Psikologi Belajar
Drs.Syaiful Bahri Djamarah
asyHadu allaa ilaaHa illallaaH, wa asyHadu anna muhammadar rasuulullaaH
1. Metode Eksperimen (Eksperimental Method)
Maksud dilakukannya eksperimen dalam psikologi adalah untuk “mengetes” keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain eksperimen dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi dapat dikontrol dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang terkontrol. Melalui usaha eksperimen demi eksperimen, kemudian kebenaran-kebenaran psikologi yang semula didasarkan atas terkaan, pemikiran dan perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaan (eksperimen).
Untuk mendukung pelaksanaan eksperimen, setidaknya menggunakan dua kelompok yang diperbandingkan. Kelompok pertama sebagai kelompok “kontrol” dan kelompok kedua sebagai “eksperimen”. Fungsi kelompok kontrol adalah untuk mengecek pengaruh dari faktor eksperimen atau variabel independen; dan kelompok kontrol tersebut sedapat mungkin diusahakan sama dengan kelompok eksperimen.
Melalui penerapan metode eksperimen banyak aspek belajar dapat diteliti dengan baik, yang hasilnya dapat disumbangkan bagi kelancaran proses interaksi edukatif di kelas. Aspek-aspek dimaksud antara lain keefektifan komparatif dari metode-metode mengajar yang berbeda (seperti metode diskusi versus metode ceramah) untuk mempelajari informasi faktual, pengaruh praktek bagian versus praktek keseluruhan terhadap belajar ketrampilan, kelas yang optimal, sampai seberapa jauh transfer belajar itu terjadi, penyusunan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu dan sosial, asas kesiapan dalam melakukan suatu tugas belajar, pengaruh overlearning terhadap ingatan, dan lain sebagainya.
Studi eksperimen, selain dilakukan di lapangan, yaitu dalam suasana kelas, juga dilakukan di laboratorium untuk individu atau sekelompok individu dan hewan.
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode untuk mempelajari gejala kejiwaan melalui pengamatan dengan sengaja, teliti, dan sistematis. Sejauh yang dapat dilakukan, observasi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu metode instropeksi dan metode ekstropeksi.
a. Metode instropeksi
Metode instropeksi adalah metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan meninjau gejala-gejala jiwa sendiri secara sengaja, teliti dan sistematis.
Dalam melakukan instropeksi (intro= ke dalam, spectare= melihat) tak mungkin memberi hasil yang baik, karena tak ada orang yang dapat mempelajari peristiwa-peristiwa jiwanya sendiri secara objektif. Misalnya, seseorang yang sedang marah, tak mungkin ia dengan tenang dan objektif menyelidiki jiwanya. Jika ia menyelidikinya, maka hilanglah kemarahan tersebut dari dirinya.
Keberatan-keberatan terhadap metode instropeksi adalah bahwa instropeksi yang diselidiki hanya bagian-bagian yang disadari saja, sedang bagian-bagian yang tidak disadari tidak diselidiki. Juga hal-hal yang dapat merendahkan diri sendiri terkadang disembunyikan karena malu dan sebagainya
b. Metode ekstropeksi
Metode ekstropeksi adalah metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan teliti dan sistematis. Atau metode yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis oleh satu atau lebih dari seorang.
Dengan sengaja artinya pengamatan itu dilakukan dengan sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sedangkan dengan sistematis artinya pengamatan itu dilakukan secara terencana dan dengan cara-cara tertentu yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan kata lain, praktek pengamatan serupa ini kondisi-kondisinya dikendalikan secara cermat dan hati-hati oleh satu atau lebih dari seorang. Itulah sebabnya pengamatan ini dikenal dengan pengamatan yang objektif (objective observation)
Melalui penerapan metode ini laporan-laporan yang ditulis akan dapat menghasilkan informal yang objektif, lebih-lebih yang dilakukan oleh orang yang terlatih, terampil, dan berpengalaman. Studi observasi telah banyak dilakukan terhadap hubungan sosial yang diperlihatkan oleh anak-anak pada taman kanak-kanak dan dalam situasi permainan bebas. Penggunaan metode ini antara lain dapat dimanfaatkan untuk membantu mendiagnosa kesulitan belajar anak di sekolah.
3. Metode Genetik (the genetic method)
Metode ini disebut juga metode perkembangan (development method), merupakan teknik observasi yang digunakan untuk meneliti masa pertumbuhan mental dan fisik dan juga hubungannya dengan anak-anak lain dan orang-orang dewasa, yakni perkembangan sosialnya, kemudian dicatat dengan cermat. Pendekatannya bisa menempuh satu atau dua pendidikan sekaligus, yaitu cross-sectional (horizontal) dan longitudinal (vertikal). Perbedaan cross sectional (horizontal) digunakan untuk memperoleh data, misalnya, mengenai pertumbuhan kecerdasan, gerak, dan perasaan anak sejak lahir sampai masa tertentu. Sedangkan pendekatan longitudinal digunakan untuk individu atau sekelompok individu sejak lahir dan seterusnya.
Sekalipun dua pendekatan tersebut dapat dihasilkan data yang lebih shahih (valid), khusunya yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pertumbuhan pada umumnya, namun keduanya mengandung kelemahan, terutama pendekatan longitudinal, antara lain dianggap tidak praktis dan bahkan sulit dilaksanakan.
4. Metode Riwayat Hidup atau Klinis
Metode riwayat hidup adalah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis oleh orang lain. Dalam penyelidikan ini buku-buku harian dan kenang-kenangan besar sekali manfaatnya.
Studi dengan metode riwayat hidup (the case history) ini biasanya penerapannya terbatas untuk mencoba memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang benar-benar dihadapi oleh pelajar. Jadi pendekatan ini pada pokoknya tidak berhubungan dengan prinsip-prinsip psikologis atau pendidikan. Sebaliknya, tujuan satu-satunya adalah diagnosis atau treatment. Case history memasukkan riwayat hidup masa lalu, status, dan keadaannya yang sekarang dari seorang individu, yang kemudian dapat digunakan oleh konselor untuk memberikan treatmen (perhatian dan perawatan). Oleh sebab itu, studi kasus yang disusun secara hati-hati, sudah tentu akan memasukkan data mengenai latar belakang keluarga dan sosial, kesehatan jasmani dan perkembangan emosi, serta pengalaman pendidikannya. Termasuk pula minat, hobi, dan kegiatan individu di masa sekarang, yang semuanya relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Data dimaksud bisa diperoleh melalui interviu (wawancara) atau angket. Kemudian haruslah dianalisa yang diarahkan kepada diagnosis dan treatment (perbaikan).
Walaupun metode ini merupakan cara penyelidikan yang lebih leliti dan bersifat menyeluruh, namun terdapat pula kelemahan-kelemahannya, antara lain tidak seluruh kejadian di masa lalu akan tetap dapat diingat, sehingga keterangan-keterangan yang diberikan boleh jadi tidak objektif. Akibat lebih lanjut, kesimpulan yang ditarik pun akan jauh dari kebenaran.
5. Metode tes
Tes adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang atau sekelompok orang.
Tes merupakan instrumen riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Ia digunakan untuk mengukur semua jenis kemampuan, minat, bakat, prestasi, sikap, dan ciri kepribadian. Tes memungkinkan ahli ilmu jiwa memperoleh data dalam jumlah besar dari orang-orang tanpa banyak gangguan atas kebiasaan mereka sehari-hari tanpa memerlukan perlengkapan laboratorium yang rumit.
Pada pokoknya semua tes mengemukakan suatu situasi yang seragam pada kelompok sekelompok orang yang berbeda-beda pada aspek-aspek yang relevan dengan situasi tersebut. Misalnya, inteligensi, kecekatan ketrampilan tangan, kegelisahan, dan ketrampilan persepsual. Kemudian hasilnya dianalisa dengan menghubungkan perbedaan dalam skor tes dengan perbedaan di antara orang-orang tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, para ahli telah membuat berbagai alat pengukuran yang dibakukan. Walaupun demikian hendaknya disadari bahwa ramalan atau perkiraan yang dihasilkan seringkali tidak mudah dilakukan. Sebabnya antara lain, karena banyaknya faktor yang tidak ikut mencampuri fakta kejiwaan dan mudahnya berubah. Sudah tentu keadaan yang serupa ini seringkali menyebabkan kekurangtegasan dalam mengambil keputusan, dan sekaligus merupakan salah satu kelemahannya. Lagi pula penyusunan tes dan penggunaannya bukanlah hal yang mudah. Hal ini menghendaki banyak langkah yang harus ditempuh, seperti penyiapan item, penyekalan, dan penentuan norma-normanya.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada metode yang digunakan dalam psikologi belajar yang seratus persen baik, demikian pula sebaliknya. Untuk itu dalam praktek, para ahli sering menggunakan lebih dari satu metode agar bisa saling melengkapi dan sekaligus data yang dihasilkan dapat dipercaya. Kemudian data tersebut dianalisa dan barulah disusun suatu laporan.
Akhirnya dari laporan inilah pada gilirannya dapat ditelaah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan praktik. Terlebih jika sudah berulangkali diuji dan dibuktikan, yang kemudian melahirkan prinsip-prinsip yang secara empiris dapat dibenarkan dan dapat pula disampaikan secara efektif, sebagai salah satu persiapan kepada mereka yang berprofesi sebagai guru.
&