Kenikmatan Dunia dan Akhirat
Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy
Tidak ada bandingan bagi kenikmatan akhirat. Tidak dikatakan “kenikmatan dunia” karena istilah yang lebih tepat adalah “kesenangan dunia” sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun’” (an-Nisaa’: 77)
Dunia secara umum merupakan rumah cobaan dan ujian, bukan rumah kebahagiaan dan ketenangan. Allah swt. telah menjadikan dunia sebagai terminal untuk bisa melintas ke alam akhirat sebagai rumah ketetapan.
Firman Allah yang artinya:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (al-Mulk: 2)
Banyak ayat Allah yang menjelaskan bahwa sebenarnya kehidupan dunia hanyalah ujian bagi manusia dalam hal keimanan dan amal. Dalam pandangan Allah swt, dunia tidak sebanding dengan sayap seekor nyamuk, betapapun manusia telah mengetahui kehendak Allah swt, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an:
“…kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (al-Anfaal: 67)
Allah swt. Maha Mengetahui karena Dialah Dzat yang telah menciptakan apa saja yang ada di alam akhirat dan segala apa yang dijanjikan Allah swt kepada orang-orang mukmin yang mengesakan-Nya di dalam surga-Nya. Seperti bidadari, kenikmatan yang abadi, besar dan agung, di tempat yang disenangi [maksunya tempat yang penuh dengan kebahagiaan, yang bersih dari hiruk pikuk dan perbuatan-perbuatan dosa] di sisi Tuhan Yang Mahakuasa.
Kini sempurnalah perbandingan dalam al-Qur’an antara kenikmatan akhirat dengan kesenangan dunia sehingga siapapun dapat mengambil peringatan, terutama orang-orang yang selama ini lupa terhadap realita ini atau mungkin lali dan malas-malasan. Hal ini dimaksud agar mereka sadar bahwa Allah swt menghendaki kebahagiaan di akhirat. Dengan demikian saat di dunia mereka akan berusaha untuk mencari keridlaan Allah swt, beramal dalam rangka kepatuhan kepada-Nya, serta menegakkan segala yang telah diwajibkan Allah swt kepada mereka.
Allah swt. juga berfirman yang artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imraan: 14-15)
“Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.” (Ali ‘Imraan: 198)
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (ThaaHaa: 131)
Masih banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kesenangan di dunia ini jika dibandingkan dengan kenikmatan akhirat, sungguh sangat sedikit dan tidak bernilai. Namun banyak orang yang sudah memperoleh sedikit dari rizki Allah, hidup dalam kenikmatan dan serba kecukupan sehingg menjadi benci terhadap akhirat. Mereka menjauh dari Allah dan tidak kembali, tidak berlatih atau membiasakan untuk menyenangi akhirat hanya karena kesenangan dunia yang sangat sedikit. Setan-setan telah menenggelamkan mereka sehingga mereka senang dengan kenikmatan yang sedikit yang terdapat di dunia. Pemahaman setelah kematian ditolak, bahkan bagi mereka surga itu benar-benar tidak ada, sebagaimana mereka juga meniadakan kehidupan akhirat karena bagi mereka kehidupan hanya ada di dunia saja. Firman Allah yang artinya:
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”. (al-Kahfi: 35-36)
Kebun dunia beserta pepohonan, buah-buahan, dan air telah membuat mereka terpedaya, mereka tidak tahu semua itu akan sirna, betapapun masanya relatif lama.
“Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah Dia ditimpa kesusahan, pastilah Dia berkata: “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku Maka Sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.” (Fushilat: 50)
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, Maka ia banyak berdoa.” (Fushilat: 51)
Ayat-ayat yang membicarakan tentang hal ini banyak sekali sehingga seharusnya kita tidak condong pada dunia dan tertipu olehnya atau sebagian kesenangannya. Rasulullah saw. benar-benar telah menjelaskan seperti apa nilai dunia di akhirat.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, tiada dunia ini [jika dibandingkan dengan] akhirat, kecuali hanya seperti ketika kalian memasukkan jari-jari telunjuk ke dalam laut, lalu lihatlah apa yang terjadi ketika kembali diangkat.” (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tempat kacau di surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, jarak antara tengah dan akhir, dari simpul dalam jarak dekat panah kalian [kata kiasan], dari surga, masih lebih dekat daripada daerah dimana di sana terdapat matahari terbit.” (HR Bukhari dan Muslim)
Demikian juga Rasulullah saw. telah menjelaskan karakteristik seorang wanita dari kalangan bidadari. Diceritakan dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Kalau saja seorang wanita ahli surga keluar ke bumi, niscaya dunia akan bercahaya dan akan penuh dengan angin. Mahkota yang ada di kepalanya lebih baik daripada dunia beserta seluruh isinya.” (HR Bukhari)
Allah swt telah menjelaskan bahwa kesenangan atau kenikmatan di dunia meskipun berada dalam jangka waktu yang lama, semuanya akan binasa. Sedangkan segala yang ada di sisi Allah akan abadi dan tidak rusak, tidak binasa, serta tidak berkurang, yaitu di rumah akhirat. Sebagaimana Allah berfirman, “…..senantiasa berbuah dan teduh…” (ar-Ra’du: 35) dan “Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal…” (an-Nahl: 96)
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (al-Kahfi: 45-46)
Artinya, setiap kuntum bunga dan tumbuhan meskipun berbunga dan hijau, akan sirna dan mati sebagaimana matinya manusia. Meskipun saat masih muda seseorang sangat kuat, pada saatnya nanti akan menjadi tua, lemah, dan tidak berdaya, lalu mati. Yang kekal hanyalah Allah swt, tidak seorang pun manusia kekal, sebagaimana tidak kekalnya dunia.
Di antara kenikmatan surga yang agung, yang senantiasa diharap oleh manusia adalah benar-benar kebalikan yang ada di dunia. Di surga penuh dengan kebersihan, kebeningan, kebaikan, dan akhlak mulia sehingga tidak akan terdengar kata-kata jelek atau jorok, sebagaimana kita dengar di dunia. Di sana tidak terdapat orang yang riya’ [ingin dilihat orang lain], pendusta, hina, dan munafik. Di surga, dengan keabadian yang tiada akhir, tidak akan terdengar perkataan bohong dan tidak akan dijumpai hal yang buruk atau lebih ringan dari hal tersebut.
“…di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.” (ath-Thuur: 23)
“… di dalamnya mereka tidak mendengar Perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) Perkataan dusta.” (an-Naba’: 35)
“…mereka tidak mendengar Perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali Ucapan salam. bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang.” (Maryam: 62)
“….tidak kamu dengar di dalamnya Perkataan yang tidak berguna.” (al-Ghaasyiyah: 11)
“… mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.” (al-Waaqi’ah: 25-26)
&
Tag:Ahmad, akhirat, Ash-Shufiy, Bidadari, Dunia, istana, kekal, kenikmatan, Mahir, Sifat, surga