Tag Archives: minuman

Minuman Penghuni Neraka

22 Jan

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Sesungguhnya diantara azab yang paling besar bagi para penghuni neraka adala rasa dahaga yang sangat dan kebutuhan mereka akan air. Hal ini untuk meredakan panas di dalam perut mereka setelah memakan buah zaqqum dan dlarii’.

Betapa besar kebutuhan manusia [di dunia ini] terhadap air. Manusia dapat lebih tahan dan lebih sabar terhadap makanan daripada kebutuhannya terhadap air. Bisa jadi manusia dapat hidup lebih dari satu bulan tanpa makanan, tetapi ketika tidak mendapatkan air, bisa jadi manusia hanya bisa bertahan dalam lima atau tujuh hari. Kita semua telah mencoba menahan rasa dahaga, khususnya pada bulan Ramadlan yang tiba pada musim panas. Bahkan ada juga seorang dari kita yang memakan makanan berat dan berlemak, tetapi masih saja membutuhkan air.

Lalu bagaimana dengan orang yang memakan buah zaqqum dan dlarii’ yang mendidih dalam perut pada hari kiamat di dalam neraka? berapa banyak air yang dibutuhkannya? Oleh karena itu Allah menerangkan kepada kita bagaimana para penghuni neraka meminta pertolongan kepada para penghuni surga untuk memberikan air yang oleh Allah berikan kepada ahli surga.

“Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: ‘Limpahkanlah kepada Kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu.’ mereka (penghuni surga) menjawab: ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir,’” (al-A’raaf: 50)

Maksud ayat di atas adalah Allah mengharamkan air dan makanan itu [yang telah diberikan kepada penduduk surga] atas orang-orang yang kafir. Padahal keadaan orang-orang yang beriman sangat bertolak belakang dengan penghuni neraka, sebagaimana firman Allah tentang penghuni surga.

“Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian, mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,” (al-Waaqi’ah: 14-18)

“Dan Diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.” (al-Insaan: 15-17)

Dari perbedaan yang sangat jauh ini [atau katakanlah tidak dapat dibandingkan antara tempat penghuni surga dan penghuni neraka]. Allah berfirman dalam ayat lain yang menerangkan perbedaan antara siapa yang dilemparkan ke neraka, makanannya [zaqqum], dan minumannya [hamim]. Begitu juga bagi orang yang datang dengan keimanan dan akan menjadi penghuni surga dan kekal di dalamnya, makanan yang lezat berasal dari daging burung dan minumannya dengan gelas bening, seperti kaca yang terbuat dari campuran jahe dan kafur.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Fushshilat: 40)

Lalu bagaimana dengan minuman penghuni neraka ? apakah mereka ditolong jika meminta pertolongan? Bagaimana pula mereka memadamkan panasnya api yang mendidih dalam perut mereka, setelah memakan zaqqum dan dlarii’? Allah swt juga berfirman untuk membandingkan perbedaan antara minumman penghuni surga dan neraka:

“(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (Muhammad: 15)

Orang-orang beriman meminum dari sungai-sungai yang menyegarkan bagi peminumnya, bahkan mendapatkan ampunan dan keridlaan dari Tuhan mereka. sedangkan orang-orang kafir kekal di dalam neraka. jika mereka meminum air, diberikanlah kepada mereka air yang mendidih yang dapat memutuskan usus karena sangat panasnya. Air itu masuk dari mulut mereka untuk memadamkan atau meredakan gejolak zaqqum dan dlarii’. Namun air itu tidak dapat meredakannya, bahkan memutus usus mereka dan merobek-robeknya.

Dalam Hasyiyah ash-Shawiy dan Tafsir al-Qurthubi disebutkan tentang penafsiran ayat di atas.

“Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka” maknanya apakah sama dengan orang yang kekal dalam neraka jahim? Kalimat tanya disini sebagai pengingkaran. Maknanya, perbedaan antara orang yang berada dalam kenikmata [surga] dan orang yang kekal dalam neraka jahim.

“Dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga ususnya terpotong-potong” maknanya gelas [tempat minum] yang indah milik penghuni surga dituangi air yang segar, sedangkan yang berada dalam neraka diberi minum yang sangat panas sehingga dapat memotong usus. Menurut para mufasir, air itu mencapai derajat didih yang sangat tinggi. Jika didekatkan kepada mereka, wajah dan bagian kepala mereka dapat terbakar. Jika diminum, air itu dapat memutus usus sehingga keluar dari dubur mereka.

Dalam ensiklopedi al-Qur’an, para mufasir menafsirkan ayat “Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberikan minuman dengan air yang mendidih sehingga ususnya terpotong-potong?” bahwa penghuni surga itu tidaklah sama dengan kelompok yang kekal dalam neraka, yang diberi minum dengan minuman yang sangat panas dan dapat memotong usus mereka. maksudnya, apakah sama antara penghuni surga [yang mempunyai banyak kenikmatan] dan penghuni neraka yang kekal di dalamnya? Jawabannya sangat jelas. Tidak sama antara keduanya.

“Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai [bagi penjaga yang mengawasi isi neraka] lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pambalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab, dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan Sesungguh- sungguhnya. Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. karena itu rasakanlah. dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.” (an-Naba’: 21-30)

Ayat di atas merupakan ayat yang menerangkan keadaan penghuni neraka di dalam neraka. betapa mengerikan apa yang akan mereka dapatkan dalam neraka itu. Kalimat di dalam ayat tersebut merupakan peringatan keras bagi orang-orang kafir, musyrik, munafik dan yang melampaui batas. Neraka jahanam adalah tempat mereka kembali. mereka kekal di dalamnya. Mereka tidak mendapatkan minuman yang menyegarkan, tidak merasakan selain api neraka, dan tidak minum kecuali hamim dan ghassaq. Itulah balasan yang adil bagi mereka karena mereka tidak meyakini akan kembali kepada Rabb mereka, kemudian dihisab atas perbuatan dan kekafiran mereka. bahkan mereka mendustakan ayat-ayat Allah swt, padahal segala yang mereka perbuat di dunia tidak lepas dari catatan yang ada dalam kitab. Oleh karena itu, mereka dibiarkan merasakan adzab [neraka] dan setiap kali mereka merasakannya, Allah justru akan menambahkan adzab-Nya.

“Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain adzab” ayat ini ditujukan kepada penghuni neraka dan tidak akan ditemui oleh penghuni surga. Sebagai perbandingan, Allah swt juga menyebutkan kenikmatan yang diperoleh penghuni surga dalam surah Qaaf: 35 yang artinya: “Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya.” Maksudnya, para penghuni surga itu akan memperoleh apa yang mereka kehendaki atau apa yang mereka minta dari berbagai kenikmatan, termasuk berbagai minuman atau selain yang mereka harapkan. Di sisi Allah swt, mereka justru akan diberi tambahan kenikmatan. Lain halnya dengan penghuni neraka, Allah justru akan menambahkan adzab neraka, hamim, ghassaq dan kehinaan.

Penafsiran ayat di atas dalam Shafwah at-Tafasir, menurut ash-Shabuni.

Makna kalimat “Sungguh, [neraka] jahanam itu [sebagai] tempat pengintai [bagi penjaga yang mengawasi isi neraka” dengan neraka itu menunggu para penghuninya, yaitu orang-orang kafir. Penantian neraka itu diibaratkan dengan pengintaian seseorang terhadap musuhnya agar sewaktu-waktu dapat mengetahuinya.

Para mufasir berpendapat, makna “mirshaad” adalah tempat pengintaian musuh. Jadi neraka jahanam itu mengintai musuh-musuh Allah untuk diadzab dengan api-Nya. oleh karena itu, ia menunggu dan melongok untuk melihat orang-orang kafir yang lewat, yang akan disambar dan dimasukkan ke dalamnya.

“Menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas” tempat kembali atau rumah bagi orang-orang yang melampaui batas dan berbuat dosa.

“Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama”: orang-orang kafir itu akan menempati dan tetap di dalam neraka berabad-abad lamanya dan tidak berakhir. Kata “ahqaabaa” maksudnya ungkapan masa yang tidak pernah habis. Sedangkan menurut al-Qurthubi, mereka akan tetap berada dalam neraka selama masih ada masa. Padahal masa di akhirat itu tidak pernah habis. Adapun menurut ar-Rabi’ dan Qatadah, masa ini tidak akan pernah berhenti atau terputus.

“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak [pula mendapat] menuman”: para penghuni neraka itu tidak pernah merasakan dingin atau surutnya panas api neraka serta tidak mendapatkan minuman yang dapat menghilangkan dahaga mereka.

“Selain air yang mendidih dan nanah”: selain air yang sangat panas, yang derajatnya melampaui derajat didih dan nanah bercampur darah yang mengalir dari kulit penghuni neraka.

“Sebagai balasan yang setimpal”: Allah swt mengadzab mereka sebagai balasan yang setimpat dengan perbuatan jahat mereka.

“Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan perhitungan”: mereka tidak yakin dengan adanya hisab, balasan, dan pertemuan dengan Allah. Oleh karena itu, Allah swt memberikan balasan yang setimpal atau adil tersebut.

“Dan mereka benar-benar mendustakan ayat-ayat Kami” mereka mendustakan ayat-ayat Allah swt yang menunjukkan adanya hari kebangkitan dan ayat-ayat Al-Qur’an secara keseluruhan.

“Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab [buku catatan amal manusia]” segala perbuatan dosa mereka telah dicatat dalam suatu kitab agar Allah swt memberikan balasannya.

“Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain adzab”: wahai orang-orang kafir, rasakanlah adzab Allah swt karena Dia tidak akan menambah kepada kalian selain adzab yang pedih. Para mufasir berpendapat bahwa di dalam al-Qur’an tidak ada ayat yang lebih keras daripada ayat itu. Setiap kali mereka meminta pertolongan dari adzab itu, Allah swt justru menambahkannya dengan adzab yang lebih keras.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir juga disebutkan tenang penafsiran ayat tersebut.

Makna kalimat: “Sungguh, [neraka] jahanam itu [sebagai] tempat pengintai [bagi penjaga yang mengawasi isi neraka]”: tempat pengintaian yang disediakan.

“Menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas”: bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan menentang para Rasul.

“Tempat kembali”: tempat tinggal orang-orang kafir. Hasan dan Qatadah berpendapat bahwa seseorang tidak akan masuk surga hingga neraka meminta identitas kepadanya. Jika ia memiliki identitas itu, ia selamat. Namun jika ia tidak memilikinya maka ia terpenjara di dalam neraka.

“Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama.” : orang-orang kafir itu tinggal di dalam neraka dalam masa yang lama [ahqaba]. Ahqaba adalah bentuk jamak dari huqbin, yang berarti batas masa dari suatu zaman. Para ulama berbeda pendapat tentang batasan masa atau lamanya mereka berada di dalam neraka.

Ibnu Jarir menukil pendapat Ali bin Abi Thalib ra, yang berkata kepada Hilal al-Hijriy, “Apa yang kalian ketahui tentang huqb di dalam firman Allah swt yang diturunkan?” Hilal al-Hijriy menjawab, “Kami mendapatkannya delapan puluh tahun. Satu tahun dua belas bulan, setiap bulan ada tiga puluh hari, sedangkan satu hari sama dengan seribu tahun.”

Adapun menurut Hasan dan as-Sudi, satu huqb sama dengan tujuh puluh tahun. Lain halnya dengan pendapat Abdullah bin Amr. Ia berpendapat bahwa satu huqb itu ada empat puluh tahun. Satu harinya sama dengan seribu tahun dalam hitungan manusia.

Basyir bin Ka’ab juga berpendapat bahwa satu huqb sama dengan tiga ratus enam puluh hari, sedangkan satu harinya sama dengan seribu tahun.
Menurut as-Sudi, orang-orang kafir itu berada di neraka selama 700 huqb. Setiap huqb ada 70 tahun, sedangkan satu tahun ada 360 hari, padahal satu hari sama dengan 1000 tahun dalam hitungan manusia.

Khalid bin Mi’dan berpendapat bahwa makna huqb [masa] di sini sebagaimana maksud ayat “Kecuali Tuhanmu menghendaki” untuk orang-orang yang termasuk ahli tauhid.

Ibnu Jarir berpendapat, yang benar adalah tidak terbatas, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Salim ketika mendengar Hasan ditanya tentang ayat “Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama”). Kemudian Hasan menjawab bahwa huqb tidak memiliki batas waktu. Jadi orang-orang kafir itu tetap tinggal kekal di dalam neraka. meskipun demikian para mufasir menyebutkan bahwa satu huqb itu sama dengan 70 tahun, sedangkan satu harinya sama dengan 1000 tahun dalam hitungan manusia.

Menurut Qatadah, batas waktu itu tidak diketahui oleh siapapun selain Allah swt. akan tetapi disebutkan pula bahwa satu huqb itu sama dengan 80 tahun. Satu tahun sama dengan 360 hari, sedangkan satu hari sama dengan 1000 tahun dalam hitungan manusia.

“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak [pula mendapat minuman]” orang-orang kafir tidak mendapatkan kesejukan hati di dalam neraka, tidak pula air yang baik untuk menghilangkan dahaga.

“Selain air yang mendidih dan nanah” menurut Abu al-‘Aliyah, Allah swt mengecualikan hamim dan ghassaq dari sifat dingin. Sedangkan menurut ar-Rabi’ bin Anas, hamim itu sangat panas dan derajat panasnya sudah habis. Adapun ghassaq adalah kumpulan darah, nanah, keringat, air mata, dan bekas luka penghuni neraka. ghassaq ini sangat dingin dan busuk baunya.

“Sebagai balasan yang setimpal” itulah yang menjadi siksa mereka, sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia.

“Sungguh dahulu mereka tidak pernah mengharapkan penghitungan” mereka tidak percaya bahwa di kemudian hari akan ada tempat pembalasan dan penghitungan [terhadap amal mereka]

“Dan mereka benar-benar mendustakan ayat-ayat Kami” mereka mendustakan sebagai argumen, alasan, atau ayat-ayat Allah atas ciptaan-Nya yang diturunkan kepada para Rasul-Nya, bahkan mereka menentangnya.

“Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab [buku catatan amal manusia]” Allah swt mengetahui apa yang dikerjakan oleh manusia. Allah swt mencatat amal perbuatan mereka dalam suatu kitab untuk memberikan balasan kepada manusia. Jika amal itu baik, niscaya akan dibalas dengan kebaikan. Jika amal itu buruk, Allah swt juga akan membalasnya dengan keburukan.

“Maka karena itu, rasakanlah ! maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain adzab.” Dikatakan kepada penghuni neraka, “Rasakanlah oleh kalian apa yang kalian dapatkan di dalamnya. Sesungguhnya Allah swt tidak akan menambah bagi mereka kecuali adzab yang sejenis atau bentuk yang serupa itu.” Menurut Qatadah, tidak ada ayat al-Qur’an yang lebih keras dari ayat ini karena adzab mereka di dalam neraka akan selalu bertambah.

“Dan mereka memohon diberi kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang Berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada Jahannam dan Dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnnya air nanah itu dan hampir Dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi Dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat.” (Ibrahim: 15-17)

“Dan mereka memohon diberi kemenangan”: menurut Ibnu Abbas dan Qatadah berarti para Rasul memohon kemenangan dan perlindungan kepada Allah swt atas kaum mereka.

“Dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala.” Sewenang-wenang terhadap diri mereka sendiri dan menentang kebenaran, sebagaimana firman Allah swt dalam surah Qaaf: 24-25:
“[Allah berfirman]: ‘Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka jahanam, semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas dan bersikap ragu-ragu.”

Diriwayatkan bahwa ada hadits yang menyebutkan: “Sesungguhnya pada hari kiamat akan didatangkan neraka. maka setiap makhuk saling memanggil. Kemudian kamu [neraka] mengatakan, ‘Aku diwakilkan bagi segenap orang yang berbuat sewenang-wenang dan menentang [kebenaran].’”

Di hadapan [wara’] berarti depan sebagaimana firman Allah yang artinya: “…. karena di hadapan mereka ada seorang raja yang menumpas setiap perahu.” (al-Kahfi: 79)

Menurut Ibnu Abbas, ayat ini maknanya adalah di belakang orang-orang yang berbuat sewenang-wenang lagi menentang kebenaran itu ada neraka jahanam. Neraka yang mempunyai tempat pengintai itulah tempat tinggal mereka pada hari kiamat kelak. Neraka itu diperlihatkan kepada mereka, setiap pagi dan sore hingga hari yang ditentukan.

“Dan dia akan diberi minuman dengan air nanah; di dalam neraka itu tidak akan mendapatkan minuman, kecuali hamim dan ghassaaq, sebagaimana yang akan diterangkan.

Menurut Mujahid, kata “shadid” pada ayat tersebut adalah nanah yang bercampur darah. Sedangkan menurut Qatadah “shadid” adalah apa yang mengalir dari daging dan kulitnya. Dalam sebuah riwayat dari Qatadah disebutkan juga bahwa “shadid” adalah sesuatu yang keluar dari dalam perut orang kafir yang telah bercampur dengan darah dan nanah. Dalam hadits dari Sahr bin Hausyah dari Asma binti Yazid bin As-Sakan mengatakan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw., “Apakah itu thinatul khabal ?” Beliau menjawab, “Nanah penghuni neraka.” Dalam riwayat lain juga disebutkan, “Ampas penghuni neraka.”

“Dia akan diberi minuman dengan air nanah”: menyebabkan tercekat di kerongkongan atua meminumnya seteguk demi seteguk. Jika tidak, ia akan dipukul oleh malaikat penjaga neraka dengan palu dari besi, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hajj ayat 21, “….dan bagi mereka palu dari besi…”

“Dia hampir tidak bisa menelannya”: ia tidak bisa menelan karena jeleknya minuman itu, begitu pula dengan warna, bau, panas atau dinginnya yang sangat.

“Dan datanglah [bahaya] maut kepadanya dari segala penjuru”: seluruh tubuh orang kafir merasa sakit, baik tulang, urat saraf maupun keringat. Ikrimah juga menambahkan hingga ujung rambutnya.

Menurut Ibnu Abbas, jenis azab yang diberikan Allah swt pada hari kiamat di neraka akan mengakibatkan kematian, tetapi penghuni neraka tidak dapat mati karena Allah swt. telah berfirman dalam QS Fathir: 36: “Mereka tidak dibinasakan [sehingga mereka mati] dan tidak [pula] diringankan dari mereka azabnya…”

Makna dari penafsiran Ibnu Abbas tersebut bahwa segala bentuk azab di neraka yang diberikan Allah swt itu telah dikehendaki agar tidak mematikan orang yang diazabnya. Hal ini dimaksudkan agar kekal menerima azab. Oleh karena itu dalam ayat berikutnya disebutkan: “Dan datanglah [bahaya] maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati.”

“Dan di hadapannya [masih ada azab yang berat”: setelah keadaan mereka demikian, akan ada azab lain lagi yang lebih berat, yang menyakitkan urat syaraf. Dan itulah sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surat ash-Shaffat: 66-68: “

“Maka Sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, Maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah Makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian Sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.”

Ayat ini memberitahukan kepada kita bahwa terkadang penghuni neraka itu memakan buah zaqqum, terkadang minum air yang sangat panas [hamim], dan terkadang pula dikembalikan ke neraka jahim. Begitulah Allah juga berfirman dalam surat ad-Dukhan: 43-46:

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang Amat panas.”

“Inilah (azab neraka), Biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam.” (QS Shaad: 57-58)

Masih banyak lagi ayat lain yang menerangkan bermacam-macam azab bagi orang-orang kafir, baik bentuk maupun jenisnya. Tidak dapat menghitungnya kecuali Allah. Dan itulah balasan setimpal bagi mereka. sesungguhnya Allah itu tidak berbuat dhalim kepada hamba-Nya.

Dalam kitab at-Takhwif min an-Naar, karya Rajab al-Hanbali disebutkan tentang perincian jenis minuman penghuni neraka, yang dibagi menjadi empat macam, setelah menyebutkan ayat-ayat yang menerangkan minuman penghuni neraka.

“Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.” (al-Waaqi’ah: 54)

“dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS Muhammad: 15)

“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah,” (an-Naba’: 24-25)

“Inilah (azab neraka), Biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam.” (Shaad: 57-58)

“di hadapannya ada Jahannam dan Dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnnya air nanah itu dan hampir Dia tidak bisa menelannya …” (QS Ibrahim: 16-17)

“… dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (al-Kahfi: 29)

“diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.” (al-Ghasyiyah: 5)

2. HAMIM

Abdullah bin Isa al-Kharraz berkata dari Daud dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, “Hamim adalah panas yang membakar.” Sedangkan menurut Hasan dan as-Suddi, adalah panas yang panasnya mencapai panas yang paling puncak. Adapun menurut pendapat Juwaibir dari adh-Dhahhak adalah air yang mendidih, sejak penciptaan langit dan bumi hingga air itu disiramkan kepada orang-orang kafir, yang dituangkan ke atas kepala mereka. dan menurut Ibnu Wahab dari Ibnu Zaid adalah air mata penghuni neraka yang dikumpulkan dalam kolam mereka, lalu disiramkan kepada orang-orang kafir, sebagaimana disebutkan dalam surat ar-Rahman: 44: “Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih.”

Muhammad bin Ka’ab berkata: “hamiiman, berarti air yang yang panas yang ada sekarang.” Pendapat ini ditentang oleh jumhur ulama karena menurut mereka yang dimaksud dengan hamiiman adalah air panas yang panasnya mencapai puncak.

Adapun menurut Syubaib dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan hamiiman adalah air mendidih dan derajat didihnya telah mencapai titik didih yang paling panas.

Sa’id bin Basyir juga berpendapat dari Qatadah bahwa hamiiman adalah air yang masaknya paling matang, sejak penciptaan langit dan bumi, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ghasyiyah: 5, “Diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.”

Menurut Mujahid adalah air yang panasnya paling puncak, sedangkan meminumnya mengakibatkan kebinasaan.

Hasan berkata: “Jika orang Arab mengatakan sesuatu itu habis panasnya, berarti tidak ada lagi yang lebih panas darinya. Jadi maksud dari hamiiman adalah air yang paling panas, sebagaimana dalam ayat: “Diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.”
Ia menambahkan bahwa Allah swt. telah menyalakan neraka jahanam sejak diciptakannya, sedangkan panas apinya merupakan panas yang paling puncak dan orang-orang kafir akan didorong ke dalamnya dengan cakar-cakar besi.

2. GHASSAAQ

Menurut Ibnu Abbas, ghassaaq adalah sesutu yang mengalir di antara kulit dan daging orang-orang kafir. Ia menambahkan, ghassaaq juga berarti angin yang sangat dingin, tetapi dapat membakar.

Abdullah bin Amr ra. berkata, “Ghassaaq adalah nanah yang kental. Jika setetes saja dituangkan di barat, tentu penduduk timur akan mencium bau busuknya. Jika dituangkan di timur, pasti penduduk di barat akan mencium bau busuknya.”

Menurut Mujahid, ghassaaq adalah sesutu yang tidak bisa dirasakan karena sifatnya yang sangat dingin. Adapun menurut Athiyah, ghassaaq adalah apa yang tertumpah pada kulit orang-orang kafir atau yang mengalir dari kulit mereka.

Ka’ab berpendapat bahwa ghassaaq adalah sumber air yang mengalir kepadanya setiap sumber air panas yang di dalamnya terdapat ular dan kalajengking. Lalu ia berendam di dalamnya, kemudian diberi sifat kemanusiaan. Kemudian ia menyelah di dalamnya, lalu keluar, sedangkan kulit dan dagingnya telah terlepas dari tulangnya. Dengan demikian, kulit dan dagingnya bergantung pada mata kaki dan tumit, sebagaimana seseorang yang melepas bajunya.

Adapun menurut as-Suddi, ghassaaq adalah yang mengalir dari mata dan air mata orang-orang kafir, yang dituangkan bersama hamiim [air yang sangat panas].

Diraj meriwayatkan dari Abu al-Haitsam dari Abu Sa’ad bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika satu ember ghassaaq [nanah] ditumpahkan di dunia, niscaya penduduk dunia akan menjadi bangkai [busuk].” (HR Ahmad, Turmudzi, dan Hakim)

Bilal bin Sa’ad berkata: “Jika satu ember ghassaaq diletakkan dibumi, niscaya akan mati siapa saja yang ada di atasnya.” Ia juga menambahkan, “Jika setetes dari ghassaaq itu tumpah di bumi, niscaya akan menjadi bangkai [busuk] siapa saja yang ada di atasnya.” (HR Abu Nu’aim)

Ibnu Abbas dan Mujahid menerangkan bahwa yang dimaksud ghassaaq dalam riwayat Bilal tersebut adalah air yang sangat dingin. Sedangkan yang menunjukkan terhadap pengertian ini adalah firman Allah:

“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah,” (an-Naba’: 24-25)

Dalam ayat ini ada istisna’ [pengecualian] dari kesejukan, yaitu ghassaaq dan istisna’ dari minuman, yaitu hamiim.

Dikatakan pula bahwa ghassaaq adalah yang dingin dan berbau busuk. Kata ini bukan dari bahasa Arab, tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu dari ghasaqa-yaghsiqu, dan ghasiq berarti malam. Lalu dinamakan ghasiqan karena dinginnya.

3. SHADIID

Menurut Mujahid, shadiid adalah nanah dan darah. Sedangkan menurut Qatadah, shadiid adalah sesuatu yang mengalir di antara daging dan kulit orang kafir. Lalu ia berkata, “Apakah dengan azab ini kalian mempunyai dua tangan ataukah kalian dapat bersabar atau menahan azab ini ?” sesungguhnya taat kepada Allah swt itu lebih mudah bagi kalian. Maka taatilah Allah swt dan Rasul-Nya.”

Imam Ahmad dan Turmudzi menerangkan maksud hadits dari Abi Umamah tentang ayat “Dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diteguk-teguknya [air nanah itu]”, yaitu didekatkan ke mulutnya [orang kafir] tetapi mereka tidak suka. Jika telah dekat dengannya, wajahnya menjadi hangus dan kepalanya menunduk. Apabila diminum, ia akan memutuskan ususnya sehingga keluar dari duburnya.

Abu Yahya al-Qatar meriwayatkan dari Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa mereka merupakan lembah dari nanah, yang kemudian dituangkan ke dalam mulut orang kafir atau menciduknya dengan gayung.

Jabir meriwayatkan dalam shahih Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah berjanji, barangsiapa yang minum minuman memabukkan, niscaya Allah akan memberinya minuman dari tinah al-khabal.” Para shahabat bertanya, “Ya Rasulallah, apa itu thinal al-khabal ?” Beliau menjawab, “Keringat penghuni neraka atau ampas penghuni neraka.”

Dalam kitab shahih Imam Ahmad, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban juga meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dari Rasulullah saw. tentang hadits yang sama dengan hadits di atas. Dalam sebagian riwayat juga disebutkan, “Dari sumber air al-khabal.”

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dari Abdullah bin Amr ra. tentang hadits yang sama disebutkan, “Dari sungai al-khabal.” Dikatakan pula, “Ya Abdurrahman, apa itu sungai al-khabal?” Beliau menjawab, “Sungai dari nanah penghuni neraka.” disebutkan bahwa hadits ini hasan.

Masih dalam hadits yang serupa, Abu Daud juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Dari thinah al-khabal.” Dikatakan, “Ya Rasulallah, apa itu thinah al-khabal?” Beliau menjawab, “Nanah penghuni neraka.”

Dalam riwayat yang sama disebutkan, “Sesuatu yang keluar dari angin yang berbau busuk milik penghuni neraka dan nanahnya.” Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Abu Dzar dari Asma Yazid dengan makna yang sama.

Dalam kitab shahih Imam Ahmad dan Ibnu Hibban juga meriwayatkan hadits dari Abu Musa bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang meninggal, sedangkan ia peminum khamr, niscaya Allah akan memberinya minum dari sungai ghuthah.” Dikatakan kepada beliau, “Apa itu ghuthah?” Beliau menjawab, “Sungai yang mengalir dari kemaluan perempuan pezina, yang bau busuknya mengazab penghuni neraka.”

Dalam hadits Amr bin Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya, dari Rasulullah saw. juga disebutkan tentang orang-orang yang sombong, “Mereka diberi minuman dari ampas penghuni neraka, yaitu thinah al-khabal.”

4. MUHL

Imam Ahmad dan Turmudzi meriwayatkan hadits Darij dari Abu al-Haitsam dan Abu Sa’id yang menafsirkan tentang muhl, “Seperti mendidihnya minyak. Jika didekatkan ke wajahnya [penghuni neraka], niscaya bagian pangkal kepalanya akan jatuh ke dalamnya.”

‘Athiyah mengatakan bahwa Ibnu Abbas ditanya tentang pengertian muhl, lalu ia menjawab, “Endapan minyak.”

Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Hitam seperti endapan minyak.” Sa’id bin Jubair dan yang lain juga berpendapat sama.

Adh-Dhahhak mengatakan bahwa Ibnu Mas’ud melelehkan tembaga dari baitul mal, lalu membawanya ke orang-orang yang ada di masjid seraya berkata, “Barangsiapa yang hendak mengetahui muhl, hendaknya melihat kemari.”

Menurut Mujahid, muhl adalah nanah dan darah, hitam seperti minyak yang mendidih.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seandainya barat dijadikan dari hamim neraka, lalu di tengahnya dijadikan bumi, niscaya bau busuk dan panasnya akan menyiksa dan menyakiti yang ada di antara barat dan timur.” (HR Thabrani)

Dalam Mau’idhah al-Auza’i disebutkan bahwa Jibril berkata kepada Nabi Muhammad saw, “Seandainya sebagian dari minuman neraka itu dituangkan pada air di bumi, niscaya rasanya akan membunuh [penduduk bumi].”

&

Do’a untuk orang yang memberi minum

2 Jan

Kumpulan Doa dalam Al-Qur’an dan Hadits;
Said bin Ali Al-Qahthani

doa untuk orang yang memberi minuman

Minuman Ahli Surga

17 Feb

Minuman Ahli Surga
Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Makanan dan minuman adalah dua hal yang menjadi suatu keharusan. Keduanya termasuk diantara kenikmatan surga, sebagaimana makan dan minum termasuk salah satu kesenangan dan kenikmatan dunia. Oleh karena itu, Allah swt berkenan memberi bermacam-macam jenis makanan dan minuman kepada ahli surga, sesuatu yang tidak pernah mereka ketahui atau dengar sebelumnya. Hal itu patut dimaklumi sebab surga adalah alam yang selain alam kehidupan dunia ini.

Bermacam-macam minuman yang lezat dan enak akan disuguhkan oleh anak-anak kecil di surga, mereka akan berkeliling di antara orang-orang mukmin di surga. Di sana terdapat jenis minuman spesial dengan rasa yang enak dan diberi misik untuk menambah kelezatannya.

Di dalam al-Qur’an banyak firman Allah yang menyatakan tentang minuman ahli surga, sebagaimana dijelaskan tentang wadah, gelas, dan cawannya. Ini adalah keutamaan yang agung dari Allah swt karena telah menjelaskan kepada kita sebagian dari kemuliaan dan keutamaan Allah serta apa yang telah dijanjikan kepada para hamba-Nya yang beriman, yaitu orang-orang yang akan masuk surga yang bagi mereka rumah yang kekal dan abadi.

Allah swt berfirman yang artinya:
“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,” (al-Waaqi’ah: 17-19)

Di surga terdapat anak-anak surga yang mengelilingi orang-orang mukmin dengan membawa gelas, cerek, serta minuman, dengan keindahan dan kelezatannya, yang di antaranya adalah minuman khamr [khamr surga], sebagaimana difirmankan Allah swt, “Mereka tidak pening karenanya dan tidak mabuk,” artinya mereka tidak pernah merasakan pusing karena meminumnya atau menyebabkan hilang ingatan, sebagaimana yang terjadi kalau meminum khamr di dunia.

Firman Allah yang artinya:
“Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.” (al-Insaan: 17-18)

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.” (al-Insaan: 5-6)

“Mereka memakai pakaian sutera Halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih [dan suci].” (al-Insaan: 21)

“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). dan Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu.” (Shaad: 49-51)

Arti kata “mizaajuHaa zanjabiilaa” dalam surah al-Insan ayat 17 adalah minuman yang bisa dicampur dan ditaruh dalam gelas, seperti jahe, dengan kualitas yang sangat bagus.

mizaajuHaa kafuuraa; adalah minuman yang bisa dicampur dan ditaruh dalam gelas dicampur dengan air kafur [nama suatu mata air di surga yang airnya putih dan baunya sedap serta enak sekali rasanya], dengan kualitas yang bagus.

Syaraaban thaHuuraa; adalah minuman yang disuguhkan, yang tidak cacat atau kotor sedikitpun, bahkan minuman tersebut adalah suci.

BifaakiHatin katsiiratiw wa syaraab; adalah minuman yang disuguhkan dalam berbagai macam warna dan jenis minuman.

Di surga, Allah telah mengalirkan sungai yang bermacam-macam, baik jenis maupun karakteristik yang bermacam-macam. Di sana juga terdapat minuman untuk ahli surga yang dapat diminum setiap saat tidak terputus-putus, sebagaimana tidak terputusnya aliran sungai tersebut selamanya.

Firman Allah swt yang artinya:
“(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (Muhammad: 15)

Para ahli tafsir mengatakan tentang ayat ini bahwa Allah swt menyatakan tentang sungai-sungai itu. Allah swt juga mengalirkan sungai berupa minuman untuk ahli surga, perhiasan dan pemandangan yang menggiurkan. Sungai-sungai tersebut mengalir dengan berbagai macam warna minuman dan perhiasan terus-menerus, di sekitar dan di bawah istana mereka serta taman-taman mereka. mereka akan memperolehnya tanpa harus capai atau bersusah payah.

“Di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau.” Artinya di surga terdapat sungai-sungai yang mengalir dengan air yang baunya tidak pernah berubah. Ibnu Mas’ud ra. mengatakan bahwa sungai-sungai di surga memancar dari sebuah gunung yang terdiri atas parfum misik.

“Dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya.” Artinya sungai-sungai yang mengalir, yang terdiri atas susu yang warnanya sangat putih manis dan benar-benar full cream, tidak akan basi dan juga tidak akan rusak, berbeda dengan susu yang ada di dunia, serta tidak pernah keluar dari susu binatang ternak.

“Dan sungai-sungai madu yang murni.” Artinya sungai-sungai yang mengalir terdiri atas madu dan kualitas yang benar-benar murni, berwarna, dan beraroma baik, serta tidak keluar dari perut lebah. Abu as-Su’ud mengatakan tentang firman Allah, “Asalin mushaffaa”, yang berarti madu yang tidak bercampur dengan sarang lebah atau hal-hal lain yang berkaitan dengan lebah. Semuanya mengalir dan tangan orang-orang mukmin mudah meraihnya kapan saja mereka inginkan, bukan hanya satu, dua, seribu atau sepuluh juta kali. Sungguh tidak terbatas, tidak terputus, tidak akan berkurang, tidak akan tertutup, tidak berubah dan tidak terlarang. Hal itu akan berlaku terus-menerus selamanya, dari Allah Dzat Yang Maha Penyayang serta Mahamulia.

&

Makanan & Minuman

21 Nov

·  Minuman

  • Minuman yang diharamkan
    • Hukum minum arak
      • Diharamkannya arak dan tahap-tahap pengharamannya: 2:219, 4:43, 5:90, 5:91, 16:67

·  Makanan

  • Macam-macam makanan
    • Makanan yang halal
      • Semua yang baik asalnya halal: 2:57, 2:168, 2:172, 5:1, 5:4, 5:5, 5:88, 6:141, 6:142, 6:143, 6:144, 6:145, 7:157, 7:160, 16:72, 16:114, 17:70, 22:30, 23:51
      • Pengharaman yang dihalalkan Allah: 3:93, 5:87, 5:103, 6:138, 6:139, 6:140, 6:143, 6:144, 7:32, 10:59, 16:35, 16:116, 66:1
      • Hukum makan kuda: 16:8
      • Hukum makan bangkai binatang laut: 5:96, 16:14, 35:12
      • Hukum makan ikan: 5:96, 16:14, 35:12
      • Hukum makan makanan Ahli Kitab: 5:5
    • Makanan yang diharamkan
      • Pengharaman memakan darah: 2:173, 5:3, 6:145, 7:133, 16:115
      • Pengharaman segala yang kotor: 2:173, 2:219, 7:157
      • Hukum bangkai
        • Hukum makan bangkai: 2:173, 5:3, 6:145, 16:115
      • Hukum makan daging babi: 2:173, 5:3, 6:145, 16:115
      • Rukhshah (dispensasi) makan barang haram karena terpaksa: 2:173, 5:3, 6:119, 6:145, 16:115
  • Etika pada makanan
    • Larangan berlebih-lebihan: 6:141, 7:31, 90:6
  • Undangan makan
    • Berkumpul untuk makan: 24:61
    • Hak orang lain pada makanan
      • Hak orang lapar pada makanan: 68:24, 90:14
      • Hak orang miskin pada makanan: 74:44, 76:8, 89:18, 90:16
    • Mengutamakan sebagian makanan dari makanan lain: 13:4, 18:19
    • Berjalan setelah makan: 33:53
    • Bercakap-cakap dengan tamu: 33:53
  • Penyembelihan
    • Cara-cara menyembelih
      • Membaca bismillah sebelum menyembelih: 16:115, 22:34, 22:36
      • Cara meletakkan binatang ketika disembelih: 22:36
      • Cara menyembelih binatang yang jatuh dan yang lari: 5:3
    • Syarat makan binatang sembelihan
      • Menyebut nama Allah ketika menyembelih: 5:3, 6:118, 6:119, 6:121, 22:34, 22:36
      • Menyembelih dan menyebut nama selain Allah: 2:173, 5:3, 6:121, 6:138, 6:145, 16:115
      • Pengharaman sembelihan karena selain Allah: 2:173, 5:3, 6:145, 16:115
  • Berburu
    • Disyariatkannya berburu: 5:4, 5:96
    • Perlengkapan berburu
      • Berburu dengan cara melempar: 5:3
      • Berburu dengan panah: 5:94
      • Berburu dengan anjing
        • Hukum hewan buruan yang dimakan anjing: 5:3
        • Anjing pemburu: 5:4
    • Hukum yang bersangkutan dengan berburu
      • Yang dimakan binatang buas haram kecuali setelah disembelih: 5:3
      • Membaca bismillah ketika berburu: 5:4
      • Hukum berburu pada saat ihram: 5:1, 5:2, 5:94, 5:95, 5:96
      • Kafarat berburu pada saat ihram: 5:95