Makanan Ahli Surga
Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy
Makanan pertama yang dihidangkan Allah sebagai penghormatan untuk ahli surga adalah menu hati ikan laut, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Hamparan bumi di hari kiamat laksana sepotong roti yang digenggam sendiri oleh Allah swt. seperti kalian memegang roti saat perjalanan. Allah melakukannya karena perhatian-Nya kepada ahli surga.” Lalu seorang Yahudi datang dengan berkata, “Semoga keberkahan Allah akan senantiasa kepadamu, wahai Abul Qasim [julukan Muhammad saw.).” “Bukankah telah aku katakan tentang penghormatan terhadap ahli surga pada hari kiamat?” Si Yahudi berkata, “Ya, sudah.” Abu Said al-Khudri berkata, “Bumi menjadi seperti sepotong roti, sebagaimana sabda Rasulullah saw. kepada kami.” Rasulullah saw. memandangi kami, kemudian tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Kemudian beliau bersabda, “Bukankah telah aku katakan tentang idam [lauk] mereka, yaitu dengan kata Lam dan Nun.” Para shahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulallah?” Rasulullah saw. menjawab, “Daging sapi dan ikan, yang keduanya dimakan sebagai tambahan hati, sebanyak 70.000.” (HR Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi menjelaskan seputar penjelasan hadits di atas. Menurutnya, “Lafal nuzul [penghormatan] itu adalah seperti yang biasa disuguhkan kepada tamu di saat mereka datang dan Allah swt menyediakan hidangan tersebut dengan tangan [kekuasaan]-Nya.” maksudnya, mengalihkan dari tangan yang menjulurkan pada tangan yang akan menerima sehingga kedua tangan dapat bertemu karena tidak terbentang seperti halnya hamparan kertas atau sejenisnya. Maksud dari hadits tersebut bahwa Allah swt. menciptakan bumi ibarat roti yang besar, dan itu yang akan menjadi makanan ahli surga. Maksud dari kata “nun” adalah ikan, sedangkan “lam” adalah kata perumpamaan yang berarti daging sapi. Sedangkan, yang dimaksud “tambahan hati ikan” adalah sepotong tersendiri yang berhubungan dengan hati, yang diambil dari yang terbaik.
Diriwayatkan dari Tsauban bahwa ada seorang Yahudi bertanya kepada Rasulullah saw. “Apa saja penghormatan pertama yang diberikan Allah kepada ahli surga?” Rasulullah saw. menjawab, “Hidangan hati ikan.” Orang Yahudi bertanya lagi, “Lalu, apa makan siangnya?” Rasulullah menjawab, “Seekor sapi surga akan disembelih untuk mereka, yang akan dimakan dari ujungnya.” Orang Yahudi itu bertanya lagi, “Lalu apa minumannya?” Rasulullah saw. menjawab, “Sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila.” Orang Yahudi itu berkata, “Anda benar.” (HR Muslim)
Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Abdullah bin Salam menyampaikan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah saw. ketika pertama kali datang ke Madinah. Antara lain ia bertanya, “Apa yang pertama kali dimakan ahli surga?” Rasulullah saw. menjawab, “Hidangan hati ikan.” (HR Bukhari)
Betapa pun manusia bisa memberikan suatu karakteristik tentang makanan ahli surga, serperti hendak menyampaikan tentang madzaqah [rasa], boleh jadi coretan pena tidak mampu membahasnya. Madzaq adalah pewarnaan atau pemberian bumbu oleh Allah swt. sebagaimana kita bisa mewarnai atau memberi bumbu makanan kita di dunia. Kadar selera mereka di surga akan seimbang dengan status penghormatan yang abadi, yang diberikan kepada mereka oleh Allah swt yang abadi. sedangkan, makanan yang dihidangkan juga merupakan makanan yang beraroma rasa yang membuat jiwa dan penciuman mereka bahagia. Makanan tersebut dihidangkan pada bejana-bejana yang keindahannya tidak dapat dibahasakan, yang terbuat dari emas murni dan perak murni.
Allah berfirman yang artinya:
“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”. (az-Zukhruf: 71)
Ayat ini sangat mulia, bahkan bisa dikatakan termasuk ayat-ayat mulia. Pada ayat tersebut memuat keterangan tentang keutamaan Allah swt, kemuliaan, dan nikmat-Nya terhadap orang-orang mumin di surga.
Yuthaafu ‘alaiHim bi shihaafin; istilah shihaaf hanya untuk makanan yang disajikan seperti yang telah dibicarakan oleh Allah swt. tentang hal tersebut dengan kata-kata “wa fiiHaa” (dan di dalamnya). Maksudnya, di piring-piring yang berisi makanan-makanan tersebut terdapat segala apa yang mengundang selera dan sedap [dipandang] mata.
Artinya, ini menunjukkan kemuliaan hidangan yang dibuat sebagai penghormatan kepada orang-orang mukmin di surga Allah swt. Ini benar-benar menjadi petunjuk yang sangat jelas akan adanya bermacam-macam makanan.
“Wa fiiHaa maa tasy-taHiiHil anfus.” Maksudnya segala yang menjadi keinginan orang-orang mukmin, dari berbagai macam makanan akan dihidangkan kepadanya, yang akan dibawa oleh barisan anak-anak, yang rupa mereka seolah seperti mutiara yang tersimpan dengan baik, indah dalam keindahan, hebat dalam kehebatan, baik dalam kebaikan, lezat dalam kelezatan yang tidak henti dan tidak tercegah. Tidak seorang pun yang tidak bisa makan manakala ia menginginkannya.
Ibnu Katsir menjelaskan maksud firman Allah swt. pada surah az-Zukhruf: 71 adalah sebagai berikut:
Yuthaafu ‘alaiHim bi shihaafim min dzaHabin; maksudnya adalah piring-piring, wadah makanan. Wa fiiHaa maa tasy-taHiiHil anfus; sebagian ulama ahli Qiraat membacanya dengan tasy-taHil anfus. Wa taladzdzul a’yun; berarti makanan yang baik, beraroma, serta sedap dipandang mata.
Ibnu Katsir mengatakan, diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ahli surga yang paling rendah pangkatnya dan paling rendah pula posisinya bagi seseorang, yang setelah itu tidak ada lagi orang yang msuk surga, akan dilonggarkan pandangannya sejauh perjalanan 100 tahun dalam sebuah istana yang terbuat dari emas serta tenda dan mutiara. Di sana tidak akan ditemukan sejengkal tempat pun, kecuali kesejahteraan, diberi makan, serta bersenang-senang bersama 70.000 lapis emas dimana tidak satu lapis pun terdapat warna yang tidak ada duanya. Dari awal hingga akhir kesenangannya tidak akan mengalami perubahan, akan selalu sama. Kalau saja seluruh penduduk bumi turun ke tempat tersebut, niscaya tempat tersebut masih cukup dan tidak berkurang sedikitpun dari apa yang telah dianugerahkan Allah swt.”
Firman Allah yang artinya: “Dan daging burung apa pun yang mereka inginkan.” (Al-Waaqi’ah: 21)
Yang dimaksud disini burung-burung yang jenisnya sangat banyak, enak rasanya, dan lezat dagingnya. Tidak seorang pun tahu seperti apa burung-burung surga itu, baik warna, bentuk, maupun rasanya kecuali Allah swt. Seperti itulah yang akan disuguhkan Allah swt di atas piring yang terbuat dari emas, yang dikelilingi oleh anak-anak yang tinggal di surga. Itulah makanan yang mengundang selera dan sedap dipandang mata.
Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa daging burung tersebut adalah yang mereka senangi dan mengundang selera. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ketika di hati ahli surga terbersit keinginan menyantap daging burung, burung yang diinginkan tersebut berbang dan hinggap di depannya sesuai dengan apa yang diinginkan, baik direbus maupun dibakar, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits, “Engkau akan melihat burung di surga, lalu ia akan tunduk hinggap dalam keadaan matang terbakar.” (HR Ibnu Hatim)
Firman Allah yang artinya: “Dan Kami berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (ath-Thuur: 22)
Kata “lahm” (daging) yang terdapat dalam ayat tersebut merupakan kata umum dan tidak tertentu pada suatu macam atau nama. Kata tersebut meliputi semua jenis daging yang dijanjikan Allah swt kepada orang-orang mukmin di surga.
Sesungguhnya sebagian dari nikmat terbesar itu adalah ketika Allah swt memanggil kita di surga dan berkenan untuk berbicara dengan kita, dengan firman: “[kepada mereka dikatakan] ‘Makan dan minumlah dengan rasa nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.’” (ath-Thuur: 19)
Yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah makan dan minumlah apa saja yang kalian haramkan atau diharamkan pada diri kalian dari berbagai macam makanan dan minuman. Inilah surga-Ku, makanlah apa saja yang kamu sukai dan mintalah apa saja yang kamu mau. Aku telah mengharamkan kepada kalian sebentar saja saat di dunia. Sekarang kalian berada dalam keabadian. Di surga ini kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan dan kalian akan kekal dan abadi.
&