Tag Archives: himpitan kubur

Himpitan Kubur

31 Jan

At-Tadzkirah; Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi;
Imam Syamsuddin al-Qurthubi

An-Nasa’i meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Inilah orang yang menyebabkan ‘Arsy Allah Yang Mahapengasih bergoncang, pintu-pintu langit dibukakan untuknya, dan disaksikan oleh tujuhpuluh ribu malaikat. Namun tetap dihimpit dengan satu himpitan, lalu dilonggarkan.” (Bagian pertama dari hadits ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari [3803] dan shahih Muslim [2466] dengan lafadz yang maksudnya: Arsy Allah bergetar karena jenazah Sa’ad ra.)

Abu Abdirrahman an-Nasa’i menjelaskan, “Maksudnya ialah Sa’ad bin Mu’adz ra.

Dan di antara hadits yang diriwayatkan oleh Syu’bah bin al-Hajjaj dengan isnadnya kepada Aisyah Ummul Mukminin ra, bahwa dia berkata: sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya kubur itu punya himpitan. Andaikan ada orang yang selamat darinya, tentu Sa’ad pun selamat darinya.” (Shahih al-Jami’ [5306] karya al-Albani)

Hannad bin as-Sirri menyebutkan: telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Fudhail, dari ayahnya, dari Ibnu Abi Mulaikah, dia berkata, “Tidak seorang pun diselamatkan dari himpitan kubur. Tidak juga Sa’ad bin Mu’adz, yang salah satu sapu tangannya lebih baik daripada dunia seisinya.” (isnadnya dlaif: Fudhail bin Ghazawan adh-Dhabi, ayah Muhammad, tdiak diketahui ihwalnya)

Dia katakan pula: telah menceritakan kepada kami, Abdah bin Ubaidillah bin Umar, dari Nafi’ dia berkata, telah sampai kepadaku berita, bahwa jenazah Sa’id bin Mu’adz disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak pernah turun ke bumi sama sekali. Dan sesungguhnya telah sampai kepadaku berita, Rasulullah saw. bersabda: “Sahabat kamu sekalian ini dihimpit satu kali himpitan dalam kubur.” (Isnadnya dlaif karena mursal)

Ali bin Ma’bad meriwayatkan dalam kitab ath-Tha’ah wa al-ma’shiyah, dari Nafi’ dia berkata, kami datang kepada Shafiyah binti Abu Ubaid, istri Abdullah bin Umar ketika dia ketakutan. Kami bertanya, “Kenapa kamu?” dia jawab, “Saya baru datang dari salah seorang istri Nabi saw. Dia menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah saw. bersabda: ‘Sesungguhnya aku benar-benar melihat, andaikan ada orang yang dipelihara dari siksa kubur, tentu Sa’ad bin Mu’adz pun dipelihara darinya. Sesungguhnya dia dihimpit satu kali himpitan di sana.”

Ali bin Ma’bad juga meriwayatkan dari Zadzan, bahwa Ibnu Umar ra berkata, ketika Rasulullah saw. mengubur putri beliau, Zainab, beliau duduk di sisi kubur, maka wajah beliau pucat, lalu berubah menjadi ceria. Oleh karena itu para shahabat bertanya, “Tadi kami melihat wajahmu pucat, wahai Rasulullah, lalu berubah menjadi ceria,” Nabi saw. menjawab: “Aku ingat putriku, kelemahannya dan adzab kubur. Maka aku berdoa kepada Allah, lalu dilonggarkan baginya. Demi Allah, dia pun benar-benar dihimpit dengan suatu himpitan yang terdengar oleh makhluk antara timur dan barat.”

Dan Ali bin Ma’bad juga meriwayatkan dengan sanadnya, dari Ibrahim al-Ghanwi, dari seorang lelaki, dia berkata, “Saya berada di sisi Aisyah ra, tiba-tiba lewatlah jenazah anak kecil, maka Aisyah pun menangis. Kami bertanya kepadanya, ‘Kenapa menangis, wahai Ummul Mukminin?’ Dia menjawab, ‘Aku menangisi anak kecil ini, karena kasihan kepadanya, dan dia pun mengalami himpitan kubur.’”

Saya katakan: meskipun berita ini mauquf pada Aisyah ra, tetapi berita ini tidak mungkin dikatakan berasal dari pendapat manusia biasa.

Umar bin Syu’bah telah meriwayatkan dalam kitab al-Madinah –semoga penduduknya senantiasa diberi kesejahteraan- tentang wafat Fathimah binti Asad, ibu Amir al-Mukminin Ali bin Abi Thalib ra, dia berkata, “Ketika Nabi saw. di tengah para shahabatnya, tiba-tiba datanglah seseorang dan berkata, ‘Sesungguhnya ibnu Ali, Ja’far dan Aqil meninggal dunia,’ Maka beliau mengajak, ‘Marilah ktia pergi kepada ibuku.’

Maka kamipun bangkit, seakan-akan ada burung di atas kepala kami. Dan ketika kami sampai di pintu, beliau melepas bajunya seraya berpesan, ‘Apabila kalian mengafaninya, kenakan baju ini kepadanya di bawah kain kafannya.’

Dan ketika orang-orang keluar membawanya, Rasulullah saw. kadang-kadang ikut membawa, kadang-kadang maju ke depan, dan kadang-kadang mundur ke belakang, sampai kami tiba di kubur. Lalu beliau ikut berlepotan tanah di dalam liang lahat, sesudah itu keluar dan berkata, ‘Masukkan dia, BismillaaH wa ‘alaa ismillaaH [dengan menyebut Nama Allah, dan atas Nama Allah].’ Dan setelah menguburkan, beliau berdiri dan berkata, ‘Semoga Allah membalas kebaikanmu, hai ibu dan pengasuh.’

Kami menanyakan kepada beliau, kenapa melepas baju dan ikut berlepotan tanah dalam liang lahat. Maka beliau menjawab, ‘Aku ingin dia tidak tersentuh api neraka selamanya, isnyaa Allah Ta’ala, dan agar Allah melapangkan kuburnya.’

Beliau berkata pula, ‘Tidak seorang pun selamat dari himpitan kubur, kecuali Fathimah binti Asad.’

Maka seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, tidak jugakah al-Qasim, putramu itu?’ Maka beliau menjawab, ‘Bahkan tidak juga Ibrahim.’ Yakni putra beliau yang lebih kecil dari keduanya.

(hadits ini diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim dari Ashim al-Ahwal, dari Anas, dengan berbeda redaksi tapi sama maknanya, yaitu tidak terdapat pertanyaan tentang kenapa berlepotan tanah dan seterusnya)

Anas ra. berkata: Sepeninggalan Fathimah binti Asad bin Hasyim, ibu Ali bin Abi Thalib ra, Rasulullah saw. datang menjenguknya, lalu duduk di sisi kepalanya. Beliau bersabda, “Semoga Allah merahmatimu wahai ibuku. Engkau adalah ibuku setelah ibuku. Engkau lapar demi mengenyangkan aku. Engkau tidak berpakaian demi memberiku pakaian. Engkau menahan dirimu dari makanan enak demi memberiku makan. Dengan itu semua engkau mengharap ridla Allah dan negeri Akhirat.”

Kemudian beliau menyuruh jasadnya dimandikan tiga kali basuhan. Dan tatkala sampai pada air yang dicampur kapur barus, beliau menuangkan sendiri dengan tangan beliau. Selanjutnya Rasulullah saw. melepas baju beliau dan mengenakannya pada jazad bibinya itu, lalu ditutupnya dengan kain kafan di atasnya.

Kemudian Rasulullah saw. memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub al-Anshari, Umar bin al-Khaththab dan seorang budak hitam untuk menggali kuburnya. Dan tatkala sampai pada liang lahat, Rasulullah ikut menggali dan mengeluarkan tanah dengan tangan beliau. Setelah selesai, Rasulullah masuk dan membaringkan mayit di dalamnya, lalu beliau bersabda, “Alhamdu lillaaH, segala puji bagi Allah yang menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Hidup, tidak akan mati. Ampunilah ibuku, Fathimah binti Asad, ajarilah dia hujjahnya, lapangkanlah baginya tempat masuknya, atas hak Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau Mahapengasih di antara yang mengasihi.”

Rasulullah saw. menshalati bibinya itu empat kali takbir, dan memasukkannya sendiri ke dalam liang lahat bersama al-Abbas dan Abu Bakar ash-Shiddiq ra.

(Dlaif; as-Silsilah adl-Dlaifah [23] dan at-Tawassul, anwa-uHu AhkamuHu [111] oleh al-Albani. Patut diingatkan di sini, bahwa tidak ada satupun hadits yang shahih tentang tawassul kepada Allah dengan hak para Nabi atau hamba-hamba-Nya yang shalih. Tawassul semacam ini adalah bid’ah yang diharamkan. Misalnya tawassul dengan pangkat para nabi dan orang-orang shalih. Mengenai tawassul ini memang ada sebuah hadits, tapi bathil dan tidak ada sumbernya dalam kitab-kitab sunnah, yang artinya: “Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah dengan pangkatku…” Maka harus anda lihat kitab at-Tawassul, oleh al-Albani rahimahullah, dan al-Qa’idah al-Jalilah fii at-Tawassul, oleh Ibnu Taymiyah rahimahullah.)

&