakhir. ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata: “Mereka digiring.”
hattaa idzaa jaa-uu (“Hingga apabila mereka datang”) diam di hadapan Allah, di tempat pengajuan pertanyaan, qaala a kadzdzabtum bi aayaatii wa lam tuhiithuu biHaa ‘ilman ammaa dzaa kuntum ta’lamuun (“Allah berfirman: ‘Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmumu tidak meliputinya atau apakah yang telah kamu kerjakan?’”) yakni mereka ditanya tentang ‘aqidah dan amal-amal mereka. ketika mereka tidak termasuk golongan orang-orang yang berbahagia dan mereka termasuk dalam firman Allah:

falaa shaddaqa walaa shallaa. Wa laa kin kadzdzaba wa tawallaa (“Dan ia tidak mau membenarkan [Rasul dan al-Qur’an] dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan [Rasul] dan berpaling [dari kebenaran].)” (al-QiyaamaH: 31-32). Maka di saat itu bukti-bukti ditegakkan kepada mereka dan mereka sama sekali tidak memiliki alasan yang dapat mereka ajukan. Demikian Dia berfirman di sini:

wa waqa’al qaulu ‘alaiHim bimaa dhalamuu faHum laa yanthiquun (“Dan jatuhlah perkataan [adzab] atas mereka disebabkan kedhaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata [apa-apa].”) mereka bisu tidak mampu menjawab, karena mereka di dunia mendhalimi diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya mereka akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui yang ghaib dan nyata yang tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman menyadarkan tentang ketetapan-Nya yang sempurna dan kekuasaan-Nya yang agung serta keadaan-Nya yang tinggi dan wajib dibenarkan para Nabi dan kebenaran yang mereka bawa.

Maka Allah berfirman: alam yarau annaa ja’alnal laila liyaskunuu fiiHi (“Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami menjadikan malam agar mereka beristirahat di dalamnya.”) di dalam kegelapan malam agar mereka istirahat dari aktifitas mereka dan menentramkan diri mereka serta beristirahat dari rasa lelah di siang hari.
Wan naHaara mubshiran (“dan siang yang menerangi”) yaitu menyinari dan menerangi. Maka oleh sebab itulah kalian beraktifitas untuk mencari kehidupan, usaha, perjalanan, bisnis dan hal-hal lain yang menyangkut urusan yang kalian butuhkan. Inna fii dzaalika la aayaati liqaumiy yu’minuun (“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman.”

Bersambung ke bagian 25