Apakah Neraka dan Surga Termasuk Makhluk?
Neraka, Kengerian dan Siksaannya; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy
Neraka dan surga tergolong makhluk yang diciptakan Allah swt. Hal ini dikuatkan oleh ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw. Ayat-ayat yang menyatakan bahwa surga sebagai makhluk adalah:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Ali ‘Imraan: 133)
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al-Hadiid: 21)
“Allah telah menyediakan bagi mereka syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang agung.” (at-Taubah: 89)
Beberapa ayat yang menyatakan bahwa neraka sebagai makhluk adalah sebagai berikut:
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (Ali ‘Imraan: 131)
“Maka takutlah kamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 24)
“Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka),” (al-Ahzab: 64)
Pembahasan tentang surga untuk menguatkan keberadaannya sebagai makhluk yang memang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, Allah swt menyebutnya dalam al-Qur’an ketika menaikkan atau memperjalankan Nabi Muhammad saw. ke Sidratul Muntaha, yang di dekatnya terdapat tempat tinggal atau Jannatul Ma’wa.
“Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (an-Najm: 12-18)
Ayat-ayat tersebut merupakan dalil qath’i yang menyatakan bahwa neraka dan surga adalah makhluk. Dunia dan apa yang ada di dalamnya merupakan rentetan untuk kehidupan akhirat dan apa yang ada di dalamnya. Dunia merupakan tempat ujian, sedangkan akhirat adalah tempat yang sebenarnya, baik di neraka maupun di surga. Allah swt menyifati kehidupan dunia hanya sebagai kenikmatan yang sedikit daripada kehidupan di akhirat kelak.
“….. Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (at-Taubah: 38)
Beberapa hadits yang menyatakan neraka dan surga sebagai makhluk adalah sebagai berikut:
Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian meninggal, akan diperlihatkan kepadanya tempat duduknya setiap pagi dan sora. Jika ia termasuk penghuni surga, yang diperlihatkan kepadanya adalah ahli surga. Akan tetapi, jika termasuk penghuni neraka yang diperlihatkan kepadanya juga ahli neraka. lalu dikatakan kepadanya, inilah tempat dudukmu hingga kamu dibangkitkan pada hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits al-Barra’ bin ‘Azib disebutkan, “Ada seorang penyeru yang menyeru dari langit, ‘Jika hamba-Ku jujur, bentangkanlah surga dan bukalah pintunya.’ Kemudian didatangkan kepadanya keharuman dan kebaikan surga.”
Dalam shahih Muslim disebutkan bahwa ‘Aisyah ra. mengatakan telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. Kemudian ‘Aisyah menyebut sebuah hadits, “Dari tempatku berdiri ini, aku dapat melihat segala sesuatu sehingga kalian menirukannya. Aku melihat seseorang memetik buah di surga ketika kalian melihatku berjalan maju. Dan aku melihat api neraka saling melempar satu sama lain ketika kalian melihatku sedang mundur.”
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik dalam shahih Muslim disebutkan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika kalian dapat melihat yang aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Para shahabat bertanya, “Apa yang engkau lihat wahai Rasulallah?” Beliau menjawab, “Saya melihat surga dan neraka.”
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik dalam Muwatha’ dan Sunan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jiwa orang beriman itu berada dalam burung yang menggantung di surga [burung yang makan dan digembalakan di pohon-pohon] sehingga Allah mengembalikannya [jiwa itu] ke jasadnya pada hari kiamat.”
Hadits yang sharih ini menerangkan masuknya roh ke dalam surga sebelum kiamat dan hal ini merupakan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan.
Abdullah bin Abbas ra. mengatakan bahwa pada masa Rasulullah saw. telah terjadi gerhana matahari, lalu ia menyebutkan sebuah hadits. Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulallah, kami melihatmu menerima sesuatu dari tempatmu, kemudian kami juga melihatmu dalam keadaan takut.” Rasulullah saw. bersabda, “Saya telah melihat surga dan menerima setandan buah. Seandainya saya menjatuhkannya, niscaya kalian akan makan sisanya di dunia. Kemudian saya melihat neraka. saya belum pernah melihat pemandangan yang mengerikan itu dan kebanyakan penghuninya adalah perempuan.” Mereka para shahabat bertanya lagi, “Mengapa demikian ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Sebab mereka kufur.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah mereka kufur terhadap Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami dan kebaikannya. Jika kamu mendatangkan kebaikan kepada salah seorang di antara mereka, lalu ia melihat sesuatu darimu ia akan mengatakan tidak ada suatu kebaikan pun padamu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam sunan Turmudzi, Abu Daud, dan Nasa’i serta Hakim dalam Mustadrak, Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setelah Allah swt. menciptakan surga dan neraka, Jibril diutus ke surga. Allah berfirman kepadanya, ‘Pergilah ke surga dan lihat apa yang Aku sediakan untuk penghuninya!’ Maka Jibril pun pergi ke surga dan melihat apa yang disediakan Allah untuk penghuninya. Kemudian ia [Jibril] kembali sambil berkata, ‘Demi kemuliaan-Mu, tidak seorang pun yang mendengar suara, kecuali yang ada di dalamnya.’
Maka surga diperintahkan untuk menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, kemudian Allah berfirman lagi kepada Jibril, ‘Kembalilah dan lihat apa yang telah Aku sedikakan untuk penghuninya!’ Maka Jibril melihatnya dan kembali dengan mengatakan, ‘Demi kemuliaan-Mu, aku takut tidak seorang pun yang dimasukkan ke dalamnya.’
Kemudian Jibril diutus ke neraka. Allah berfirman kepadanya, ‘Pergi dan lihatlah apa yang telah Aku sediakan untuk penghuni neraka!’ Maka Jibril melihat ke neraka dan mendapati penghuninya bertumpuk-tumpuk. Lalu ia kembali dengan mengatakan, ‘Demi kemuliaan-Mu, tidak seorangpun yang mendengar suara hingga ia memasukinya.’ Maka neraka diperintahkan untuk menghilangkan syahwat. Kemudian Allah berfirman kepada Jibril, ‘Pergi dan lihatlah apa yang Aku sediakan untuk penghuninya!’ Maka Jibril pergi untuk melihatnya, lalu kembali lagi dan mengatakan bahwa ia takut tidak akan ada orang yang selamat darinya.”
Ath-Thahawi berpendapat bahwa surga dan neraka adalah makhluk yang tidak akan musnah. Allah swt. menciptakan keduanya sebelum penciptaan makhluk-Nya yang lain. Penciptaan surga dan neraka sebagai penyambutan selamat datang. Barangsiapa yang dikehendaki Allah swt untuk masuk surga, berarti ia telah mendapatkan kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang dikehendaki-Nya masuk neraka, hal itu merupakan keadilan dari-Nya karena kebaikan dan kejelekan merupakan takdir bagi manusia.
Muhammad bin Muhammad bin al-‘Izza al-Hanafi dalam Syarah ath-Thahawiyah, bahwa para ahli sunnah sepakat jika surga dan neraka itu adalah makhluk dan saat ini sudah ada. Pendapat ini masih mereka pegang sampai sekarang. Akan tetapi, kelompok Mu’tazilah dan Qadariah membantah pendapat ahli sunnah ini karena tidak sepaham dengan mereka, bahkan berpendapat bahwa surga dan neraka baru akan diciptakan Allah swt pada hari kiamat kelak.
Bantahan mereka ini pada dasarnya ingin merusak syariat atau ketentuan yang telah diletakkan Allah swt. Sudah selayaknya jika Allah berbuat begini dan tidak berbuat begitu. Mereka [golongan mu’tazilah dan Qadariah] mengiaskan penciptaan makhluk-Nya dengan perbuatan mereka. dengan demikian, perbuatan mereka diragukan karena telah dirasuki kedengkian sehingga mereka terlantar. Selain itu mereka juga berpendapat bahwa surga diciptakan sebelum hari pembalasan karena pada waktu itu terjadi libur panjang. Bahkan mereka menolak ayat-ayat Allah swt yang bertolak belakang dengan pendapat mereka yang batil ini. Mereka juga mengkritik nash-nash tentang surga dan neraka sehingga mereka tersesat jalan, mengadakan bid’ah dan menentang syariat.
Dalam kitab fat-hul Bari disebutkan bahwa Imam Bukhari menulis satu bab yang menjelaskan sifat surga dan menerangkan bahwa surga adalah makhluk. Dalam bab ini dituliskan banyak hadits yang menunjukkan bahwa surga adalah makhluk. Begitu juga neraka. di dalamnya juga terdapat hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. melihat istana Umar bin Khaththab di surga, hadits yang menerangkan bahwa Allah memperlihatkan kepada si mayit –ketika berada di dalam kubur- akan tempat duduknya di neraka atau surga, serta hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah saw. melihat surga dan neraka.
&