Tag Archives: Macam-Macam

Macam-Macam Qasam

6 Mar

Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an)
Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an; Mannaa’ Khaliil al-Qattaan

Qasam itu adakalanya dzahir [jelas, tegas] dan adakalanya mudmar [tidak jelas, tersirat].

1. Dzahir, ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam biHi. Dan di antaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jarr berupa “ba”, “wawu” dan “ta”.

Di beberapa tempat, fi’il qasam terkadang didahului [dimasuki] “laa” nafy, seperti: laa uqsimu biyaumil qiyaamati, walaa uqsimu bin nafsil lawwaamati (“Tidak, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak, Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali [dirinya sendiri].”) (al-Qiyaamah: 1-2)

Dikatakan “laa” di dua tempat ini adalah “laa” nafy yang berarti “tidak”, untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan sesuai dengan konteks sumpah. Dan taqdiir [perkiraan arti]-nya adalah: “Tidak benar apa yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada.”

Kemudian baru dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat dan dengan nafsu lawwaamah, bahwa kamu kelak akan dibangkitkan.”

Dikatakan pula “laa” tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan Dia berfirman: “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi Aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian? Sungguh masalahnya teramat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah.”

Tetapi dikatakan pula “Laa” tersebut zaa’idah [tambahan]. Pernyataan jawab qasam ayat di atas tidak disebutkan tetapi telah ditunjukkan oleh perkataan sesudahnya, “Apakah manusia mengira…” (al-Qiyaamah: 3). Taqdiirnya ialah: “Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dihisab.”

2. Mudmar, yaitu yang ada di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam biHi, tetapi ia ditunjukkan oleh “lam tauqid” yang masuk ke dalam qasam, seperti firman Allah: latublawunna fii amwaalikum wa anfusikum (“Kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”) (Ali ‘Imraan: 186). Maksudnya, Demi Allah, kamu sungguh-sungguh akan diuji…

&

Macam-Macam Siksa Neraka Berdarakan Perbuatan yang Dilakukan

23 Jan

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Neraka ada beberapa macam –seperti yang telah dijelaskan di awal pembahasan- sebagiannya di bawah sebagian yang lain. Allah swt tidak mendhalimin seorang pun. Masing-masing penghuninya berada dalam tingkatan dan tempatnya berdasarkan kekafiran dan kesyirikannya, serta berdasarkan apa yang telah dilakukan kedua tangannya, baik berupa mendhalimi, menyakiti, merampas hak orang lain, maupun berdasarkan dosa, perbuatan keji dan mengikuti syahwat.

Penghuni neraka yang paling ringan siksaannya adalah pelaku maksiat dan dosa besar dari ahli tauhid, sedangkan yang paling besar siksaannya adalah orang-orang munafik karena mereka berada dalam tingkat yang paling bawah di neraka. di antara keduanya terdapat tingkatan-tingkatan yang akan dijelaskan di bagian lain.

PARA PELAKU MAKSIAT DAN DOSA BESAR DARI AHLI TAUHID

Para penghuni neraka berbeda-beda dalam siksaan dan tempat, sesuai dengan dosa-dosa yang telah mereka lakukan, tindakan mereka dalam meninggalkan shalat, puasa, zakat dan haji, serta perbuatan dhalim terhadap para hamba dan memakan hak-hak mereka.

Mereka itu akan disiksa di dalam neraka berdasarkan apa yang telah mereka lakukan. Allah swt. dan Rasulullah saw. tidak menyebutkan masa menetap di neraka bagi mereka. sebagian lama waktunya dan sebagian lagi pendek waktunya. Dan di antara keduanya terdapat banyak keadaan. Akan tetapi pada akhirnya mereka mendapat syafaat dalam perbedaan-perbedaan tersebut.

Dengan rahmat-Nya, Allah menghendaki ahli tauhid yang durhaka bisa keluar dari neraka. akan tetapi yang perlu kita ketahui adalah mereka disiksa di neraka, bahkan terkadang dengan siksaan yang keras. Sebagian mereka mendekam di dalamnya dalam waktu yang lama yang tidak diketahuinya kecuali Allah swt.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Penghuni neraka adalah penghuni yang ada di dalamnya, mereka tidak mati dan tidak hidup. Tetapi sebagian manusia ditimpa siksa karena dosa-dosa mereka [atau beliau berkata: “kesalahan-kesalahan mereka.”], lalu mereka dimatikan oleh kematian sehingga jika mereka telah menjadi arang maka syafaat diizinkan. Mereka didatangkan dalam kelompok-kelompok, dan disebarkan di atas sungai-sungai surga, kemudian dikatakan, “Wahai ahli surga, curahkanlah kepada mereka.” kemudian mereka tumbuh seperti biji-bijian padang pasir yang terbawa oleh banjir.” (HR Muslim)

Dari Jabir bin Abdillah ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya [suatu] kaum keluar dari neraka, mereka terbakar di dalamnya, kecuali wajah-wajahnya berputar hingga masuk surga.” (HR Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra. bahwa Nabi saw. bersabda, “Suatu kaum keluar dari neraka dengan syafaat Muhammad, lalu memasuki surga, mereka dijuluki al-Jahanamiyyin.” (HR Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Suatu kaum keluar dari neraka setelah dihanguskan olehnya, lalu memasuki surga dan ahli surga menjuluki mereka dengan jahannamiyyin.” (HR Bukhari)

Ahli surga menjuluki demikian, hal ini dikarenakan mereka barangkali keluar setelah lama di dalam neraka sehingga bekas atau tanda masih tampak pada mereka. Ahli surga menjuluki mereka demikian karena merekalah yang menyiramkan air surga kepada para bekas penghuni neraka setelah mereka keluar dari neraka.

Dari Jabir bin Abdillah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda, “Kemudian datanglah syafaat, mereka disyafaati sehingga keluar dari neraka orang yang mengucapkan ‘Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,’ dan di dalam hatinya terdapat seberat gandum kebaikan, lalu mereka ditempatkan di halaman surga dan ahli surga mencurahkan air kepada mereka hingga mereka tumbuh, seperti tumbuhnya sesuatu yang dibawa banjir dan hilanglah bekas-bekas api yang membakar, kemudian ia meminta hingga dijadikan baginya duniadan sepuluh kali lipat sepertinya.” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Hingga apabila Allah telah selesai memberikan keputusan di antara manusia dan berkeinginan dengan rahmat-Nya mengeluarkan orang yang Dia inginkan dari ahli neraka. Dia memerintahkan kepada para malaikat untuk mengeluarkan mereka dari neraka, yaitu orang yang tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan Allah dan atas rahmat-Nya dari orang yang mengucapkan: ‘Tiada tuhan selain Allah.’ Para malaikat mengenal mereka di neraka dengan bekas sujud. Api neraka memakan tubuh anak Adam kecuali bekas sujud. Allah mengharamkan atas neraka untuk memakan bekas sujud. Mereka keluar dari neraka setelah terbakar, lalu air kehidupan dicurahkan kepada mereka dan tumbuhlah mereka, sebagaimana biji-bijian tumbuh di sepanjang aliran sungai.” (HR Muslim)

Lebih dari satu hadits menyebutkan bahwa Allah swt mengeluarkan dari neraka, orang yang dalam hatinya terdapat satu dinar atau setengah dinar iman, bahkan mengeluarkan kaum yang tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali.

Dalam hadits Abu Said al-Khudri ra. disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah memasukkan ahli surga ke surga, memasukkan orang yang Dia kehendaki dengan rahmat-Nya, memasukkan ahli neraka ke neraka, kemudian berfirman, ‘Lihatlah orang yang kalian temukan di dalam hatinya seberat biji sawi iman, keluarkanlah.’” (HR Muslim)

Dari Anas bin Malik ra. bahwa Nabi saw. bersabda, “Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan: ‘Tiada tuhan selain Allah,’ dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum, kemudian keluar dari neraka orang yang mengucapkan: ‘Tiada tuhan selain Allah,’ dan dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum, kemudian keluar dari neraka orang yang mengucapkan: ‘Tiada tuhan selain Allah,’ dan dalam hatinya terdapat kebaikan seberat dzarrah.” (HR Muslim)

MANUSIA TERAKHIR YANG KELUAR DARI NERAKA

Dalam shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh aku mengetahui orang yang terakhir keluar dari neraka; seseorang yang keluar darinya dengan merangkak, lalu dikatakan kepadanya, ‘Berjalanlah dan masuklah ke surga.’”
Beliau bersabda, “Lalu ia pergi memasuki surga, dan menemukan manusia telah mengambil tempatnya masing-masing. Dikatakan kepadanya, ‘Apakah kamu ingat masa ketika kamu berada di dalamnya?’ Dia menjawab, ‘Ya,’ Dikatakan kepadanya, ‘Berangan-anganlah.’ Dia pun berangan-angan. Dikatakan kepadanya, ‘Kamu berhak atas apa yang kamu angankan dan sepuluh kali lipatnya.’ Lalu dia berkata, ‘Apakah Engkau menghina aku? Sedangkan Engkau adalah Raja?’
Perawi berkata, “Sungguh aku melihat Rasulullah saw. tertawa hingga gigi-gigi gerahamnya terlihat.” (HR Bukhari, Muslim, dan Turmudzi)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui akhir penghuni neraka keluar darinya dan akhir penghuni surga masuk ke dalamnya; seseorang yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku menemukannya penuh.’ Allah swt berfirman, ‘Pergilah dan masuklah surga karena sesungguhnya bagimu seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya, atau bagimu seperti sepuluh kali lipat dunia.’ Dia berkata, ‘Apakah Engkau menghinaku? –atau mentertawakanku- sedangkan Engkau adalah Sang Raja?’
Perawi berkata, “Sungguh aku melihat Rasulullah saw. tertawa hingga gigi-gigi gerahamnya tampak. Beliau bersabda, ‘Itu adalah tempat penghuni surga yang paling rendah.’” (HR Bukhari dan Muslim)

&

Macam-Macam Mati Syahid

7 Jun

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Syuhada; [orang-orang yang mati syahid] itu ada lima macam: orang yang mati karena wabah, karena sakit perut, mati tenggelam, mati tertimpa reruntuhan bangunan, dan mati dalam perang di jalan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bertanya: “Siapakah yang kalian anggap mati syahid di kalangan kalian?” Para shahabat menjawab: “Wahai Rasulallah, orang-orang yang mati terbunuh dalam peperangan sabilillah itulah orang yang mati syahid.” Beliau bersabda: “Kalau begitu hanya sedikit orang-orang yang mati syahid dari umatku.” Para shahabat bertanya: “Lalu siapa wahai Rasulallah?” Beliau bersabda: “Orang yang terbunuh dalam perang sabilillah adalah syahid, orang yang mati karena wabah penyakit adalah syahid, orang yang mati karena sakit perut adalah syahid dan orang yang mati tenggelam pun adalah syahid.” (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa terbunuh dalam mempertahankan hartanya, maka ia syahid.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abul A’war Sa’id bin Zaid bin Amr bin Naufil ra., salah seorang di antara sepuluh orang yang dipastikan masuk surga, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa terbunuh dalam mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid, dan barangsiapa terbunuh dalam mempertahankan darahnya [dirinya] maka ia mati syahid, barangsiapa terbunuh dalam mempertahankan agamanya maka ia mati syahid, dan barangsiapa terbunuh dalam mempertahankan keluarganya, maka ia mati syahid.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Suatu ketika datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw. lalu berkata: “Wahai Rasulallah, bagaimanakah jika ada seseorang datang untuk merebut hartaku?” Beliau bersabda: “Jangan kamu berikan.” Lelaki itu bertanya: “Bagaimanakah jika ia menyerangku?” Beliau bersabda: “Ganti serang dia.” lelaki itu bertanya lagi: “Bagaimana jika ia berhasil membunuhku?” Beliau bersabda: “Kamu mati syahid.” Lelaki itu bertanya lagi: “Bagaimana jika saya berhasil membunuhnya?” Beliau bersabda: “Dia berada di neraka.” (HR Muslim)