Tag Archives: pergerakan

Khilafah Ustman Bin Affan

22 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Pada tahun pertama dari Khilafah Ustman, yaitu tahun 24 Hijri negeri Rayyi berhasil ditaklukan. Sebelumnya, negeri ini pernah ditaklukan tetapi kemudian dibatalkan. Pada tahuny ang sama berjangkit wabah demam berdarah yang menimpa banyak orang. Khalifah Ustman sendiri terkena sehingga beliau tidka dapat menunaikan ibadah Haji. Pada tahun ini Ustman mengangkat SA‘ad bin Abi Waqash menjadi gurbernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu‘bah.

Di tahun 35 Hijri Ustman memecat Sa‘ad bin Abi Waqash dari jabatannya gurbernur sebagai gantinya diangkatlah Walid bin Uqbah bin Abi Mu‘ith seorang sahabi dan saudara seibu dengan Ustman. Inilah sebab pertama dituduhnya Ustman melakukan nepotisme.
Pada tahun 26 Hijri, Ustman melakukan perluasan Masjidil Haram dengan membeli sejumlah tempat dari para pemiliknya lalu disatukan dengan masjid. Pada tahun 27 Hijri Mu‘awwiyah melancarkan serangan ke Qubrus (Siprus) dengan membawa pasukannya menyeberangi lautan. Diantara pasukan ini terdapat Ubadah bin Shamit dan istrinya, Ummu Haram binti Milham al Anshariyah. Dalam perjalanan Ummu Haram jatuh dari kendaraannya kemudian syahid dan dikuburkan disana. Nabi saw pernah memberitahukan kepada Ummu haram tentang pasukan ini seraya berdo‘a agar Ummu Haram menjadi salah seorang dari anggota pasukan ini.
Pada tahun ini Ustman menurunkan Amru bin Al Ash dari jabatan Gurbernur Mesir dan sebagai gantinya diangkat Abdullah bin Sa‘Ad bin Abi Sarh. Kemudian dia menyyerbut Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula Andalusia berhasil ditaklukan.

Tahun ke 29 Hijri negeri-negeri lain berhasil ditaklukan. Pada tahun ini Ustman memperluas Masjidil Madinah Munawarrah dan membangunnya dengna batu-batu berukir. Ia membuat tiangnya dari batu dan atapnya dari kayu (tatal). Panjangnya 160 depa dan luasnya 150 depa.

Negeri-negeri Khurasan ditaklukan pada tahun 30 Hijri sehingga banyak terkumpul kharaj (infaq penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru. Allah memberikan karunia ynag melinpah dari semua negeri kepada kaum Muslimin.

Pada tahun 32 Hijri Abbas bin Abdul Muthalib, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Mas‘Ud dan Abu Darda wafat. Orang-orang yang pernah menjabat sebagai Hakim negeri Syam sampai saat itu ialah Mu‘awwiyah, Abu Dzarr bin Jundab bin Junadah al Ghiffari dan Zaid bin Abdullah ra. Pda tahun ke 33 Hijri Abdullah bin Mas‘ud bin Abi Sarh menyerbu Habasyah.

Seperti diketahui, Ustman ra mengangkat para kerabatnya dari Banu Umaiyah menduduki berbagai jabatan. Kebijaksanaan ini mengakibatkan dipecatnya sejumlah sahabat dari berbagai jabatan mereka dan digantikan oleh orang-orang ynag diutamakan dari kerabatnya. Kebijksanaan ini mengakibatkan rasa tidak senang orang banyak terhadap ustman. Hal inilah yang dijadikan pemicu dan sandaran utama oleh orang Yahudi Abdullah bin Saba‘ dan teman-temannya untuk membangkitkan fitnah.

Ibnu Katsir meriwayatkan. Penduduk Kufah umumnya melakukan pemberontakan dan konspirasi terhadap Sa‘id bin Al Ash, Amir Kufah. Kemudian mereka mengirimkan utusan kepada Ustman guna menggugat kebijaksanananya dan alasan pemecatan sejumlah besar para sahbat yang kemudian digantikan oleh sejumlah orang dari Banu Umaiyah. Dalam pertemuan ini, utusan tersebut berbicara kepada Ustman dengan bahasa ynag kasar sekali sehingga membuat dada Ustman sesak. Beliau lalu memanggil semua Amir pasukan untuk diminta pendapatnya.

Maka berkumpullah di dahapannya Mu‘awwiyah bin Abu Sofyan Amir negeri Syam, Amer bin al Ash Amir negeri Mesir, Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Sarh Amir negeri Maghribi, Sa‘ad bin al Ash amer negeri Kufah dan Abdullah bin Amir amer negeri Basra.

Kepada mereka Ustman meminta pandangan mengenai peristiwa yang terjadi dan perpecahan yang muncul. Kemudian masing-masing dari mereka mengemukakan pendapat dan pandangannya. Setelah mendengar berbagai pandangan dan mendiskusikannya, akhirna Ustman memutuskan untuk tidak melakukan penggantian para gurbernur dan pembantunya. Kepada masing-masing mereka, Ustman memerintahkan agar menjinakan hati para pemberontak dan pembangkang tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan.

Setelah peristiwa ini, Di Mesir muncul satu kelompok dari anak-anak para sahabat. Mereka menggerakkan massa untuk menentang Ustman dan mengguggat sebagian besar tindakannya. Kelompok ini melakukan tindakan tersebut tentu setelah Abdullah bin Saba‘ berhasil menghasut sekitar 600 orang untuk berangkt ke Madinah dengan berkedok melakukan ibadah umrah. Ttepi sebenarnya mereka bertujuan untuk menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Ustman mengutus Ali untuk menemui mereka dan berbicara kepada mereka. Kemudian Ali berangkat menemui mereka di Juhfah. Mereka ini mengaungkan Ali dengan sangat berlebihan, karena Abudllah bin Saba‘ telah berhasil mempermainakn akal pikiran mereka dengan berbagai kurafat dan penyimpangan. Tetapi setelah Ali ra membantah semua penyimpangan pemikiran yang sesat itu, mereka menyesali diri seraya berkata :“Orang inikah yang kalian jadikan seagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes Khalifah (Ustman)?“ Kemudian mereka kembali dengan membawa
kegagalan.

Ketika menghadap Ustman, Ali melaporkan kepulangan mereka dan mengusulkan agar Ustman menyampaikan pidato kepada orang banyak guna meminta ma‘af atas tindakannya mengutamakan sebagian kerabatnya dan bahwaia bertaubat dari tindakan tersebut. Usulan ini diterima oleh Ustman, kemudian Ustman berpidato di hadpaan orangbanyak pada hari Jum‘at. Dalam pidato ini diantaranya Ustman mengatakan :“Ya Allah aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu. Ya Allah , aku adlah orang yang pertama kali bertaubat dari apa yang telah aku lakukan.“

Pernyataan ini diucapkan sambil menangis sehingga membuat orang ikut menangis. Kemudian Ustman menegaskan kembali baha ia akan menghentikan kebijakan yang menyebabkan timbulkan protes tersebut. Ditegaskannya baha ia memecat Marwan dan kerabatnya.

Tetapi setelah penegasan tersebut Marwan bin Hakam menemui Ustman. Dia menghamburkan kecaman dan protes. Kemudian berkata :“Andaikan ucapanmu itu engkau ucapkan pada waktu engkau masih sangat kuat, niscaya aku adalah orang yang pertama-tama meneriman dan mendukunya, tetapi engkau mengucapkan ketika banjir bah telah mencapai puncak gunung. Demi Allah , melakukan suatu kesalahan kemudian meminta ampunan darinya adalah lebih baik darirapa taubat karena takut kepadanya. Jika suka, engkau dapat melakukan taubat tanpa menyatakan kesalahan kami.“

Kemudian Marwan memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada segerombolan orang. Ustman menunjuk Marwan berbicara kepda mereka sesukanya. Marwan lalu berbicara kepda mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki oleh Ustman. Dalam pembicaraan nya, Marwan berkata :“Kalain datang untuk merebut kerajaan dari tangan kami, Keluarlah kaian dari sisi kami, Demi Allah, jika kalian membangkang kepada kami niscaya kalian akan menghadapi kesulitan dan tidak akan menyukai akibatnya.“

Setelah mengetahui hal ini, Ali segera datang menemui Ustman dan dengan nada marah ia berkata :“Kenapa engkau meridhai Marwan sementara dia tidak menghendaki kecuali memalingkan engkau dari agama dan pikiranmu?“ Demi Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun. Demi Allah, aku melihta bahwa dia akan mendhadirkan kamu kemudian tidak akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguranku kepadamu.“

Setelah Ali keluar, Na‘ilah masuk menemui Ustman (ia telah mendengarkan apa yang diucapkan Ali kepada Ustman) kemudian berkata :“Aku harus bicara atau diam.?“ Ustman menjawab : Bicaralah!“ Na‘ilah berkata :“Aku telah mendengar ucapan Ali bahwa dia tidak akan kembali lagi kepadamu karena engkau telah mentaati Marwan dalam segala apa yang dikehendakinya.“ Ustman berkata :“Berilah pendapatmu kepadaku:“ Na‘ilah memberikan pendapatnya.“ Bertaqwalah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah Sunnah kedua sahabatmu yang terdahulu (Abu Bakar dan Umar). Sebab jika engkau mentaati orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah seseorang menemu Ali guna meminta islahnya, karena dia memiliki kekerabatan denganmu dan tidak layang ditentang.“

Kemudian Ustman mengutus seseorang kepada Ali, tetapi Ali menolak datang. Dia berkata :“Aku telah memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak akan kembali lagi.“ Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan peluang bagi tukang fitnah untuk memperbanyak kayu bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.

Awal Fitnah dan Pembunuhan Ustman.

Ustman menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan celah untukmendendamnya. Bahkan beliau lecih dicintai oleh orangorang Quraisy umumnya tinimbang Umar. Karena Umar bersikap keras terhadap mereka, sedangkan Ustman bersikap lemah lembut dan sellau menjalin hubungan dengan mereka. Tetapi masyarakat mulai berubah sikap terhadapnya, sebagaimana telah kami sebutkan. Kebijaksanaan ini dilakukan Ustman atas pertimbangan shilaturrahim yang merupakan salah satu perintah Allah. Namun kebijaksanaan ini apda akhirnya menjadi sebab pembunuhannya.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Az Zuhri, ia berkata :“Aku pernah berkata kepada Sa‘id bin Musayyab :“Ceritakanlah kepadaku tentang pembunuhan Ustman?“ Bagaimana hal ini sampai tejradi .“ Ibnul Musayyab berkata : „Ustman dibunuh secara aniaya. Pembunuhnya adalah zhalim dan pengkhianatnya adalah orang yang memerlukan ampunan.“ Kemudian Ibnul Musayyab menceritakan kepada Az Zuhri tentang sebab pembunuhannya dan bagaima hal itu dilakukan. Kami sebutkan di sini secara singkat.

Para penduduk Mesir datang mengadukan Ibnu Abi Sarh. Setelah pengaduan ini, Ustman menulis surat kepadanya yang berisikan nasehat dan peringatan terhadapnya. Tetapi Abu Sarh tidak mau menerima peringatan Ustman bahkan mengambil tindakan keras terhadpa orang yang mengadukannya.

Kemudian para tokoh sahabat, seperti Ali , Thalhah dan Aisya, mengusulkan agar Ustman memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantikannya dengan orang lain. Llau Ustman berkata kepada mereka :“Pilihlah orang yang dapat menggantikannya.“ Mereka mengusulkan Muhammad bin Abu Bakar. Kemudian Ustman menginstruksikan hal tersebut dan emngangkat secara resmi. Surat keputusan ini kemudian dibawah oleh sejumlah sahabat ke Mesir. Tetapi baru tiga hari perjalanan dari madinah , tiba-tiba merka bertemu dengan seorang pemuda hitam berkendaraan onta yang berjalan maju mundur.

Kemudian para sahabat Rasulullah itu menghentikannya seraya berkata : “Kamu ini kenapa, kamu terlihat seperti orang lari atau mencari sesuatu?“ Ia menjawab :“Saya adalah pembantu Amirul Mukminin yang diutus untuk menemui gurbernur Mesir?“ Ketika ditanya :“utusan siapa kamu ini?“ Dengan gagap dan ragu-ragu ia kadang-kadang menjawab :“Saya pembantu Amirul Mukminin“ dan kadang-kadang pula ia jawab :“Saya pembantu Marwan“. Kemudian mereka mengeluarkan sebuah surat dari barang bawannya. Di hadapan dan saksikan oleh para sahabat dari Anshar dan Muhajirin tersebut, Muhammad bin Abu Bakar membuka surat tersebut, yang ternyata isinya :“Jika Muhammad beserta si fulan dan si fulan datang kepadamu maka bunuhlah mereka dan batalkanlah suratnya. Dan tetaplah engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima keputusanku. Aku menahan orang yang akan datang kepadamu mengadukan dirimu.“

Akhirnya para sahabat itu kembali ke Madinah dengan membawa surat tersebut. Kemudian mereka mengumpulkan para tokoh sahabat dan memberitahukan ihwal surat dan kisah utusan tersebut. Peristiwa ini membuat seluruh penduduk Madinah gempar dan benci terhadap ustman. Setelah melihat ini, Ali ra segera memanggil beberapa tokoh shabat antara lain Thalhah, Zubair, Sa‘ad dan Ammar. Bersma mereka ali dengan membawa surat, pembantu, dan onta tersebut masuk menemui Ustman. Ali bertanya kepada Ustman :“Pemuda ini apakah pembantumu?“ Ustman menjawab:“Ya“. Ali bertanya lagi :“Onta ini apakah ontamu?“ Ustman menjawab :“Ya“. Ali bertanya lagi :“Apakah kamu pernah menulis surat ini?“ Ustman menjawab :“Tidak“. Kemudian Ustman bersumpah dengna nama Allah bahwa :“Aku tidak pernah menulis surat tersebut, tidak pernah memerintahkan penulisan surat dan tidak mengetahui ihwal surat tersebut.“ Ali bertanya lagi :“Stempel ini apakah stempelmu?“ Ustman menjawab :“Ya“. Ali bertanya lagi :““Bagaimana pembantumu ini bisa keluar dengan menunggang ontamu dan membawa surat yang distempel dengen stempelmu sedangkan engkau tidak mengetahuinya?“ Kemudian Ustman bersumpah dengan nama Allah :“Aku tidak pernah menulis surat ini, tidak pernah memerintahkannya, dan tidak pernah pula mengutus pembantu ini ke Mesir.“

Kemudian mereka memeriksa tulisan surat tersebut dan mengetahui bahwa surat ini ditulis oleh marwan. Lalu mereka meinta kepada Ustman agar menyerahkan Marwan kepada mereka tetepi ustman tidak bersedia melakukannya, padahal Marwan saat itu berada di dalam rumahna. Akhirnya orang-orang keluar dari rumah Ustman dengan perasaan marah. Mereka mengetahui bahwa Ustman tidak berdusta dalam bersumpah, tetapi mereka marah karena dia tidak bersedia menyerahkan Marwan kepada mereka. Maka tersiarlah berita tersebut di seantero Madinah, sehingga sebagian masyarakat mengepung rumah Ustman dan tidak memberikan air kepadanya. Setelah Ustman dan kelaurganya merasakan kepayahan akibat terputusnya air, ia menemui mereka seraya berkata :“Adakah seseorang yang sudi memberihatu Ali agar memberi air kepada kami?“ Setelah mendengar berita ini. Ali segera mengirim tiga qirbah air, Kirimian air ini pun sampai kepada Ustman melalui cara yang sulit sekali.

Dalam pada itu Ali mendengar deas-desus tentang adanya orang yang ingin membunuh Ustman, lalu ia berkata :“Yang kita inginkan darinya adalah Marwan, bukan pembunuhan ustman“. Kemudian Ali berkata kepada Hasan dan Husain : „Pergilah dengan membawa pedang kalian untuk menjaga pintu rumah Ustman. Jangan biarkan seorang pun masuk kepadanya.“ Hal ini juga dilakukanoleh sejumlah sahabat Rasulullah saw , demi menjaga Ustman. Ketika para pengacau menyebru pintu rumah Utsman ingin masuk dan membunuhnya , mereka dihentikan oleh Hasan dan Husain serta sebagian sahabat.

Sejak itu mereka mengepung rumah Utsman lebih ketat dan secara sembunyisembunyi berhasil masuk dari atap rumah. Mereka berhasil menebaskan pedang sehingga Khalifah Utsman terbunuh. Ketika mendengar berita ini, Ali datang dengan wajah marah seraya berkata kepada dua orang anaknya ,“Bagaimana Amirul Mukminin bisa dibunuh sedangkan kalian berdiri menjada pintu?“ Kemudian Ali menampar Hasan dan memukul dada Husain serta mengecam Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin Zubair.

Demikianlah, pembunuh Utsman merupakan pintu dari matarantai fitnah yang terus membentang tanpa akhir.

Pembaiatan Ali dan Mencari Pembunuh Utsman.

Ali keluar dari Utsman dengan penuh kemarahan terhadap peristiwa yang terjadi, sementara tu orang-orang berlarian kecil mendatangi Ali seraya berkata :“Kita harus mengangkat Amir, ulurkanlah tanganmu,kami baiat „ Ali menjawab : Urusan ini bukan hak kalian, tetapi hak para pejuang Badr. Siapa yang disetujui oleh para pejuang Badr maka dialah yang berhak menjadi Khalifah.“ Kemudian tidak seorangpun dari para pejuang Badr kecuali telah mendatangi Ali seraya berkata :“Kami tidak melihat adanya orang yang lebih berhak menjabat sebagai Khalifah selain daripadamu. Ulurkanlah tanganmu kami baiat.” LaLu mereka membaiatnya.

Belum selesari pengangkatan dan pembaiatan Ali sebagai Khalifah. Marwan dan anaknya telah melarikan diri. Ali datang kepda istri Utsman menanyakan tentang para pembunuh Utsman. Istri Utsman menjawab :“Saya tidak tahu, Ada dua orang ynag masuk kepada Utsman beserta Muhammad bin Abu Bakar“. Kemudian Ali menemui Muhammad bin Abu Bakar, menanyakan tentang apa yang dikatakan oleh istri Utsman tersebut. Muhammad menjawab :“Istri Utsman tidak berdusta. Demi Allah, tadinya auk masuk kepadanya dengan tujuan ingin membunuhnya tetapi kemudian aku teringat pada ayahku sehingga aku membatalkannya. Aku bertaubat kepada Allah. Demi Allah, aku tidak membunuhnya, bahkan aku tidak menyentuhnya“, istri Utsman menyahut : “Dia benar, tetapi dialah yang memasukkan kedua orang tersebut.“

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Kinanah, mantan budak Shafiah, dan lainnya. Mereka berkata :“Utsman dibunuh oleh seorang lelaki dari Mesir berkulit biru kecoklatan.“

Ibnu Asakir juga meriwayatkan dari Abu Tsaur AL Fahmi, ia berkata : „Aku pernah masuk kepada Utsman ketika sedang dikepung lalu beliau berkata:“Aku telah bersembunyi di sisi Rabb-ku selama 10 hari. Sesungguhnya aku adalah orang yang keempat yang pertama kali Islam. Aku juga pernah membekali pasukan yang tengah menghadapi kesulitan (Jaisyul Usrah). Kepadaku Rasulullah saw pernah menikahkan anak perempuan beliau, kemudian ia meninggal dan dinikahkan lagi dengan anak perempuannya yang lain. Tidaklah pernah lewat satu Jum‘at semenjak aku masuk Islam kecuali pada hari ini aku memerdekakan budak. Manakala aku memiliki sesuatau untuk memerdekakannya. Aku tidak pernah berzina di masa Jahiliyah apalagi di masa Islam, Aku tidak pernah mencuri di masa Jahiliyah apalagi di masa Islam. Aku juga tidak pernah menghimpun al-Quran di masa Rasululah saw.“

Menurut riwayat yang shahih, Khalifah Utsman dibunuh pada pertengahan hari tasriq tahun ke 35-Hijri.

Beberapa Ibrah.

Pertama,
Diantara keutamaan dan keistimewaan yang dapat dicatat periode pemerintahan Utsman ialah banyaknya penaklukan dan perluasan. Pada peride ini, seluruh Khurasan berhasil ditaklukkan. Demikian pula Afrika sampai Andalusia. Disamping itu tercatat pula sejumlah prestasi mulian yang agung yang pernah dilakuan Utsman sampai menyatukan orang dalam bacaan dan tulisan al-Quran yang terpercaya setelah berkembangnya berbagai macam bacaan yang dikhawatirkan dapat membingungkan orang. Juga seperti prestainya memperluas Masjid Nabawi di Madinah Munawarah.

Tidaklah merusak kemuliaan Utsman jika dalam berbagai penaklukan ia memperunakan Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Sarh dan orang-orang semisalnya, karena Islam menghapuskan semua dosa sebelumnya. Barangkali Ibnu Sarh dengan amalamalnya yang mulia ini telah menghapuskan segala yang pernah dilakukannya sebelumnya. Bahkan seperti diketahui, ia tetap di jalan lurus setelah itu dan termasuk orang yang tetap baik agamanya.

Kedua,
Betatapun kritiky ang dilontarkan kepada Utsman, karena kebijaksanaannya dalam memilih para gurbernur dan pembantunya, dari kaum kerabatnya (Banu Umaiyah) kita harus menyadari bahwa kebijaksanaan tersebut adalah merupakan ijtihad pribadinya. Bahkan Utsman telah mempertahankan pendapat tersebut dihadapan sejumlah besar para sahabatnya. Betapapun sikap kita terhadap pendapat dan pembelaan tersebut, namun sewaktu mengkritik, kita tidak boleh melanggar adab dalam melontarkan analisa atau pendapat. Juga kesalahan yang dilakukannya tersebut- jika hal itu kita anggap sebagai suatu kesalahan jangan sampai melupakan kita pada kedudukannya yang mulia di sisi Rasulullah saw, keutamaannya sebagai generasi pertama dalam Islam, dan sabda Rasulullah saw kepadanya pada perang Tabuk : “Tidak akan membahayakan Utsman apa yang dilakukan setelah hari ini.“

Hendaknya kita pun menyadari bahwa pembicaraan dan sanggahan para sahabat terhadap kebijaksanaannya saat itu tidak sama dengan kritik dan gugatan yang kita lakukan sekarang terhadap masalah yang sama. Sanggahan para sahabat terhadapnya, pada saat itu, merupakan pemecahan bagi suatu permasalahan yang ada dan mungkin dapat dirubah atau diperbaiki. Segala pembicaraan di saat itu, sekalipun bermotivasi kritik dan menyalahkan, merupakan tindakan positiv dan bermanfaaat. Sedangkan pembicaran kita pada hari ini, setelah masalah tersebut menjadi suatu peristiwa sejarah, hanyalah merupakan tindakan kurang jar terhadap para saahabt yang telah diberikan pujian oleh Rasulullah saw. Beliau melarang kita bersikap tidak sopan kepada mereka, terutama Khilafah Rasyidin.

Barang siapa yang menginginkan amanah ilmiah dalam mengemukakan peristiwa ini cukuplah dengan berpegang teguh kepada penjelasan yang dikemukakan oleh para penulis dan para ahli sejarah yang terpercaya seperti Thabari, Ibnu Katsir dan Ibnu Atsir.

Ketiga,
Bersamaan dengan munculnya benih-benuh fitnah pada akhir-akhir pemerintahan Utsman muncul pula nama Abdullah bin Saba‘ di pentas sejarah. Peranan Ibnu Saba sangat menonjol dalam mengobarkan api fitnah ini. Abdullah bin Saba‘ adalah seorang Yahudi berasal dari Yaman. Ia datang ke Mesir pada masa pemerintahan Utsman dengan dalih mencintai Ali dan keluarga (ahlul bait) Nabi saw. Dialah yang mengatakan kepada orang-orang :“Tidakkan Muhammad lebih baik dari Isa di sisi Allah?“ Jika demikian halnya maka Muhammad lebih berhak kembali kepada manusia daripada Isla. Tetapi Muhammad akan kembali kepada mereka dalam diri anak pamannya, Ali , yang merupakan orang terdekat kepadanya.“

Dengan khurafat ini Abdullah bin Saba‘ berhasil menipu masyarakat Mesir, padahal sebelumnya ia gagal mendapatkan pengikut di Yaman. Orang-orang yang tertipu oleh perkataan inilah yang berangkat ke Madinah guna memberontak kepada Utsman. Tetapi kemudian mereka berhasil dihalau oleh Ali, sebagaimana telah anda ketahui. Dari sini kita mengetahui bahwa kelahiran perpecahan ummar Islam menjadi dua kubuh Sunnih dan Syi‘ah, dimulai pada periode ini. Perpecahan ini sepenuhnya merupakan buah tangan Abdullah bin Saba‘. Belum lagi penyiksaan dan kezhaliman yang dialami oleh Ahlul Bait atau Syi‘ah mereka di tangan pemerintahakn Umawiah dan lainnya. Yang penting , betatapun kedua peristiwa ini telah masuk dalam catatan sejarah, tetapi kita tidak boleh melupakan realita lainnya.

Keempat,
Sekali lagi, kita harus mendapatkan kejelasan tentang hakekat hubungan yang berlangsung antara Utsman dan Ali selama periode Khilafah yang ketiga ini, Juga hakekat sikap yang diambil Ali terhadap Utsman ra. Seperti anda ketahui, bahwa Ali segera membaiat Utsman sebagai Khalifah, bakan menurut kebanyakan ahli sjearah, sebagaimana dikatkaan oleh Ibnu Katsir bahwa Ali adalah orang ynag pertama kali membaiat Utsman. Kemudian anda ketahui bagaimana Ali mengatakan kepada utsman ketika ia mendengar segerombolan orang yang dikerahkan oleh Abdullah bin Saba‘ ke Madinah untuk mengerakan orang menentang Utsman :“Aku bereskan kejahatan mereka!“ Kemudian Ali berangkat dan menemui mereka di Juhfah sampai berhasil menghalau mereka dan kembali ke Mesir seraya mengatakan :“Inikah orang yang kalian jadikan sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes Khalifah (Utsman)?“ Anda telah mengetahui bagaimana Ali dengan penuh keikhlasan, kecintaan dan ghirah yang jujur dan memberikan nasehat kepadanya.

Sebagaimana anda ketahui pula Ali berpihak membelanya sampai akhir hayatnya , bagaimana ia memobolisir kedua putranya Hasan dan Husain untuk menjaga Utsman dari ulah orang-orang yang mengepungnya ?“ Dengan demikian Ali merupakan pendukung Utsman yang terbaik selama Khilafahnya, di samping merupakan pembela terbaiknya tatkala menghadapi cobaan berat. Ia bersikap tegas dan keras dalam memberikan nasehat kepadanya di belakang hari, tidak lain dan tidak bukan hanyalah karena cinta dan ghirah kepadanya.

Hendaknya anda memahami hal ini dengan baik, agar anda juga mengetahui bahwa orang besar seperti Ali patut diteladani oleh setiap orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukti cinta hanyalah shidqul ittiba‘ (mengikuti secara jujur) dan istiqomah dalam meneladai. Itulah sirah Ali ra terhadap para Khalifah sebelumnya. Marilah kita dan bukti paling nyata yang mengungkapkan cinta sejati kita kepada beliau.

&

KHILAFAH Umar bin Khaththab

22 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Ia adalah Amirul Mukminin Umar bin Khaththab. Dijuluki oleh Rasulullah dengan al Faruq, karena ia membedakan antara yang haq dan yang batil. Dibaiat menjadi Khalifah pada hari kematian Abu Bakar Ash Shiddiq. Selama masa khilafahnya ia melakukan tugasnya dengan baik sepergi halnya sirah, jihad, dan kesabaran Abu bakar ra.

Dengan Umar bin Khaththab , Allah memuliakan Islam. Hal pertama yang dilakukannya setelah menjabat sebagai Khalifah ialah mencopot Khalid bin Walid dari jabatan sebagai komandan pasukan dan menggantikannya dengan Abu Ubaidah. Ia ikut menyaksikan penaklukan Baitul Maqdis, dan tinggal di sana selama sepuluh hari. Kemudian kembali ke Madinah dengan membawa serta Khalid bin Walid.

Tatkala Khalid bin Walid menanyakan perlakukan Umar terhadap dirinya, Umar ra menjawab :
„Demi Allah, wahai Khalid, sesungguhnya engkau sangat kumuliakan dan sangat kucintai.“ Kemudian Umar menuls surat ke berbagai negeri dan wilayah menyatakan kepada mereka : „Sesungguhnya aku tidak memcat Khalid karena kebencian dan tidak pula karena pengkhianatan. Tetapi aku memecatnya karena mengasihani jiwa-jiwa manusia dari kecepatan serangan-serangan dan kedahsyatan benturan-benturannya.“

Khalid bin Walid merupakan seorang putra dari bibinya Umar ra. Beliau meinggal apda masa Khalifah Umar di Hamat.

Damaskus berhasil ditaklukan dengan dua cara, damai dan kekerasan. Sedangkan Hamsh dan Ba‘albak ditakulan secara damai, Bashrah dan Aballah ditaklukan dengan cara kekerasan. Semua penaklukanini terjadai apda tahun ke 14 Hijri. Di tahun ini pula Umar menghimpu ornagorang untuk shalat tarawih berjama‘ah 20 rakaat.

Pada tahin 15 Hijri Yordania secara keseluruhan berhasil ditaklukan melalui kekerasan, kecuali Thabriah ynag ditundukkan dengan damai. Pada tahun ini, terjadi pula perang Yarmuk, dan Qadisiah. Berkata Ibnu Jurair di dalam Tarikhnya. Pada tahun ini Sa‘ad membangun Kufah, Umar menentukan sejumlah kewajiban membentuk Diwandiwan dan memberi pemberian berdasarkan senioritas dalam memasuki Islam.

Pada tahun 16 hijri AL Ahwaz dan Mada‘in ditaklukan. Di kota ini Sa‘ad menyelenggarakan shalat Jum‘at, bertempat di Istana Kisra. Ini merupakan shalat Jum‘at berjama‘ah pertama kali diadakan di Iraq.
Umar meminta pendapat para sahabat termasuk Ali ra untuk keluar memerangi Persia dan Romawi, lalu Ali ra mengemukakan perdapatnya : „Sesungguhny amasalah ini (peluang) menang dan kalanya tidak banyak dan uga tidak sedikit. Ia adalah agama Allah yang dimenangkan-Nya dan tentaranya yang dipersiapkan-Nya dan disebarkan_Nya hingga ke tempat ynag telah dicapainya… Posisi pemerintah (penguasa) bagaikan posisi benang dala matarantai biji tasbih, jika benang itu putus maka biji-biji tasbih itu akan berantakan danhilang Jadilah poros dan putarlah roga dengan bangsa Arab.“

Di tahun yang sama (16 H) terjadi perang Jalaula Yazdasir putra Kisra berhasil dikalahkan. Takrit berhasil ditakulkan. Umar berangkat berperang kemudian menaklukan Baitul Maqdis dan menyampaikan khutbanya yang sangat terkenal di Al-Jabiah. Pada tahun ini juga Qanasrin ditaklukan dengan kekerasan. Haleb , Anthokiah dan Manbaj ditundukkan bukan secara damai. Pda bulan Rabi‘u awal tahun ini Umar menulis kalender Hijri dengan meinta pertimbangan Ali ra.

Tahun ke 17 Hijri, Khalifah Umar memperluas Masjid nabawi. Kemarau panjang terjadi sehingga beliau mengajak penduduk untuk shalat minta hujan. Dengan perantaraan do‘a Abbas hujanpun turun. Ibnu Sa‘Ad meriwayatkan bahwa Umar keluar untuk shalat minta hujan, ia mengenakan selendang Rasulullah saw. Pada tahun ini pula Al Ahwaz ditaklukan secara damai.

Wabah Tha‘un

Pasukan kaum Muslimin yang tengah berada di Syam mendapat musibah wabah Tha‘un , tahun 12 Hijri. Setelah mendengar berita ini, Umar yang tengah menuju Madinah berkeinginan untuk kembali lagi ke Syam. Lalu beliau meinta pendapat para sahabatnya. Menanggapi masalah ini pada mulanya para sahabat berselisih pendapat , tetapi kemudian Abdur Rahman bin Auf datang seraya memberitakan bahwa Nabi saw pernah bersabda :

„Apabila kalian mendengar terjadinya suatu wabah di suatu negeri, maka jangalah kalian datang ke negeri tersebut, dan apabila tejradi wabah di suatu negeri sedangkan kalian tengah berada di negeri tersebut, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya.“ karena itu Umar kembali lagi ke Madinah.

Pada tahun 19 Hijri Qisariah ditaklukan dengan kekerasan . Tahun berikutnya 20 Hijri, Mesir ditundukkan dengan kekerasan. Dikatakan bahwa Mesir secara keseluruhan ditaklukan dengan secara damai kecuali Iskandariyah. Di tahun ini pula Maroko ditaklukan dengan kekerasan. Kaisar Agung Romawi binasa pada tahun yang sama.

Khalifah Umar mengusir Yahudi dari Khaibar dan Najran.
Tahun 21 Hijri Iskandariah dan Nahawand ditaklukan melalui kekerasan, sehingga orang-orang ajam tidak memiliki kekuatan terorganisir lagi. Tahun 22 Hijri Adzerbaijan ditaklukkan dengan kekuatan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa ngeri ini ditaklukan dengan secara damai. Pada tahun ini pula Dainur, Hamdan, Tripoli barat dan Rayyi ditaklukan melalui kekuatan. Pada tahun ke 23 Hijri sisa-sisa negeri Persia ditakulan. Kroman ; Sajistan, Asbahan dan berbagai pelosoknya. Pada akhir tahun ini Khalifah Umar menunaikan ibadah Haji. Sa‘id bin musayyab berkata : Setelah nafar (berangkat) ari Mina. Umar singgah di Abthakh kemudian duduk bersila dan mengucapkan do‘a seraya mengangkat kedua tangannya :

„Ya. Allah usiaku telah lanjut, kekuatanku telah mulai lemah, rakyatku telah tersebar luas, maka panggilah aku kepada-Mu, tanpa ada kewajiban yang aku sia-siakan atau amalan yang melewati batas.“
Pada penghujung bulan Dzul Hijjah tahun ini Umar bin Khaththab syahid terbunuh.

Bukhari meriwayatkan dari Aslam bahwa Khalifah Umar pernah berdo‘a : „Ya, Allah karuniailah aku mati syahid di jalan-Mu dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu.“

Wafatnya Khalifah umar ra.

Orang yang membunuh adalah seorang Majusi bernama Abdul Mughirah yang biasa dipanggil Abu Lu‘luah. Disebutkan baha ia membunuh Umar karena ia pernah datang mengadu kepada Khalifah Umar tentang berat dan banyaknya kharaj (pajak) ynag harus dia keluarkan. Tetapi Khalifah Umar menjawab ,“Kharajmu tidak terlalu banyak.“

Kemudian ia pergi sambil menggerutu :“Keadilan menjangkau semua orang kecuali aku“ Lalu ia berjanji akan membunuhnya,. Maka dipersiapkanlah sebilah pisau belati yang telah diasah dan diolesi dengan racun orang ini adalah ahli berbagai kerajinan lalu disimpan di slaah satu sudut masjid. Tatkala Khalifah Umar berangkat ke masjid seperti biasanya menunaikan shalat shubuh, langsung saja ia menyerang. Dia menikamnya tiga tikaman dan berhasil merobohkannya.

Kemudian setiap orang yang berusaha mengepung dirinya, diserangknya pula. Sampai ada salah seorang berhasil menjaringkan kain kepadanya. Setelah melihat bahwa dirinya terikat dan tidak bisa berkutik, ida membunuh dirinya dengan piasu belati yang dibawanya.

Itulah berita yang disebutkan para perawi tentang pembunuhan Umar ra.
Barangkali di balik peristiwa pembunihan ini terdapat konspirasi yang dirancang oleh banyak pihak, diantaranya orang-orang Yahudi, majusi dan Zindiq. Sangat tidak mungkin perbuatankriminal ini dilakukan semata-mata karena kekecewaan pribadi karena banyaknya kharaj yang harus dikeluarkan. Wallauhu‘alam.

Ketika diberitahukan bahwa pembunuhnya adlah Abu Lu‘luah Khalifah Umar berkata :“Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku Muslim.“ Kemudian Umar berwasiat kepada putarnya :Wahai Abdullah, periksalah hutang-hutangku.“

Setelah dihitung ternyata Umar punya hutang sejumlah 86.000 dirham. Lalu Khalifah Umar berkata ,“Jika hartea keluarga Umar sudah mencukupi maka bayarlah dari harta mereka, jika tidak mencukup maka pintalah kepada Bani ‚Addi. Jika harta mereka juga belum mencukupi maka mintalah kepada Quraisy.“ Selanjutnya Umar berkata kepada anaknya,“ pergilah menemui Ummul Mukminin, Aisyah! Katakan bahwa Umar meminta ijin untuk dikubur berdampingan dengan kedua sahabatnya (maksudnya Nabi saw dan Abu Bakar).“ Mendengar permintaan ini, Aisyah ra menjawab ,“Sebetulnya tempat itu kuinginkan untuk diriku sendiri, tetapi biarlah sekarang kuberikan kepadanya.“
Setelah hal ini disampaikan kepadanya, Umar langsung memuji Allah.

Umar Menunjuk Salah Seorang Dari Ahli Syura

Sebagian sahabat berkata kepada Umar ,“Tunjuklah orang yang engkau pandang berhak menggantikanmu.“ Kemudian Umar menjadikan urusan ini sepeninggalnya sebagai hal yang disyurakan antara enam orang yaitu : Ustman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa‘ad bin Abi Waqash dan Abdur Rahman bin Auf ra. Umar berkeberatan menunjuk slaah seorang diantara mereka secara tegas. Selanjutnya Umar berkata:
“Saya tidak menanggung urusan mereka semasa hidup ataupun sesudah mati. Jika Allah menghendaki kebaikan buat kalian maka Allah akan menghimpun urusan kalian pada orang yang terbaik di antara mereka sebagaimana Allah telah menghimpun kalian pada orang yang terbaik diantara kalian sesudah Nabi kalian.“

Dengan demikian Umar merupakan orang pertama yang membentuk „team“ dari para sahabat dan dinamakan dengan Ahli Syura, kemudian menyerahkan urusan Khilafah sepeninggalnya kepadanya. Secara demikian , mereka ini merupakan „Lembaga Politik“ tertinggi dalam pemerintahan.

Bagaimana Berlangsungnya Pemilihan Ustman ?
Ahli Syura yang telah ditunjuk oleh Umar tersebut mengadakan pertemuan di salah satu rumah guna membahas masalah ini. Sementara itu Thalhah berdiri di pintu rumah guna menjada dan melarang orang-orang untuk memasuki pertemuan tersebut. Dalam Syura diperoleh kesepakatan bahwa tiga orang diantara mereka telah menyerahkan masalah Khilafah kepada tiga orang lainnya. Zubair menyerahkan kepada Abdur Rahman bin Auf, sedangkan Thalhah memberikan haknya kepada Ustman bin Affan.

Abdur Rahan bin Auf berkata kepada Ustman dan Ali ,“Siapakah di antara kalian berdua yang melepaskan diri dari perkara ini maka kepadanya akan kami serahkan ?“ Keduanya diam tidak memberikan jawaban, lalu Abdur Rahman berkata ,“Sesungguhya aku meninggalkan hakku terhadap perkara ini dan merupakan kewajibanku kepada Allah dan Islam untuk usaha guna mengangkat orang ynag paling berhak diantara kalian berdua.“ Keduanya menjawab,“Ya“. Abdur Rahman bin Auf kemudian berbicara kepada masing-masing dari keduanya sambil menyebutkan keutamaan yang ada pada keduanya.
Lalu ia mengambil janji dan sumpah, „Bagi siapa yang diangkat harus berlaku adil dan siapa yang dipimpin harus mendengar taat“. Keduanya menjawab ,“Ya“. Kemudian mereka berpisah.

Setelah ini Abdur Rahman bin Auf meminta pendapat dari khalayak ramai tentang kedua orang (calon Khalifah) ini. Sebagaimana ia juga meminta pandangan dari para tokoh dan pimpinan mereka, baiks ecara bersamaan maupun terpisah, dua-dua, sendirisendiri atau berkelompok, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Bahkan kepada para wanita yang bercadar, anak-anak di berbagai perkanotran, orang-orang Arab Badui dan para pendatang ynag datang ke Madinah. Proses (hearing) ini dilakukan selama tiga hari tiga malam sampai akhirnya didapat kebulatan suara yang menghendaki Ustman bin Afan di dahulukan, kecuali dua orang yaitu Ammar bin Yasir dan Miqdad yang menghendaki Ali didahulukan tetapi kemudian kedua orang ini bergabung kepada pendapat mayoritas.

Pada hari keempat Abdur Rahman bin Auf mengadakan pertemuan dengan Ali dan Ustman di rumah anak saudara perempuannya, Musawwir bin Makhramah. Dalam pertemuan ini Abdur Rahman bin Auf menjelaskan,“ Setelah kutanyakan pada orang-orang tentang anda berdura, maka kudapati tidak seorangpun diantara merka yang menolak anda berdua.“ Kemudian Abdur Rahman bin Auf keluar bersama keduanya menuju Masjid dan mengundang orang-orang Anshar dan Muhajirin, sampai mereka berdesakan di Masjid. Abdur Rahman bin Auf naik ke Mimbar Rasulullah sawa lalu menyampaikan pidato dan berdo’‘ panjang sekali. dAlam pidatonya ia mengatakan :

„Wahai manusia, sesungguhnya aku telah menanyakan kepada kalian secara tersembunyi dan terang-terangan tentang orang ynag paling kalian percaya dapat mengemban amanat (khilafah), lalu aku tidak melihat kalian menghendaki selain dari kedua orang ini : Ali dan Ustman. Maka berdirilah dan kemarilah wahai Ali.“ Setelah Ali berdiri dan mendekatinya, Abdur Rahman bin Auf menjabat tangan beliau seraya berkata ,“Apakah kamu berbaiat kepadaku (untuk memimpin) atas dasar kitab Allah, Sunnah Nabi-Nya, perbuatan Abu Bakar dan Umar ? Ali menjawab, „Tidak tetapi sesuai usaha dan kemampuanku untuk itu.“

Abdur Rahman kemudian melepas tangannya , llau berkata ,“Berdirilah dan kemarilah wahai Ustman“. „Apakah kamu berbaiat kepadaku (untuk memimpin) atas dasar Kitab Allah, Sunnah Nabi-Nya, perbuatan Abu Bakar dan Umar ? Ustman menjawab ,“Ya“.

Kemudian Abdur Rahman mengangkat kepalanya ke arah masjid dan meletakkan tangannya di tangan Ustman seraya berkata :“Ya Allah , sesungguhnya aku telah melepaskan amanat ynag terpikulkan di atas tengukku dan telah kuserahkan ke atas tenguk Ustman.“ Kemudian orang-orang pun berdesakkan membaiat Ustman di bawah mimbar. Ali ra adalah orang yang pertama kali membaiatnya Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ali merupakanorang yang terakhir membaiatnya.

Beberapa Ibrah.

Pertama, Telah kita ketahui bahwa tindakan pertama yang dilakukan oleh Umar ra adalah memecat Khalid bin Walid . Kebanykaan penulis kontenporer telah melakuan kesalahan dalam menanggapi masalah pemecatan ini. Mereke menjadikannya bahan untuk menggugat kedudukan Khalid. Padahal penafsiran dari pemecatan ini dapat dilihat dengan jelas dalam tindakan Umar sendiri, dalam ucapan yang diucapkan tentang Khalid dan dalam pujian yang disampaikannya kepada Khalid, seperti telah kami sebutkan , Umar berkata kepada Khalid :

„Demi Allah, wahai Khalid sesungguhnya engkau sangat kumuliakan dan sangat kucintai.“ Kemudian Umar menulis surat ke berbagai wilayah, menjelaskan sebab pemecatan Khalid bin Walid : Sesungguhnya aku tidan memecat karena kebencian dan tidak pula karena pengkhianatan. Tetapi aku memecatnya karena mengasihi jiwa-jiwa manusia dari kecepatan serangan-serangannya dan kedahsyatan benturan-benturannya.“

Ketika diberitahu tentang sakitnya Khalid, Khalifah Umar yang waktu itu berada di suatu tempat langsung pergi ke tempat Khalid di Madinah dengan menempuh perjalanan selama semalam. Padahal seharusnya perjalanan ini biasanya ditempuh selama tiga hari. Ketika Umar tiba di tempat tersebut, Khalid sudah wafat, lalu Umar mengucapkan „Inna lillahi wa inna iLahihi raji‘un“ dengan penuh kesedihan. Kemudian Umar duduk di pintu rumah Khalid sampai selesai pengurusan jenazahnya. Ketika kematiannya ditangisi oleh sejumlah wanita lalu dikatakan kepada Umar, tidakkah engkau mendengarnya ? Mengapa engkau tidak melarang mereka? Umar menjawab:“Tidaklah mengapa wanita-wanita Quraisy menangisi Abu Sulaeman selama tidak meratapi dan bukan karena kecemasan.“

Ketika mengantar jenazahnya. Umar melihat seorang wanita muhrimah menangisi lalu Umar bertanya :“Siapakah wanita muhrimah ini?“ Dikatakan kepadanya :“Ibunya“: Umar berkata penuh keheranan :“Ibunya?“ Sungguh mengagumkan (tiga kali)! Kemudian Umar berkata :“Adakah wanita lain yang melahirkan orang seperti Khalid?“

Kedua,
Teks yang kami sebutkan di atas menegaskan bahwa Khalid meninggal dan dikebumikan di Madinah. Ini merupakan pendapat sebagian ahli sejarah. Namun jumhur memandang bahwa sebenarnya Khalid meninggal dan dikubur di Hamsh (Suriah). Pendapat yang terakhir inilah yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir di dalam Al Bidayah wan Nihayah. Sebab menurut riwayat yang kuat, setelah dipecat oleh Umar, Khalid melakukan ibadah umrah, kemudian kembali ke Syam dan menetap di Syam sampai meninggal pada tahun 21 Hijri.

Demikian sikap Umar yang selalu memuji Khalid baik di waktu hidup atau sesudah kematiannya. Ibnu Katsir meriwayatkan dari Al Wakidi bahwa Umar pernah melihat rombongan haji datang dari Hamsh lalu ia bertanya , „Adakah berita yang harus kami ketahui?“ Mereka menjawab:“Ya, Khalid telah wafat“. Kemudian Umar mengucapkan Ina lillahi wa inna ilaihi raji‘un lalu berkata , „Demi Allah, ia sangat mahir dan tepat menebas tengkuk-tengkuk musuh. Ia seorang tokoh yang terpercaya.“

Pujian Umar kepada Khalid tersebut tidak bertentangan dengan sebagian sikap yang bersifat ijtihadiah yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat antar keduanya. Kemudian masing-masing dari keduanya bertindak sesuai pandangan yang diyakininya. Sebaiknya mereka yang menggugat kedudukan Khalid karena sikap Umar terhadapnya, atau orang-orang yang menggungat kedudukan Umar karena sikap tersebut, memahami permasalahan dari segala seginya. Dan membedakan antara sikap ijtihadiah ynag dijamin mendapat pahala betapapun hasilnya dan penyimpangan pemikiran atau perilaku yang tidak mungkin dilakukan oleh para sahabat Rasulullah sa.w

Ketiga,
Diantara hal ynag paling menonjol yang dapat dicatat oleh setiap orang yang memperhatikan Khalifah Umar ialah, kerjasama yang bersih dan istimewa antara Umar dan Ali ra. Dalam Khilafah Umar , Ali menjadi mustasyar awwal (penasehat pertama) bagi Umar dalam semua persoalan dan problematika. Setiap Ali mengusulkan suatu pendapat , Umar sellau melaksanakannya dengan penuh kerelaah sehingga Umar pernah berkata :“Seandainya tidak ada Ali niscaya Umar celaka.“

Sedangkan Ali bin Abu Thalib, dengan penuh keikhlasan dan kecintaan memberikan nasehat kepadanya dalam segala urusan dan persoalan. Seperti anda ketahui bahwa Umar pernah meminta pendapatnya tentang keinginannya untuk berangkat sendiri memimpin pasukan guna memerangi orang-orang persia. Kemudian Ali menasehatinya dengan suatu nasehat yang mencerminkan kecintaannya kepada Umar. Ali menasehatinya supaya tidak berangkat tetapi cukup dengan menggerakan roda peperangan dengan orang-orang Arab yang ada di bawah kekuasaannya. Diperingatkannya, jia ia berangkat niscaya akan menimbulkan berbagai peluang yang lebih berbahaya dari pada musuh yang akan dihadapinya itu sendiri.

Seandainya Rasulullah saw telah mengumumkan bahwa Khilafah sesudahnya harus diserahkan kepada Ali ra, apakah mungkin Ali ra akan berpaling dari perintah Rasulullah tersebut dan mendukung orang-orang yang merampas haknya atau merampok kewajibannya dalam memegang Khilafah dengan dukungan kerjasama yang demikian ikhlas dan konstruktif ? mungkinkah seluruh sahabat Nabi saw akan mengabaikan perintah Rasululah saw tersebut ? Mungkinkah semua sahabat itu telah bersepakat terutama Ali untuk tidak melaksankaan perintah Rasulullah tersebut ?

Keempat,
Sebagaimana Khilafah Abu Bakar ra datang pada saat yang tepat, dimana tidak layak pada saat itu kecuali Abu Bakar, demikian pula Khilafah Umar. Beliau menjadi orang yang paling tepat untuk memegang Khilafah pada saat itu. Di antara hal ynag paling mulia yang pernah dilakukan Abu Bakar ialah mengokohkan kemblai Islam sebagaibangunan dalam negara, dan keykainan di dlaam jiwa. Setelah terjadinya keguncangan menyusul kematian Rasulullah saw. Sedangkan hal yang palng agung yang pernah dilakukan Umar ialah memperluas futuhat Islamiyah ke ujung negeri-negeri Persia, Syam, dan Maghrib (maroko). Membangun negeri-negeri Islam, membentuk berbagai Diwan, dan mengokohkan pilar-pilar negara Islam sebagai negara peradaban yang paling kuat di permukaan bumi.

Ini menunjukkan sejauh mana hikmah Allah dalam memelihara para hambah-Nya dan mewujudkan sarana kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Kelima,
Kami mengatakan tentang cara pemilihan Khalifah Ustman sebagai yang telah kami katakan tentang Khilafah Umar. Menunjuk seorang pengganti dalam kekhalifahan merupakan proses yang ditempuh untuk Khilafah Umar dan Ustman. Perbedaan antara keduanya, bahwa Abu Bakar menunjuk Umar secara langsung, sedangkan Umar menunjuk seorang penggantinya diantara enam orang ynag menjadi anggota Majelis Syura kemudian menyerahkan pemilihannya kepada kaum Muslimin.

Seperti telah anda ketahui, pemilihan Ustman di antara enam orang yang diajukan tersebut, berlangsung dengan musyawarah dari keenam orang itu sendiri, kemudian dengan musyarawah dan baiat dari kaum Muslimin atau Ahlul Halli wal Aqdi. Ali ra adalah termasuk seorang diantar enam orang yang ditunjuk dan merupakan orang ynag pertama kali membaiat Ustman ra.

Dengan demikian kita mengetahui secara gamblang bahwa kaum Muslimin sampai periode ini, bahkan sampai akhir pemerintahan Ali, masih merupakan satu Jama‘ah. Tidak ada seorang pun dari kaum Muslimin yang mempermasalahkan urusan Khilafah atau mempertanyakan siapakah orang ynag paling berhak memegangnya ? Yang ada hanyalah proses musyawarah dan pembahasan dalam setiap tuntutan untuk memlih Khilafah secara syari‘ah dan sehat.

Betapapun usaha ang anda kerahkan, sesungguhnya anda tidak akan dapat menemukan pada seluruh periode ini (Khilafah Abu Bakar, usmar, dan Ustman), adanya perdebatan atau diskusi tentang apakah al-Quran atau Rasulullah saw telah menunjuk secara tegas seorang Khalifah sesudah Rasulullah saw ataukah tidak. Pun tidak akan anda temukan kritik atau tindakan menyalahkan carta yang ditempuh dalam proses pengangkatan ketiga Khalifah tersebut.

Lalu, kapan dan atas dorongan apa terjadinya perpecahan yang telah memcah belah Jama‘ah Muslimin menjadi dua kubuh yang bertentangan karena masalah Khilafah, padahal selama tiga periode Khilafah mereka hidup bersatu dan bekerja sama secra rapih ? Masalah ini akan kamise butkan tatkala membahas Khilafah Ali ra dan peristiwa peristiwa ynag terjadi pada masa beliau.

&

Khilafah Abu Bakar Ash Shiddiq

22 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Setelah wafatnya Rasulullah saw, kaum Muslimin mengadakan pertemuan di Saqifah Bani Sa‘idah. Mereka membicarakan siapakah sepatutnya yang menggantikan Rasulullah saw dalam memimpin kaum Muslimin dan mengursi persoalan ummat. Setelah diskusi, pembahasan , dan pengajuan sejumlah usulan, tercapailah kesepakatan bulat bahwa Khalifah Rasulullah pertama sesudah kematian beliau adalah orang yang pernah menjadi Khalifah (pengganti) Nabi saw dalam mengimami kaum Muslimin saat beliau sakit. Itulah Ash Shiddiq sahabat beliau ynag terbesar dan pendamping beliau di dalam gua. Abu Bakar ra. Ali ra tidak pernah menentang kesepakatan tersebut. Keterlambatan baiat Ali kepada Abu Bakar karena urusan yang berkaitan dengan perbedaan pendapat yang terjadi antara Abu Bakar dan Fathimah ra mengenai masalah warisan Fathimah dari Rasulullah saw.

Hal-hal Penting yang dilakukan Abu Bakar selama menjadi Khalifah

Pertama,
Setelah resmi menjadi Khalifah, Abu Bakar segera memberangkatkan pasukan Usamah. Pasukan itu tertahan setelah sampai di sebuah tempat dekat Madinah bernama Dzu Khasyab, tempat ketika Usamah mendapat berita tentang sakitnya Rasulullah saw. Abu Bakar ra tidak memperdulikan pendapat-pendapat yang mendesak agar pasukan Usamah dibekukna mengingat tersebarluasnya kemurtadan di sebagian barisan. Sebagaimana beliau juga tidak memperdulikan pendapat-pendapat yang menghendaki penggantian Usamah dengan orang lain.

Abu Bakar Ash Shiddiq ra berangkat mengantarkan pasukan yang dipimpin Usamah, dengan berjalan kaki. Ketika Usamah bermaksud turun dari kendaraannya agar dinaiki oleh Abu Bakar, ia berkata kepada usamah : „Demi Allah, engkau tidak perlu turun dan aku tidak usah naik.“ Selanjutnya Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau onta kecuali untuk dimakan.
Diantara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah :

„Jika kalian melewati suaut kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka sembah.“
Kemudian secara khusus Abu Bakar berkata kepada Usamah : “Jika engkau berkenan kuusulkan agar engkau mengijinkan Umar untuk tinggal bersamaku, sehingga aku dapat meminta pandangannya dalam menghadapi masalah/persoalan kaum Muslimin.” Usamah menjawab : „Urusanmu terpulang kepadamu.“

Kemudian Usamah bergerak bersama pasukannya. Setiap kali melewati suatu kabilah yang para warganya banyak melakukan kemurtadan. Usamah berhasil mengembalikan lagi (kepada Islam). Orang-orang murtad itu merasa gentar karena mereka yakin seandainya kaum Muslimin tidak akan keluar pada saat sekarnag ini dan dengan pasukan seperti ini untuk menghadapi orang-orang Romawi. Sesampainya di negeri (jajahan) Romawi, tempat dimana ayahnya terbunuh. Usamah beserta pasukannya menyerbu mereka hingga Allah memberikan kemenangan. Kemudian mereka kembali dengan membawa kemenangan.

Kedua,
Memberangkatkan pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Pasukan ini dibaginya, sepuluh panji, masing-masing pemegang panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Sementara itu Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali ra bersikeras untuk mencegahnya seraya berkata :
„Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan Rasululah saw pada perang Uhud.“Sarungkan pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu. Demi Allah , jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalmu.“ Kemudian Abu Bakar ra kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertemupuran ini, sehingga berhasil menumpas kemurtadan , memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah dan memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.

Ketiga,
Memberangkatkan pasukan Khalid bin Walid ke Iraq, bersma Mtsni bin Haritsah Asy Syaibani yang kemudian berhasil menaklukan negeri dan kembali dengan membawa kemenangan dan barang rampasan.

Keempat,
Abu Bakar memberikan gagasan dan memprakarsai memerangi negeri-negeri Romawi. Setelah para sahabat dikumpulkan dan dimintai pendapat mereka tentang gagasan ini akhirnya mereka menyetujuinya. Lalu Abu Bakar menoleh ke arah Ali seraya bertanya :“Bagaimana pendapatmu wahai Abul Hasan?“ Ali ra menjawab ,“Aku melihat bahwa engkau senantiasa memperoleh keberkahan, keunggulan dan pertolongan insya Allah.“ Mendengar jawaban ini Abu Bkar ra merasa sangat gembira dan Allah pun melapangkan dadanya untuk melaksanakan gagasan tersebut.

Kemudian Abu Bakar mengumpulkan orang-orang dan menyampaikan kepada mereka. Dalam khutbahnya ia memobolisir masyarakat untuk berangkat jihad. Beliau juga menulis sejulah surat kepada para gurbernurnya, memerintahkan mereka agar hadir. Maka setelah berkumpul sejumlah komandan, Abu Bakar memerintahkan mereka agar berangkat ke Syam pasukan demi pasukan.

Abu Bakar ra menunjuk Abu Ubaidah ra mengepalai Amir pasukan. Setiap kali seornag Amir berangkat, beliau melepasnya dan memberikan wasiat agar bertaqwa kepada Allah, menjaga persahabatan dengan baik, selalu menjada shalat berjama‘ah pada waktunya. Beliau berpesan agar masing-masing orang memperbaiki dirinya sehingga Allah menjadikan orang lain berbuat baik padanya, menghormati par autusan musuh yang datang kepada mereka, mempersingkat keberadaan para utusan musuh tersebut di tengah -tengah mereka agar tidak mengetahui keadaan dan kondisi pasukan kaum Muslimin.

Setelah kaum Muslimin berangkat menuju negeri-negeri Romawi dan tiba di Yarmuk, mereka mengirim berita kepada Abu Bakar bahwa pasukan romawi berjumlah sangat besar. Kemudian Abu Bakar menulis surat kepada Khalid bin Walid di Iraq, memerintahkan agar berangkat menuju Syam dengna membawa separuh pasukan yang bertugas di Iraq untuk membantu pasukan Abu Ubaidah, dan menunjuk Mutsni bin Haritsah sebagai gantinya untuk memimpin separuh pasukan yang ada di Iraq. Kepada Khalid bin Walid Abu Bakar ra juga memerintahkan agar memimpin pasukan di Syam setibanya di negeri tersebut.

Kemudian Khalid bin Walid berangkat dan bergabung dengan kaum Muslimin di Syam. Kepada Abu Ubaidah, Khalid bin Walid menulis surat yang isinya :
“Amma ba‘du, sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar melimpahkan keamanan kepada diriku dan dirimu pada saat menghadapi ketakutan dan memberikan perlindungan di dunia dari segla keburukan. Baru saja aku menerima surat dari Khalifah Rasulullah saw. Belau memerintahkan aku agar bergerak menuju Syam dan memimpin pasukannya. Demi Allah, aku tidak pernah meminta hal tersebut dan aku tidak mengininkannya. Tetaplah engkau pada posisimu sebagaimana sedia kala, kami tidak akan menolak (perintah)mu, tidak akan menentangmu dan tidak akan memutuskan perkara tanpa kehadiran dirimu …”

Setelah membaca surat Khalid bin Walid , Abu Ubaidah berkata : “Semoga Allah melimpahkan keberkahan keputusan Khalifah Rasulullah dan mendukung apa yang dilakukan oleh Khalid.“

Sebelumnya Abu Bakar telah menulis surat kepada Abu Ubaidah yang isinya menyatakan :
“Amma ba‘du! Sesungguhnya aku telah emngangkat Khalid bin Walid untuk memerangi musuh di Syam. Oleh karena itu jangalah engkau menentangnya. Dengar dan taatilah dia! Wahai saudaraku, sesungguhnya aku mengutusnya kepadamu bukan karena dia lebih baik darimu, tetapi hanya karena aku berkeyakinan bahwa dia memiliki kecerdikan dalam berperang di tempat yang sangat kritis ini. Semoga Allah menghendaki kebaikan bagi kami dan kamu. Wassalam….“

Kemudian terjadilah beberapa kali pertempuran sengit antara kaum Muslimin dan orang-orang Romawi yang akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin. Orang-orang Romawi yang berhasil dibunuh tidka terhitung banyaknya, sebagaimana jumlah mereka yang ditawan.
Di tengah berkecamuknya pertempuran ini Khalid bin Walid mendapat surat yang memberitahukan bahwa Abu Bakar telah wafat dan digantikan oleh umar ra. Surat itu juga menytakan pemecatan Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan dan diganti kembali oleh Abu Ubaidah. Berita ini oleh Khalid dirahasiakan agar tidak terjadi keguncangan di kalangan barisan kaum Muslimin. Ketika Abu Ubaidah menerima berita tersebut, ia juga merahasiakan karena pertimbangan yang sama.

Abu Bakar ra wafat

Abu Bakar wafat pada tahun ke 13 Hijri, malam Selasa tanggal 23 Jumadil Akhir, pada usia 63 tahun. Masa Khilafahnya 2 tahun 3 bulan dan 3 hari. Ia dikubur di rumah Aisyah ra di samping kubur Rasulullah saw.

Wasiatnya Tentang Khalifah Umar

Menjelang wafatnya. Abu Bakar meminta pendapat sejumlah sahabat generasi pertama ynag tegolong ahli syura. Mereka seluruhnya sepakat untuk mewasiatkan Khilafah sesudahnya kepada Umar bin Khaththab ra. Dengan demikan Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali mewasiatkan Khilafah sepeninggalnya kepada orang yang sudah ditunjuk, dan mengangkat Khilafah berdasarkan wasiat tersebut. Barangkali ada baiknya kami kemukakan penjelasan tentang rincian hal tersebut :

Ath-Thabari, Ibnu Jauzi dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Abu Bkar ra khawatir kaum Muslimin berselisih pendapat sepeninggal beliau, kemudian tidak memperoleh kata sepakat. Karenanya, ia mengajak mereka ketika sakitnya semakin berat agar mencari seorang Khalifah bagi mereka sepeninggalnya. Abu Bakar ra ingin agar hal tersebut telah tuntas semasa ia masih hidup dan sepengetahuannya.

Kaum Muslimin belum mendapatkan kesepakatan tentang siapa yang akan menggantikan Abu Bakar ra dalam amsa yang singkat tersebut. Kemudian mereka mengembalikan masalah tersebut kepada Abu Bakar seraya berkata,“Terserah kepada pendapatmu saja.“ Saat itulah Abu Bakar mulai meminta pendapt dari para tokoh sahabat masing-masing secara terpisah. Ketika Abu Bakar ra mengetahui kesepatakan mereka tentang kelayakan dan keutamaan Umar ra, ia pun keluar menemui orang banyak seraya memberitahukan bahwa ia telah menyerahkan segenap usaha untuk memlih siapakah orang ynag paling layak dan tepat menggantikannya. Kepada khalayak, Abu Bakar ra meminta agar mereka menunjuk Umar ra, sebagai Khalifah sepeninggalnya. Mereka semua menjawab :“Kami dengar dan kami taat.“

Atas dasar apa Umar menjadi Khalifah ? Mungkin ada yang menyangka bahwa cara pengangkatan Khalifah tersebut dengan pemilihan calon tunggal dan jauh dari syura yang seharusnya dilakukan oleh Ahlul Hallo Wal Aqdi di kalangna kaum Muslimin.

Jika kita perhatikan secara seksama, sebenarnya hal tersebut didasarkan kepada syura Ahlul Hallo Wal Aqdi. Sebab, Abu Bakar tidak meminta kepada mereka agar menunjuk Umar kecuali setelah meinta pendapat para tokoh sahabat ynag kemudian secara bulat menyepakati dan merekomendasikan Umar. Sekalipun demikian pengangkatan Abu Bakar terhadap Umar tersebut belum bisa dilaksanaan dan dikukuhkan kecuali setelah ia berkhutbah di hadapan para sahabat dan meinta kepada mereka untuk mendengar dan mentaati Umar. Lalu merka semua menjawab : Kami mendengar dan kami mentaati. Juga setelah kaum Muslimin bersepakatan sepeninggalnya atas kebenaran tindakan Abu Bakar dan kabsahan proses penggantian (suksesi) tersebut.

Demikianlah dalil dari ijma‘ (kesepakatan) atas terlaksananya Imamah melalui istikhlaf (penunjukkan orang tertentu) dan ahd (wasiat) dengan memperhatikan syarat-syarat yang syari dan mutabarah.

Surat Wasiat (Kitabul ‚ahd) kepada Umar

Setelah mengetahui kesepatakan semua orang atsa penunjukkan Umar sebagai pengganti. Abu Bakar memanggil ustman bin Affan dan membacakan surat berikut ini kepadanya :
“Bismillahirrahmanirrahim. Berikut ini adalah wasiat Abu Bakar, Khalifah Rasulullah, pada akhir kehidupannya di dunia dan awal kehidupannya di akherat, di mana orang kafir akan beriman dan orang fajir akan yakin, sesungguhnya aku telah mengangkat Umar bin Khaththab untuk memimpin kalian. Jika dia bershabar dan berlaku adil maka itulah yang kuketahui tentang dia, dan pendapatku tentang dirinya. Tetapi jika dia menyimpang dan berubah maka aku tidak mengetahui hal yang ghaib. Kebaikanlah yang aku inginkan bagi setiap apa yang telah diupayakan. Orang-orang yang zhalim akan mengetahui apa nasib yang akan ditemuinya.”

Abu Bakar menstempel. Lalu surat wasiat ini dibawa keluar oleh Ustman untuk dibacakan kepada khalayak ramai. Kemudian mereka pun membaiat Umar bin Khaththab. Peristiwa ini berlanguns pada bulan Jumadil Akhir tahun ke 13 Hijri.

Beberapa Ibrah.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khilafah Abu Bakar ra tersebut menunjukkan sejumlah hal dan prinsip , diantaranya :

Pertama,
Khilafah Abu Bakar ra berlangsung melalui syura. Semua Ahlul Halli Wal ‚Aqdi dari kalangna sahabt termasuk di dalamnya Ali ra, ikut serta dalam pengambilan keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidka satupun nash al-Quran atau Sunnah yang menegaskan hak Khalifah kepada seseorang sepeninggal Rasulullah saw. Seandainya ada nash ynag menegaskannya niscaya tidak akan ada syura untuk menentukannya dan para sahabatnya tidak akan berani melangkahi apa yang ditegaskan oleh nash tersebut.

Kedua,
Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah Bani Sa‘idah antar para tokoh sahabat , dalam rangka memusyawarahkan pemilihan Khalifah merupakan hal ynag lumrah ynag menjadi tuntutan pembahasan suatu permasalahan. Bahkan hal ini menjadi bukti nyata atas perlindungan Pembuat Syariat (Allah) terhadap beraneka ragam pendapat dan pandangan dari segala bentuk pelarangan dan pembatasan selama menyangkut masalah yang tidak dinyatakan secara tegas dan gamlang oleh nash. Jalan untuk mencapai kebenaran tentang setiap masalah yang didiamkan oleh Pembuat Syariat ialah dengan mengemukakan berbagai pandangan dan membahasnya semua dengan obyektif, bebas dan jujur.

Musibah yang dihadapi kaum Muslimin pada sat itu sangat besar dan persoalannya pun sangat pelik. Seandainya para sahabat tidak menemukan satu pilihan (calon tunggal9 yang ditawarkan untuk divoting kemudian disepakati, niscaya hal tersebut merupakan syura palsu dan kesepakatan yang dipaksakan dari luar.

Sungguh aneh perilaku orang-orang yang menuntut syura di dalam Islam yang menuduhnya diktatorship, sehingga ketika menyaksikan praktek-praktek yng sebenarnya dengan serta merta mereka menuduhnya (karena bodoh atau pura-pura bodoh) sebagai perpecahan dan pertentangan. Bagaimana kiranya konsepsi dan bentuk syura dalam benak mereka ? Bagaimankah seharusnya syura itu dipraktekkan ?

Ketiga,
Nasehat Ali ra kepada Abu Bakar ra agar tidak ikut terjun memerangi kaum murtad. Ali khawatir kaum Muslimin jika dia terbunuh, menjadi bukti nyata atas kecintaan Ali ra yang sangat mendalam terhadap Abu Bakar. Disamping merupakan bukti nyata pula bahwa Ali telah sepenuhnya menerima Khilafah Abu Bakar dan kelayakannya untuk memimpin kaum Muslimin. Sebagaimana hal ini juga menunjukkan tingkat kerjasama dan keikhlasan antara keduanya.

Apapun yang dikatakan orang tentang keterlambatan Ali dalam membaiat Abu Bakar, dan betatapun perbedaan tentang seberapa lama keterlambatan pembaiatan tersebut, tetapi yang jelas bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan hakekat ini dan tidak pula merusaknya. Seperti diketahui bahwa keterlambatan baiat Ali ra hanylaah karena pertimbangan sambung rasa (musyawaraH9 atau mujamalah (basa basi) terhadap perasaan Fathimah ra yang begitu yakin, dengan ijtihadnya , bahwa dirinya berhak mewarisi dari ayahnya. Rasulullah saw, sebagaimana setiap anak wanita mewarisi dari bapaknya. Keterlabatan ini bukan karena kedengkian atau ketidak setujuan yang disembunyikanoleh Ali terhadap Abu Bakar. Mungkinkah orang yang menyimpan sikap yang penuh dengna rasa cinta , kerjasama dan ghirah ini ?

Keempat,
Setiap Muslim yang merenungkan sikap yang diambil oleh Abu Bakar ra terhadap Kabilah-kabilah ynag murtad dan tekadnya yang begitu kuat untuk memerangi kabilahkabilah terebut, sehingga berhasil meyakinkan semua sahabat yang pada mulanya tidak bersedia melakukannya, niscaya akan meyakini adanya himah Allah yang telah mengangkat orang yang sesuai dan untuk menghadapi tugas yang sesuai pula. Siapapun diantara kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa di kalangan sahabt ada orang yang lebih patut dari Abu Bakar untuk menghentikan badai (kemurtadan) tersebut dan mengembalikan ke pangkuan Islam.

Umar yang terkenal tegar dan kuat di kalangan para sahabat itu menjadi lemah tekadnya dan surut ketegarannya menghadapi badai ini. Adakah orang yang telah menyaksikan hikmah Ilahiyah ynag mengagumkan ini masih inign mengecam sejarah dan apra pelakunya ?

Kelima,
Mungkin ada yang mengira bahwa semata-mata wasiat (‚ahd) dan penunjukkan ganti (istikhlaf) dapat dinilai sebagai salah satu cara pengukuhan Imamah dan pemerintahan, dengan dalil tindkaan Abu Bakar yang telah mewasiatkan Khalifah kepada umar. Tetapi permasalahan yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengukuhan Imamah tidak dapat diakui sah kecuali setelah mengemukakan kepada kaum Muslimin, kemudian pernyataan ridha dari kaum Muslimin terhadap Imamah yang telah diwasiatkan tersebut.

Jadi, ditetapkannya Imamah hanyalah dengan keridhahan tersebut. Yakni, seandainya Abu Bakar mewasiatkan Khalifah kepada umar tetapi kaum Musliin tidak meridhainya maka wasiat terebut tida ada nilainya.
Dari sini kita mengetahui, sebagaimana telah kami sebutkan terdahulu, bahwa Khilafah Umar berlangsung berdasarkan masyurah dhiminiyah (syura tidak langsung/implicit) yang termasuk ke dala kesepakatan sahabat dalam menyetujui orang yang dipilih Abu Bakar untuk mereka.

&

SEBAGIAN SIFAT NABI SAW DAN KEUTAMAAN ZIARAH KE MASJID DAN KUBURANNYA

22 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Rasulullah saw dikafani dengan tiga lapis kain, tanpa baju dan sorban. Setelah selesai dibungkus dengna kain kafan, beliau diletakkan di atas dipannya ynag berada tepat di pinggir kuburan ynag telah digali. Kemudian secara bergiliran orang-orang masuk menshalatkannya, gelombang demi gelombang dan tanpa ada yang mengimami mereka. Yang pertama kali menshalatkan ialah Al Abbas kemudian Banu Hasyim, orang-orang Muhajirin , orang-orang Anshar dan terakhir semua orang, RAsulullah saw dikuburkan di tempat di mana beliau wafat di kamar Aisyah ra.

Rasulullah saw wafat dengan meninggalkan 9 istri, yaitu : Saudah, Aisyah, Hafsyah, Ummu Habibah, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Juwairiah, Shafiah, dan Maimunah. Beliau tidak menikah dengna gadis selain dengan Aisyah ra.

Rasulullah mempunyai tiga anak lelaki : Al Qasim (karnanya beliau biasa dipanggil dengna Abul Qasim) yang dilahirkan sebelum kenabian dan meninggal pada usia dua tahun, Abdullah yang sering dipanggil juga dengan Ath-Thayyib dan Ath- Thahir, dan Ibrahim yang dilahirkan di Madinah pada tahun ke 8 Hijri dan meninggal apda tahun ke 10.

Sedangkan anak perempuan beliau ada empat Zainab, Fathimah, Ruqaiyyah dan Ummu Kaltsum. Ruqaiyyah wafat pada hari terjadinya perand Badr di bulan Ramadhan tahun kedua Hijri. Ummu Kaltsum meninggal pada bulan Sya‘ban tahun ke 9 hijri. Keduanya adalah istri Ustman bin Affan ra.

Rasulullah saw adalah orang ynag paling dermwawan khususnya di bulan Ramadhan. Orang ynag paling baik akhlak dan sosok tubuhnya. Orang yang paling lembut pergaulannya dan paling takut kepada Allah. Tidak pernah marah atau mendendam karena dirinya. Beliau marah hanya karena larangan-larangan Allah dilanggar. Tak ada sesuatupun yang dapat mencegah kemarahannya karena Allah ini hingga kebenaran menjadi pihak yang menang. Akhlaknya adalah al-Quran. Beliau adalah yang paling tawadhu‘. Memenuhi kebutuhan keluarganya dan merendahkan sayapnya untuk orang-orang lemah. Orang ynag paling pemalu. Tidak pernah mencela makan sama sekali. Jika menyukai suatu makanan maka ia akan memakannya dan jika
tidak menyukai maka ia akan meninggalkannya. Tidak pernah makan sambil bersandar (leyeh). Juga tidak pernah makan di meja makan. Beliau menyukai manisan, madu dan buah labu.

Kadang-kanga sebulan atau dua bulan di salah satu rumahnya tidak pernah ada asap dapur yang mengepul. Beliau menerima hadiah dan tidka menerima shadaqah. Beliau juga biasa mengesol sepatu, menjahit pakaian, membesuk orang sakit dan memnuhi undangan baik dari orang kaya ataupun miskin. Tempat tidurnya terbuat dari kulit ynag diisi dengan sabut pelepah kurma. Tidak banyak memiliki kesenangan dunia.

Allah telah memberinya kunci-kunci kekayaan dunia tetapi beliau tidak mau mengambilnya dan memilih akhirat. Banyak melakukan dzikir dan fikur. Tidak pernah tertawa lebar, tapi hanya tersenyum. Pernah bergurau dan tidak mengatakan kecuali yang benar. Senantiasa berlaku lemah lembut terhadap para sahabatnya, memuliakan orang yang dimulikan kaummnya dan mengangkatnya menjadi pemimpin mereka. Disebutkan di dlam hadits shahih dari Anas ra, ia berkata :
Aku tidak pernah menyentuh kain celupan atau sutera selembut telapak tangan Rasulullah saw. Aku juga tidak pernah mencium aroma sewangi aroma Rasulullah saw. Aku telah berkhidmat kepada Rasulullah saw selama sepuluh tahun tetapi beliau tidak pernah sama sekali berkata :ah“ kepadaku. Juga tidak pernah mengur terhadap apa yang aku lakukan dengan teguran :“kenapa engkau melakukannya?“ Juga tidak pernah menegur kenapa aku tidak melakukan sesuatu ?“

Ketahuilah bahwa ziarah masjid dan kuburan Nabi saw adlaah merupakan suatu amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Jumhur kaum Muslimin di setiap jaman sampai hari ini telah sepakat tentang hal tersebut. Kesepakatan ini didasarkan kepada sejumlah dalil diantaranya :

Pertama,
Disyariatkan Ziarah Kubur secara umum. Pada keterangan yangllau telah kami sebutkan bahwa Nabi saw biasa pergi setiap malam ke Baqi‘ memberi slam , mendo‘akan dan meintakan ampunan kepada para penghninya. Hal ini tersebut di dalam hadits shahih. Rincian tentang hal ini juga teradapt di dalam hadits-hadits shahih. Sebagaimana diketahui bawha kuburan Rasulullah saw adalah termasuk ke dalam keumumam kuburan sehingga hukum tersebut juga berlaku bagi kuburannya.

Kedua,
Adanya ijma‘ dari para sahabat. Thabi‘in dan orang-orang yang datang sesudah mereka bahwa setiap kali mereka melwati Raudah, merka senantiasa menziarahi kuburan Nabi saw. Hal ini diriwayatkan oleh para Imam terkenal dan jmhur para Ulama termasuk Ibnu Taimiyah.

Ketiga,
Adanya riwayat yang menyebutkan bahwa kebynakan para sahabat melakukan ziarah kubur Nabi saw diantaranya Bilal ra, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dengan sanad jayyid (bagus). Ibnu Umar sebagaimana diriwayatkan oleh Malik di dalam Al Muwattha‘ dan Abu Ayyub sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad. Tidak ada riwaat dari mereka yang menyebutkan bahwa mereka mengingkari amalan ini.

Keempat,
Sebuah riwayat ynag dikeluarkan oleh Ahmad dengan sanad yang shahih bahwa ketika Nabi saw melepas keberangkatan Mu‘adz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan : „Wahai Mu‘adz, barangkali setelah tahunini engkau tidak akan bertemu lagi denganku. Barangkali engkau akan mengunjungi masjid dan kuburanku ini.“

Kata la‘alla (barangkali) dalam bahasa Arab punya makna harapan. Jika huruf an masuk ke dalam khabarnya maka mengandung makna tawaran dan harapan. Kalimat tersebut secara jelas berpesan kepada Mu‘adz agar sekembalinya ke Madinah melakukan ziarah atau kunjunagna ke masjid dan kuburannya guna mengucapkan salam kepadanya.

Kecuali itu hendaklah diketehui bahwa ziarah kuburan Nabi saw punya beberapa aturan ynag harus diikuti. Jika anda diberi kesempatan untuk menziarahinya maka pertama-tama hendaklah anda memasang niat untuk menziarahi masjidnya kemudian kuburan Nabi saw . Sebelum masuk Madinah sebaiknya anda mandi dan memakai pakaian yang bersih kemudian bawalah ingatna anda untuk mengenang kemuliaan kota Madinah ynag pernah ditempati oleh Rasul mulia. Jika telah masuk ke masjid maka hendaklah anda menuju ke Raudah yang mulia guna melaksanakan shalat tahiyatul masjid dua raka‘at di antara kuburan dan mimbar.

Jika anda telah mendekati kuburan Nabi saw janganlah anda meratap-ratap atau bergelayutan di jendela-jendela atau mengusap-usapkan badan ke dindingnya sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan orang-orang bodoh. Itu adlaah bid‘ah yang diharamkan. Tetapi hendaklah anda berdiri dari kubur Nabi saw sekitar empat depa seraya mengucapkan salam kepada Rasulullah saw dengan suara pelan, alu ucapkan : Aku bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adlah hmaba dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan Risalah Rabb-mu, memberi nasehat kepada ummatmu, berdakwah kepada jalan Allah dengan hikmah dan mau‘idzah, dan menyembah Allah sampai kematian datang menjemputmu. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu, kepada keluargamu dan para sahabatmu.

Setelah itu menghadaplah ke Kiblat dan bergeserlah ke kanan sedikit dan berdo‘alah kepada Allah. Sebainya anda memulai do‘a dengan mengucapkan :
„Ya Allah, Engkau telah berfirman dan firman-Mu Benar : „Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya , datang kepada-Mu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohon ampun untuk mereka tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.“ (QS 4 : 64). Kini aku telah datang kepada-Mu seraya meminta ampunan dari segala dosaku dan mengharapkan syafaat-Mu dihadapan- Mu kelak. Ampunilah aku sebagaimana Engkau telah mengampuni generasi para sahabat yang pernah hidup di jaman Nabi-Mu.

Setelah itu berdo‘alah kepada Allah sesuka anda untuk kemashlahatan agama, dunia dan saudara-saudara anda dan kaum Muslimin secara keseluruhan. Tetapi janganlah anda lupa untuk mendo‘akan penulis (dan penterjemah) buku ini.

Ucapkanlah di dalam do‘a anda : Ya, Allah, jika engkau menghimpun generasi pendahulu dan generasi akhir pada hari yang tiada diragukan maka labuhkanlah kain ampunan-Mu kepada hambah-Mu ynag berlumuran dosa, Muhammad Sa‘id bin Mala Ramadhan al Buthy ( dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid). Masukanlah keduanya ke dalam hambahamba-Mu yang berhak mendapatkan ampunan-Mu. Karuniakanlah kepada keduanya untuk bisa memnum minuman sejuk dari telaga Nabi-Mu. Janganlah engkau jadikan keduanya diantara ornag-orang yang Engkau usir dari Rahmat-Mu.

Sesungguhnya kami sangat memerlukan do‘a yang tulus dari saudara-saudara kami dari kejauhan. Semoga anda ynag telah membaca buku ini berkenan untuk menyisipkan do‘a bagi kebaikan kami di tempat ynag penuh berkah itu.

Kami bersyukur kepada Allah atas perkenan-Nya untuk menyelewsaikan buku ini. Semoga Allah mengaruniakan kami untuk dapat berpegang teguh kepada Sunnah kekasih-Nya yang terpilih dan memnuhi hati kami dengan ras cinta kepadanya, serta menghimpun kami di bawah panjinya. Semoga Allah juga melimpahkan semua itu kepada saudara-saudara kami sesama Muslim. Semoga Allah mengampuni segala kesalahan dan kekeliruan yang mungkin terdapat di dalam buku ini. Semoga tujuan yang ihklas dari penulisan buku ini dapat menjadi syafaat untuk bisa diterimanya permohonan ampunan tersebut. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada pemimpn kita ; Muhammad saw, keluarga dan semua sahabatnya.

Akhir do‘a kami, segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta allam.

&

RASULULLAH SAW SAKIT

19 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Pada saat-saat itulah sakit Rasulullahs aw semakin bertambah berat, sehingga Usamah menghentikan pasukan di tempat perkemahan tersebut seraya menantikan apa yang akan diputuskan oleh Allah dalam masalah ini.

Permulaan sakit Rasulullah saw adalah sebagaimana diriwayatkan oelh Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa‘ad dari Abu Muwahibah, mantan bukdan yang dimerdekakan oleh Rasulullahs aw, ia berkata : Rasulullah saw pernah mengutuskku pad atengah malam seraya berkata : Wahai Abu Muwaihibah, aku diperintahkan untuk memintakan ampunan bagi penghuni (kuburan) Baqi‘ ini, maka marilah pergi bersamamu. Kemudian aku pergi bersama beliau.Ketika kami sampai di tempat mereka, beliau mengucapkan :“Assalamu‘alaikum ya ahlal maqabir! Semoga diringankan (siksa) atas kalian sebagaimana apa yang dilakukan manusia, Berbagai fitnah datang seperi gumpalan-gumpalan malam ynag gelap, silih berganti ynag akhir lebih buruk dari yang pertama.“

Kemudian beliau menghampiriku seraya bersabda : „Sesungguhnya aku diberi kunci-kunci kekayaan dunia dan keabadian di dalamnya, lalu au disuruh memilih antara hal tersebut atau bertemu Rabb-ku dan sorga.“ Aku berkata kepada beliau : Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, ambillah kunci-kunci dunia, dan keabadian di dalamnya kemudian surga. Nabi saw bersabda :“Demi Allah tidak wahai Abu Muwahibah! Aku telah memilih bertemu dengan Rab-ku dan sorga.“ Kemudian Nabi saw memintakan ampunan untuk penghuni Baqi’‘dan meninggalkan tempat. Sejak itulah Rasulullah saw mulai meraskan sakit yang kemudian beliau meninggla dunia.

Pertama kali Rasulullah saw merasakan sakit keras di bagian kepalanya. Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa sepulangnya dari Baqi‘, Nabi saw disambut oleh Aisyah ra seraya berkata :“Aduh kepalaku sakit sekali! Lalu Nabi saw berkata kepada Aisyah : Demi Allah wahai Aisyah, kepalaku sendiri terasa sakit. Sakit di bagian kepala itu semakin bertambah berat sehingga menimbulkan demam yang sangat serius.
Permulaan sakit ini terjadap pada akhir-akhir bulan Shafar tahun ke 11 Hjri. Dalam pada itu Aisyah ra senantiasa menjampirnya dengan sejumlah ayat-ayat alQuran yang berisi mu‘awwidzat (permintaan perlindungan kepada Allah).

Bukhari dan Muslim mneriwayatkan dari Urwah bahwa Aisyah ra mengabarkan , sesungguhnya Rasulullah saw apabila merasakan sakit beliau meniup dirinya sendiri dengan mu‘awwidzat dan mengusapkan dengan tangannya. Dan ketika mengalami sakit kepala ynag kemudian disusul kematiannya, itu akulah yang meniup dengan mu‘awwidzat yang biasa digunakannya lalu aku usap dengn tangan Nabi saw.
Para istri beliau memahami keinginan Nabi saw untuk dirawat di rumah Aisyah, karena mereka tahu Nabi saw santa mencintainya dan merasa tenteram dirawat olehnya. Dengan ijin dari para istri beliau akhirnya Nabi saw dipindahkan ke rumah Aisyah dan rumah Maimunah dengan dipapah oleh al Fadhal dan Ali bin Abi Thalib.

Di rumah Aisyah ra sakit Rasululah saw semakin bertambah keras. Mengetahui para sahabatnya sudah mulai cemas dan bersedih karena dirinya maka Nabi saw bersabda : „Siramkanlah aku dengan tujuh qirbah air karena aku ingin keluar berbicara kepada mereka.“ Aisyah ra berkata :“Kemudian aku dudukkan Nabi saw di tempat mandi lalu kami guyur dengna tujuh qirbah air tersebut sampai beliau mengisyaratkan dengan tangannya : cukup“ Kemudian beliau keluar dan berkhutbah kepada mereka. Nabi saw keluar dengan kepala terasa pusing lalu duduk di atas mimbar. Pertama-tama Nabi saw berdo‘a dan memintakan ampunan untuk para Mujahidin Uhud, lalu bersabda :

„Seorang hamba diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kekayaan dunia atua apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba itu memilih apa yang ada disisi-Nya.“ Serta merta Abu Bakar menangis (karena mengetahui apa yang dimaksud Nabi saw) seraya berkata dengan suara keras : Kami tebus engkau dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami. Kemudian Nabi saw bersabda :
„Tunggu sebentar wahai Abu Bakar! Wahai manusia sesungguhnya orang yang paling bermurah hati kepadaku dalam hartanya dan persahabatannya ialah Abu Bakar. Seandainya aku hendak mengangkat orang sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu Bakarlah khalilku, akan tetapi persaudaraan ynag sejati adalah persaudaraan Islam. Tidak boleh ada Khaukah (lorong) di masjid kecuali Khaukah (lorong) Abu Bakar. Sesungguhnya aku adalah tanda pemberi petunjuk bagi kalian dan aku menjadi saksi atas kalian. Demi Allah, sesungguhnya sekarang ini aku melihat telagaku. Sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci dunia. Demi Allah , aku khawatir kalian akan menjadi musyrik sesudahku tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.

Kemudian Rasulullah saw kembali ke rumah dan sakitnya bertambah berat. Aisyah ra berkata : Pada waktu sakit, Rasulullah saw pernah berkata kepadaku : Panggillah kemari Abu Bakar, bapakmu dan saudaramu, sehingga aku menulis sesuatu wasiat. Sebab aku khawatir ada orang yang berambisi mengatakan :“Aku lebih berhak“, padahal Allah dan orang-orang Mukmin tidka rela kecuali Abu Bakar.

Ibnu Abbas meriwayatkan katanya : Ketika Rasulullah saw sedang sakit keras, beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di dalam rumah : Kemarilah aku tuliskan sesuatu wasiat buat kalian di mana kalian tidak akan sesat sesudahnya. Kemudian sebagian mereka berkata , sesungguhnya Rasululah saw dalam keadaan sakit keras sedangkan di sisi kalian ada al-Quran, cukuplah bagi kita Kitab Allah. Maka timbullah perselisihan diantara orang-orang yang ada di dalam rumah. Diantara mereka ada yang berkata : Mendekatlah, beliau hendak menulis suatu wasiat buat kalian di mana kalian tidak akan sesat sesudahnya. Diantara mereka ada juga yang mengatakan selain itu.

Mendengar perselisihan itu bertambah sengit dan gaduh akhirnya Rasulullah saw bersabda : Bangkitlah kalian. Ketika Rasulullah sawa sudah tidak kuat lagi keluar untuk mengimami shala maka beliau bersabda : „perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami shalat.“ Aisyah ra menyahut : Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar seorang ynag lembut. Jika dia menggantikanmu maka suaranya tidak dapat didengar oleh orang. Nabi saw bersabda : “Kalian memang seperti perempuan-perempuan Yusuf. Perintahkan Abu Bakar supaya mengimami shalat jama‘ah.“

Setelah itu Abu Bakarlah yang bertindak sebagai Imam shalat jama‘ah. Pada suatu hari, ketika Rasulullah saaw merasa sudah agak enak badan Nabi saw keluar kemudian mendapati Abu Bakar sedang mengimami shalat jama‘ah. Melihat kedatangan Rasulullah saw ini lalu Abu Bakar mundur tetapi diberi isyarat oleh Nabi saw agar tetap di tempatnya. Kemudian Nabi saw duduk di samping Abu Bakar lalu shalat mengikuti shalat Nabi saw yang dilakukannya dengan duduk itu, sementara itu orang-orang shalat mengikuti shalat Abu Bakar.

Orang-orang merasa gembira karena melihat Nabi saw tersebut, tetapi sebenarnya sakit beliau semakin bertambah serius dan rupanya hal itu merupakan kesempatan terakhir Rasulullah saw keluar melakukan shalat bersama orang banyak.

Ibnu Mas‘ud meriwayatkan, katanya : Aku pernah masuk membesuk Rasulullah saw ketika beliau sedang sakit keras , llau aku pegang beliau dengan tanganku seraya berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengalami demam panas sekali. Jawab Nabi saw : „Ya, demam ynag kurasakan sama dengan yang dirasakan oleh dua orang dari kalian (dua kali lipat).“ Aku katakan : „Apakah hal ini karena engkau mendapatkan dua pahala?“ Nabi saw menjawab :““Ya, tidaklah seorang Muslim menderita sakitnya itu kesalahan-kesalahannya sebagaimana daun berguguran dari pohonnya.“

Dalam keadaan sakit keras seperti itu Rasulullah saw menutupi wajahnya dengan kain. Apabila dirasakan sakit sekali maka beliau membuka wajahnya lalu bersabda :“Semoga laknat Allah ditimpahkan ke atas orang-orang Yahudi dan Nasrani ynag menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.“ Seolah-olah Nabi saw memperingatkan kaum Muslimin dari tindakan seperti itu.

&

PENGIRIMAN USAMAH BIN ZAID KE BALQO‘

19 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Belum lama Rasulullah saw sampai di Madinah sehingga beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap memerangi orang-orang Romawi. Rasulullah saw memilih Usamah bin zaid untuk mempimpin peperangna ini. Usamah bin Zaid ketika itu masih berusia sangat muda. Ia diperintahkan oleh Rasulullahs aw agar pergi ke tempat di mana ayahnya, Zaid bin haritsah terbunuh. Disamping mendatangi perbatasan Balqo‘ dan Darum di bumi Palestina. Keberangkatan zaid bin Usamah ini bersamaan dengan permulaan sakit Rasulullah saw ynag kemudian disusul dengan kematian beliau.

Tetapi orang-orang munafiq menolak pemberangkatan ini seraya berkomentar : “Dia (Nabi saw) mengangkat anak ingusan menjadi komandan di kalangan pembesar Muhajirin dan Anshar.“ Kemudian Rasulullah saw keluar, dalam keadaan kepada sudah terasa sakit, lalu berbicara kepada orang-orang seraya bersabda :
„Jika kalian (orang-orang munafiq) menggugat kepemimpinan Usamah bin Zaid maka (tidaklah aneh karena) sesungguhnya kalian juga pernah menggugat kepemimpinan ayahnya sebelumnya. Demi Allah, sungguh ia pantas dan laik memegang kepemimpian itu. Demi Allah, ia adalah orang yang sangat aku cintai. Demi Allah, sesungguhnya (pemuda) ini (maksudnya Usamah bin Zaid) sangat baik dan pantas. Demi Allah, ia adalah orang yang sangat aku cintai, maka aku wasiatkan kepada kalian agar mentaatinya karena sesungguhnya ia termasuk orang-orang shalih di antara kalian.“

Kemudian orang-orang pun bersiap-siap. Kaum Muhajirin dan Anshar keluar semuanya bersama Usamah. Usamah membawa pasukannya keluar Madinah lalu berkemah di Al Jurd ( satu farsakh dair kota Madinah).

&

HAJI WADA‘ BESERTA KHUTBAHNYA

19 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

ImamMuslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, ia berkata :
Selama 9 tahun tinggal di Madinah Munawarah, Nabi saw belum melaksanakan Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji. Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti Rasulullah saw dan mengamalkan ibadah Haji sebagaimana amalan beliau.

Pada tanggal 25 Dzul Qa‘dah Rasulullah saw keluar dair Madinah. Jabir berkata : Setelah onta yang membawanya sampai di lapangan besar aku lihat sejauh pandangan mata lautan manusia mengitari Rasulullah saw , di depan , belakang, sebelah kiri dan kanan beliau. Rasulullah sendiri berada di hadapan kami dan di saat itu pula beliau menerima wahyu.

Ada perbedaan pendapat di kalangan para perawi. Ahlul Madinah berpendapat bahwa nabi saw melaksanakan haji ifrad, sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa beliau melakukan haji Qiran. Rasulullah saw memasuki kota Mekkah dari bagian atas dari jalan Kada‘ hingga tiba di pintu Banu Syaibah. Ketika melihat Ka‘bah beliau mengucapkan do‘a :
“Ya, Allah tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan, dan kewibawaan kepada rumah ini. Tambahkanlah pula kemuliaan, kehormatan, kewibawaan, keagungan dan kebajikan kepada orang yang mengagungkannya di antara orang-orang yang mengerjakan haji dan umrah.”

Rasulullah saw melaksanakan ibadah hajiya seraya mengajarkan manasik dan sunnah-sunnah haji kepada orang-orang yang menunaikan ibadah haji bersamanya. Pada hari Arafah, Rasulullahs aw menyampaikan khutbah umum di tengah-tengah kaum Muslimin yang sedang berkumpul di tempat wuquf. Berikut ini adlah teks khutbah beliau :

„Wahai manusia , dengarkanlah apa yang hendak kukatakan. Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya…. Hai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga) seperti hari dan bulan suci sekarang ini di negeri kalian ini, Ketahuilah, sesungguhnya segala bentuk perilaku dan tindakan Jahiliyah tidak boleh berlaku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa Jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Tindak pembalasan jahiliyah seperti itu pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan pembalasan atas kematian Ibnu Rabi‘ bin al Harits.

„Triba jahiliyah tidak berlaku, dan riba yang pertama kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi …… “Hai manusia, di engeri kalian ini, setan sudah putus harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi masih mengininkan selain itu. Ia akan merasa puas bila kalian melakukan perbuatan yang rendah. Karena itu hendaklah kalian jaga bai-baik agama kalian!….

Hai manusia sesungguhnya menunda berlakunya bulan suci akan menambah besarnya kekufuran. Dengan itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan ynag telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah.

Sesungguhnya jaman berputar seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa‘dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya‘ban…“ Takutlah Allah dalam memperlakukan kaum wanita, karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah. Sesungguhnya kalian mempunyai hak atas para istri kalian dan mereka pun mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas mereka ialah merka sama sekali tidak boleh memasukkan orang ynag tidka kalian sukai ke dalam rumah kalian. Jika mereka melakukan hal itu maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka aas kalian ialah kalian harus memberi nafkah dan pakaian kepada mereka secara baik.

Maka perhatikanlah perkataanku itu, wahai manusia, sesungguhnya aku telah sampaikan. Aku tinggalkan sesuatu kepada kalian, yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.

Wahai manusia, engarkanlah taatlah sekalipun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaa dari Habasyah yang berhitung gruwung, selama ia menjalankan Kitabullah kepada kalian.
„Berlaku baiklah kepada para budak kalian….. berilah mereka makan apa yang kalian makan dan berilah pakaian dari jenis pakaian yang sama dengan kalian pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang tidak bisa kalian ma‘afkan maka juallah hambah-hamba Allah itu dan janganlah kalian menyiksa mereka.“

„Wahai manusia , dengarkanlah perkataanku dan perhatikanlah ! Kalian tahu bahwa setiap orang Muslim adalah saudara bagi orang-orang Muslim yang lain, dan semua kaum Muslimin adalah saudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali yang telah diberikan kepadany adengan senang hati, karena itu janganlah kalian meganiaya diri sendiri …

Ya Allah sudahkah kusampaikan ? Kalian akan menemui Allah maka janganlah kalian kembali sesudahku menjadi sesat, sebagian kalian memukul tengkuk sebagian yang lain. Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarkannya (secara langsung). Kalian akan ditanya tentang aku maka apakah yang hendak kalian katakan ?
Mereka menjawab : Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan (risalah9, telah menunaikan dan memberi nasehat.“ Kemudian seraya menunjuk ke arah langit dengna jari telunjutnya, nabi saw bersabda : Ya Allah, saksikanlah (tiga kali).“

Nabi saw tetap tinggal di Arafah hingga terbenam matahari. Pada saat terbenam matahari itu Nabi saw berserta orang-orang yang menyertainya berangkat ke Muzdalifah. Seraya memberikan isyarat dengan tangan kanannya beliau bersabda :
„Wahai manusia, haram tenang, harap tenang!“. Kemudian beliau menjama‘ takhir shalat maghrib dan Isya‘ di Muzdalifah kemudian sebelum terbit matahari beliau berangkat ke Mina, lalu melontar Jumratul Aqabah dengan tujuh batu kecil seraa bertakbir di setiap lontaran. Setelah itu beliau pergi ke tempat penyembelihan lalu menyembelih 63 binatang sembelihan (budnah). Kemudian beliau menyerahkan kepada Ali untuk menyembelih sisana sampai genap 100 sembelihan. Setelahitu beliau naik kendaraannya berangkat ke Ka‘bah (ifadhah) lalu shalat dhuhur di Mekkah, dan pergi mendatangi Banu Abdul Muthalib ynag sedang mengambil air Zamzanm lalu bersabda . „Timbalah wahai banu Wabdul Muthalib, kalulah tidka karena orang-orang berebut bersama kalian, niscaa aku menimba bersama kalian.“ Kemudian mereka memberikan setimba air kepadany adan beliaupun minum darinya. Akhirnya Nabi saw berangkat kembali ke Madinah.

Beberpa Ibrah.
Pertama : Bilangan Hji Rasulullah saw dan Waktu disyari‘atkannya Haji

Para Ulama berselisih pendapat : Apakah Rasulullah saw pernah melakukan haji di dlaam Islam selain pelaksanaan haji ini ? Turmudzi dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa beliau pernah melakukan ibadah haji tiga kali sebelum hijrahnya ke Madinah. AL Hafidz Ibnu Hajar di dalam Fath-hul Bari berkata : Pendapat ini didasarkan kepada jumlah kedatangan utusan Anshar yang pergi ke Aqabah di Mina setelah haji Pertama, mereka datang lalu membuat janji. Kedua, mereka datang lalu melakukan baiat yang pertama. Ketiga mereka datang lalu melakukan baiat kedua.

Diantara para Ulama yang meriwayatkan bahwa Nabi saw sebelum Hijrah melakukan haji setiap tahun. Kendatipun demikian, tidak diragukan lagi bahwa kewajiban haji ini disyariatkan pada tahun ke 10 Hijri. Sebelum tahun ini haji bukan merupakan kewajiban. Setelah tahun ini Nabi saw tidak pernah melakukan haji selain dari haji tersebut. Oleh karena itu diantara para sahabat banyak yang menamakan haji wada‘ ini dengna Hijjatul Islam atau Hijjatu Rasulillah saw. Imam Muslim menjadikan nama yang terakhir (Hijjatu Rasulillah saw) sebagai judul hadits-hadits mengenai haji Rasulullah saw ini.

Diantara dalil yang membuktikan bahwa haji belum diwajibkan sebelum tahun ke-10 Hijri, ialah riwayat ynag disebutkan oleh Bukhari dan Muslim mengenai utusan Abdul Qais yang datang menemui Nabi saw. Di dalam riwayat tersebut diceritakan bahwa mereka berkata kepada Nabi saw : „Perintahkan kepada kami dengan perkara yang tegas yang akan kami lakukan dan kami perintahkan pula kepada orang-orang di belakang kami, yang dengan itu kami dapat masuk surga.“ Nabi saw bersabda : „Aku perintahkan kalian dengan empat hal dan aku larang kalian dari empat hal pula.“

Selanjutnya Nabi saw menyebutkan empat perintah tersebut seraya bersabda : „Aku perintahkan kalian agar beriman kepada Allah, menegakkan shalat , menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan dan memberikan seperlima dari harta pampasan.“

Nampaknya Nabi saw menyebutkan soal keimanan kepada Alah hanyalah sebagai tambahan empat perkara tersebut, karena ia sangat dikenal oleh mereka. Tetapi beliau mengulangi perintah tersebut untuk menegaskan dan menjelaskan bahwa ia (keimanan) merupakan asas bagi empat perkara yang disebutkan sesudahnya.
Kedatangan utusan ini (Banu Abdul Qais) adalah pada tahun ke-9 Hijri. Seandainya haji sudah diwajibkan pada waktu itu niscaya Nabi saw akan menyebutkannya diantara sejumlah hal ang diwajibkan kepada mereka.

Kedua : Makna Agung dari Haji Rasulullah saw

Haji Rasulullah saw ini memiliki makna yang sangat besar yang berkaitan dengan dakwah Islam kehidupan Nabi saw dan sistem Islam. Kaum Muslimin telah belajar dari Rasulullah saw tentang shalat, puasa, zakat dan segala hal yang berkenaan dengan peribadatan dan kewajiban mereka. Kini Nabi saw tinggal mengajarkan kepada mereka manasik dan cara pelaksanaan ibadah haji, setelah tradisi-tradisi jahiliyah ynag biasa dilakukan pada musim-musim haji itu dihapuskan oleh
beliau bersamaan dengan penghancuran berhala yang ada di dalam baitullah.

Ajakan untuk melaksanakan ibadah haji ke Baitullah tetap berlaku hingga Hari Kiamat. Ia adalah ajakan Abul Anbiya, Ibrahim as, berdasarkan perintah dari Allah swt. Tetapi berbagai penyimpangan jahiliyah dan kesesatan kaum penyembah berhala telah menbamhakan kedalamnya berbagai tradisi ynag bathil dan mencampurkannya dengan berbagai bentuk kekafiran dan kemusyrikan. Kemudian Islam datang untuk membersihkan segala macam karat dan kotoran yang melekat pada ibadah ini, sehingga menjadi bersih kembali dan memancarkan cahaya tauhid serta dilakukan atas dasar ubudiyah secara mutlak kepada Allah.

Oleh sebab itu, Rasulullah saw mengumumkan kepada semua orang bahwa beliau hendak menunaikan ibadah haji. Dan karena itu pula , orang-orang datang dari segala penjuru ingin melaksanakan ibadah haji bersama beliau agar dapat melakukan amalanamalan ibadah haji secara benar dan tidak terjerumus melakukan sisa-sisa tradisi jahiliyah.

Nampaknya Nabi saw telah diberitahu suatu isyarat bahwa tugasnya di muka bumi sudah hampir selesai. Amanah (dakwah Islam) telah tersampaikan, bumi jazirah telah penuh dengan tanaman tauhid dan Islam pun telah menyebar serta menyerbu hati manusia di setiap tempat. Kaum Muslimin ynag pada hari itu sudah berjumlah banyak yang menyebar di berbagai penjuru sangat merindukan pertemuan dengan Rasul mereka dan ingin mendapatkan nasehat-nasehat serta petunjuknya. Demikian pula Rasulullah saw , beliau sangat merindukan pertemuan dengan mereka, terutama dengan lautan manusia ang baru saja masuk Islam dari berbagai penjuru jazirah Arabia yang belum pernah mendapatkan kesempatan yang cukup untuk bertemu dengan beliau. Kesempatan yang paling besar dan paling indah untuk pertemuan tersebut hanyalah didapatkan dalam kesempatan ibadah haji ke Baitullah dan di padang Arafat. Pertemuan antara Ummat dan Rasulnya di bawah naungan salah satu syiar Islam yang terbesar. Pertemuan ynag menurut pengetahuan Allah dan ilham Rasul-Nya sebagai pertemuan tausiyah( Nasehat) dan wada‘ (perpisahan).

Rasulullah saw juga ingin bertemu dengan rombongan kaum Muslimin yang datang sebagai hasil jihad selama 23 tahun, guna menyampaikan kepada mereka tentang ajaran Islam dan sistemnya dalam suatu ungkapan yang singkat tapi padat, dan nasehat yang ringkas tetapi sarat dengan ungkapan perasaannya dan getaran-getaran cintanya terhadap ummatnya. Dari wajah-wajah mereka Rasulullah saw ingin melihat potret akan datang, sehingga semua nasehat dan pesan-pesannya bisa sampai kepada mereka dari balik tembol-tembok jaman dan dinding-dinding kurun.

Itulah sebagian makna haji Rasulullahs aw : Hijatul Wada‘ ( haji perpisahan). Makna ini akan anda saksikan secara jelas di dalam khutbahnya yang disampaikan di lembah Urnah pada hari Arafah.

Ketiga : Renungan Tentang Khutbah Wada‘

Sungguh kalimat-kalimat yang disampaikan di padang Arafah begitu indah. Beliau bukan saja berbicara kepada mereka yang hadir di padang Arah tetapi kepada semua generasi dan sejarah sesudah mereka. Kalimat-kalimat ini disampaikannya setelah beliau menyampaikan amanah, menasehati Ummat dan berjihad di jalan dakwah selama 23 tahun tanpa bosan dan jemu. Demi Allah, betapa indahnya saat itu. Saat di mana ribuan kaum mu’‘llaf berhimpun di sekitar Rasulullah saw dengan penuh ketaan dan ketundukkan, padahal mereka sebelumnya memusuhi dan memeranginya. Ribuan orang mu’‘llaf yang memenuhi padang Arafah sejauh mata memandang dari berbagai arah itu menjadi bukti kebenaran firman Allah :
„Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).“ QS Al-Mukminin : Dari wajah-wajah ummat manusia, dengarkanlah perkataanku. Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selamalamanya….“

Duni terdiam mendengarkan khutbah beliau.Semuanya hening mendengarkan kalimat perpisahan ynag keluar dari lisan Rasulullah saw, setelah dunia seisinya berbahagia dengan kehadirannya selama 23 tahun. Kini setelah bertugas melaksanakna perintah Allah dan menanamkan pohon-pohon keimanan di bumi, beliau mengisyaratkan sebuah perpisahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini beliau ingin menyampaikan secara singkat prinsip-prinsip Islam yang dibawanya dan diperjuangkannya selama ini, dalam ungkapan ynag singkat tapi syarat makna.

Apakah tema pertama dari khutbah beliau tersebut ? Subhanallah ! Alangkah agung dan indahnya khutbah ini! Seolah-olah taushiah beliau ini diilhami oleh realitas berbagai penyelewengan yang akan dilakukan oleh beberapa kaum dari ummatnya sepanjang jaman, akibat mengikuti orang lain dan meninggalkan cahaya yang akan diwariskannya kepada mereka. Sabda beliau :
„Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga) sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian, seperti hari dan bulan suci sekarang ini:“

Di akhir khutbahnya Rasulullah saw mengulang sekali lagi wasiat ini dan menegaskan akan pentingnya hal tersebut, dengan menyatakan : „Kalian tahu bahwa setiap Muslim adalah saudara bagi orang Muslim ynag lain, dan semua kaum Muslimin adlaah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali ynag telah diberikan kepadanya dengan senang hati, karena itu janganlah kalian menganiaya diri sendiri Ya Allah , sudahkan kusampaikan ?“

Kitapun sekarang menjawab : Demi Allah engkau telah menyampaikannya wahai Rasulullah. Barangkali kita sekrang ini lebih patut untuk memberikan jawabannya kepadamu wahai Rasulullah. Ya Allah, beliau telah menyampaikannya! …Kendatipun kami belum sepenuhnya melaksankaan tanggungjawab tersebut.

Tema kedua dari khutbah beliau : Bukan sekedar tasusiah tetapi merupakan qoror (keputusan) ynag diumumkan kepada semua orang, kepada mereka yang hadir di sekitarnya dan juga kepada ummat-ummat yang akan datang sesudahnya. Qoror itu berbunyi :
„Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi! Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Riba Jahiliyah tidak boleh berlaku lagi.“

Apa maknanya yang terkandung di dalam qoror ini? Ia menegaskan bahwa segala macam hal yang pernah dibanggakan dan dipraktekkan oleh Jahiliyah, diantaranya seperti tradisi fanatisme, kekabilahan, perbedaan-perbedaan yang didasarkan kepada bahasa, keturunan, dan ras, atau penghambaan seseorang terhadap sesamanya dan pemerasan (riba), dinyatkaan tidka berlaku lagi. Pada hari ini praktek-praktet Jahiliyah itu merupakan barang busuk yang telah ditanam oleh syariat Allah ke dlaam perut bumi.

Praktek-praktetk Jahiliyah itu dalam kehidupan seorang Muslim pad ahari ini letaknya berada di bawah telapak kaki. Ia adalah najis yang harus dibersihkan kezhaliman yang harus dilenyapkan. Siapakah gerangan yang ingin menggali dan mengeluarkan lagi barang busuk itu ? Adakah orang yang berakal sehat ynag masih ingin memulung sampah busuk itu lagi ? Orang pembangkang macma apakah yang sengaja menggunakan rnatai dan borgol yang baru saja dihancurkan oleh Islam itu ?

Najis-najis dari tradisi jahiliyha itu telah disingkirkan oleh Rasulullah saw dari titik tolak kemanusiaan serta kemajuan pemikiran dan peradabannya. Tradisi-tradisi jahiliyah itu dinyatakan oleh Nabi saw sebagai barang busuk yang harus ditanam dibawah telapak kaki. Penegasan ini untuk membuktikan kepada dunia dan semua generasi manusia bahwa siapa saja yang mengklaim kemajuan pemikiran sementar adia sendiri sengaja membangkitkan kemblai barang busuk ynag lama dikuburkan itu maka sebenarnya dia adalah orang yang kemblai dan mundur ke belakang, memasuki goa-goa sejarah lama yang sangat gelap dan pengap, kendatipun dia merasa melakukan modernisasi dan pembanungan peradaban.

Tema ketiga dair khutbah beliau : Menyatakan tentang keserasian jaman dengan nama-nama bulan yang disebutkan, setelha sekian lama dipermainkan oleh orang-orang Arab di masa jahiliyah dan permulaan Islam. Orang-orang Arab di jaman Jahiliyah dahulu seerti dikatkaan oleh Mujahid dan lainnya melakukan ibadah haji merkea selama dua tahun di buan tertentu. Kadang-kadang mereka melakukan ibadah haji di bulan Dzul Hijjah selama dua tahun dan seterusnya. Ketika Rasulullah saw melakukan ibadah haji tahun ini bertepatan dengan bulan Dzul Hijjah, dan pada saat itu Rasulullah saw mengumumkan baha jaman telah berputar seperti keadaan pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Yakni janganlah kalian mempermainkan bulan-bulan itu dengan mendahulukan atau mengakhirkannya. Setelah hari ini tidak dibenarkan melakukan ibadah haji kecuali pada bulan ynag telah ditetapkan namana : Dzul Hijjah.

Sebagian Ulama‘ menyebutkan bahwa kaum Musyrikin pada waktu itu mengira baha satu tahun terdiri dari 12 bulan dan 15 hari, sehingga mereka melakukan ibadah haji pada bulan Ramadhan, Syawal, Dzul Qa‘dah dan bu bulan apa saja. Ini karena mengikuit peredaran bulan dengna tambahan 15 hari setiap tahunnya.

Ibadah haji dilakukan oleh Abu Bakar adalah di tahun ke 9 Hijri, jatuh pada bulan Dzul Qa‘dah, disebabkan oleh perhitungan tahun yang dibuat oleh ornag-oran Arab Jahiliyah tersebut. Karena itu, pada tahun berikutnya (tahun di mana Rasulullah saw melakuan haji wada‘) haji dilakukan tepat dengan bulan-bulan ditetapkannya ibadah haji.

Pada saat itu pula Rasulullah saw mengumukan dihapuskannya hisab lama dan bahwa satu tahun setah hari ini hanya terdiri dari 12 bulan. Setelah hari ini tidak boleh ada tambahan lagi. Al Qurthubi berkat : Pernyataan ini sama dengan sabda Nabi saw : „Sesungguhnya jaman telah berputar…“ yakni sesungguhnya waktu ibadah haji telah kembali kepada waktunya ynag asal ynag telah ditetapkan oleh Allah ketika menciptakan langit dan bumi, yaitu asal pensyariatan yang telah diketahui Allah seblumnya.

Tema keempat dari khutbah beliau : Wasiat Rasulullah saw agar berlaku baik terhadap kaum wanita. Wasiat ini, yang ditegaskan dlaam kalimat ynag singkat tapi padat, menghapuskan seglaa bentuk penganiayaan terhadap kaum wanita dan memperkokoh jaminan hak-hak asasinya dan kehormatannya sebagai manusia. Masalah ini memang perlu ditegaskan dlaam tausiyah seperti ini, karena kaum Muslimin pada waktu itu masih sangat dekat periode mereka dengan tradisi-tradisi Jahiliyah ynag mengabaikan wanita dan tidak memberikan hak sama seklai kepadanya.

Barangkali ada hikmah lain dari tausiyah dan perhatian ini, diantaranya agar kaum Musliin di setiap jaman dan tempat seanntiasa menyadari tentnag perbedaan besar antara kehormatan wanita serta hak-haknya ynag thabi‘I ynag telah dijamin oleh Islam dan apa ynag menjadi sasaran sebagian orang ynag menghalalkan segala cara untuk menikmati dan mempermainkan kaum wanita.

Tema kelima dari khutbah beliau : nabi saw meletakkan semua problematika manusia di hadapan dua sumber nilai, Siapa yang berpegang teduh dengan keduanya maka dijamin akan terhindar dari segala macam kesengsaraan dan kesesatan. Kedua sumber nilai kehidupan itu ialah : Kitabullah (al-Quran) dan Sunnah Rasul- Nya.
Jaminan ini tidak hanya berlaku bagi para sahabatnya saja tetapi juga bagi semua generasi ynag datang sesudahnya. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw agar manusia menyadari bahwa berpegang teguh kepada kedua sumber tersebut bukan hanya diwajibkan atas generasi tertentu atau jaman tertentu saja. Juga agar manusia menyadari bahwa perkembangan peradaban atua kemajuan jaman apapun dan bagaimanapun tidak boleh mengalahkan atau menentang kedua sumber nilai kehidupan tersebut.

Tema keenam dari khutbah beliau : Penjelasan Nabi saw tentnag hubungan yang seharusnya dibina antara seorang Hakim (penguasa) atau Khalifah atau Kepala Negara dan rakyatnya. Ia adalah hubungan ketaatan dari rakyat terhadap pimpinannya betatapun keturunan, warna kulit, dan bentuk lahiriyahnya selama dia tetap menjalankan hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Tetapi apabila dia menyimpan dari keduanya maka tidak ada kewajiban untuk taat kepadanya. Penguasa itu punya hak untuk diataati hanya karena dia menjalankan al-Quran dan Sunnah, Jika penguasa benar-benar melaksanaan alQuran dan Sunnah maka tidak ada masalah setelah itu sekalipun dia seroang budak dari Ethiopia yang berambut keriting dan berhidung gruwung. Sebab semua bentuk lahiriyah itu tidak merendahkan derajatnya sedikitpun di sisi Allah.

Dengan demikian Rasulullah saw telah menjelaskan kepada kita bahwa seorang Hakim (Penguasa) tidak memiliki keistimewaan apapun di hadapan hukum-hukum Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Kedaulatannya tidak akan dapat meletakkannya di atas manhaj dan hukum Islam. Karena pada hakekatnya ia bukan penguasa dan tidak memilikiki kedaulatan apapun. Tetapi ia hanyalah seornag ynag diberi kepercayaan oleh kaum Muslimin untuk melaksanakan hukum Allah. Oleh se4bab itu, syariat Islam tidak pernah mengenal apa yang disebut dengna kekebalan hukum atau hak istimewa bagi pihak tertentu di kalangna kaum Muslimin dalam masalah-masalah hukum, undang-undang atau peradilan.

Akhirnya, Rasulullah saw merasakan telah melaksanakan tanggung jawab dakwahnya. Demikianlah, Islam telah tersebar luas, kesesatan-kesesatan Jahiliyah dan kemusyrikan telah tergusur dan hukum-hukum syariat Ilahiyah pun telah tersampaikan seluruhnya. Maka turunlah wahyu kepadanya ynag menyatkan keapda ummat manusia :
„Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoai Islam menjadi agama bagimu.“ (QS Al-Maidah: 3)

Tetapi Nabi saw ingin menenangkan hatinya dengan kesaksian ummmatnya di hadapan Allah pada hari Kiamat kelak, lalu di akhir khutbahnya itu beliau menanyakan seraya berseru : „Sesungguhnya kalian akan ditanya tentang aku maka apakah yang hendak kalian katakan kelak?“

Dengan serempat dan suara keras orang-orang yang ada di sekelilingnya menjawab : „Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, telah menunaikan dan telah memberi nasehat.“ Saat itu Rasul yang agung itu telah merasa tenang.

Rasulullah saw ingin memastikan kesaksian ini karena kesaksian itulah yang akan digunakan untuk menghadap Allah kelak. Setelah merasa tenang dan terlihat perasaan ridha di kedua mata beliau, akhirnya beliau melihat ke arah langit seraya menunjuk dengna jari telunjuknya kemudian memandang kepada ummatnya seraya berkata : „Ya, Allah saksikanlah ! Ya, Allah saksikanlah ! Ya Allah saksikanlah.!“

Duhai betapa besar kebahagiaan itu ! Kebahagiaan Rasulullah saw karena telah mengorbankan masa mudanya dan menghabiskan uurnya demi menyebarkan syariat Allah. Kebahagiaan Nabi saw semakin bertambah besar , ketika beliau menyaksikan hasil pengorbanannya tersebut : Gemuruh suara meneriakkan tauhidullah, dahi-dahi yang tunduk sujud kepada agama Allah dan hati-hati manusia yang khusyu‘ dan bergetar karena cinta Allah. Betapa bahagianya kekasih Allah pada saat itu! Saat mengenang kembali segala penderitaan dan penganiayaan yang pernah dialaminya di jalan dakwah dan keimanan ynag tleah diratakannya di muka bumi ini. Semoga kebahagiaan seantiasa menyertaimu wahai junjungan kami.

Demi Allah, itu bukan hanya kesaksian ribuan kaum Muslimin yang pernah berhimpun di sekelilingmu di pada Arafah wahai Rasulullah! Tetapi itu juga merupkan kesaksian kaum Muslimin di setiap generasi dan jamam sampai Allah mewariskan bumi seisinya : Kami bersaksi wahai Rasululllah saw bahwa engkau telah menyampaikan telah menunaikan dan memberi nasehat. Semoga Allah memberikan balasan kepadamu dengan sebaik-baik balasan ynag diberikan kepada seornag Nabi dari ummatnya.

Tetapi tanggung jawab dakwah tu telah berpindah sesudahmu ke atas pundakpundak kami. Namun pad ahari ini kami masih belum melaksanakan sepenuhnya. Adakah kami dapat menemuimu kelak wahai junjungan kami, sementara dosa-dosa kami menumpuk karena kemalasan, keengganan dan ketertarikan kami kepad akehidupan dunia. Padahal para sahabatmu ynag mulia rela mengucurkan darah mereka, mengorbankan harta benda mereka dan menginjak-injak dunia dengan telapak kaki mereka demi membela syariatmu, memperjuangkan dakwahmu dan mengikuti jihadmu.
Semogalah Allah berkenan memperbaiki kondisi kaum Muslimin secara keseluruhan dan menyadarkan kita dari mabuk dan buaian hawa nafsu. Semoga Allah berkenan melimpahkan karunia dan kelembutan-Nya kepada kami.

Kemudian Rasulullah saw menyempurnakan ibadah hajinya dan meminum air zamzam. Setelah mengajarkan manasik kepada ummatnya, beliau lalu kembali ke Madinah guna melanjutkan jihadnya di jalan agama Allah.
&

NABI SAW MENGUTUS PARA UTUSAN GUNA MENGAJARKAN PRINSIP-PRINSIP ISLAM

19 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Sebagaimana para utusan datang menemui Rasulullah saw untuk menyatakan keislamannya, demikian pula sebaliknya Rasulullah saw mengirim beberepa utusan ke berbagai penjuru, terutama ke bagian selatan Jazirah, guna mengajarkan prinsip-prinsip dan hukum-hukum Islam kepada manusia. Islam telah menyebar di seantero Jazirah sehingga sangat diperlukan para mu‘allim, da‘I dan mursyid yang datang menjelaskan hakekat ajaran Islam kepada manusia.

Rasulullah saw mengirim Khalid bin Walid ke Najran guna mengajak penduduknya kepada Islam dan mengajarkan prinsip-prinsipnya kepada mereka. Nabi saw juga mengirim Ali ra ke Yaman untuk misi yang sama. Disamping itu Rasulullah saw juga mengirim Abu Musa al-Asyari dan Muadz bin Jabal ke Yaman. Masing-masing utusan pergi ke pelosok negeri Yaman. Kepada kedua utusan ini Nabi saw berwasiat :
„Permudah dan jangan mempersulit. Germarkan dan jangan membuat orang lari, berusahalah dengan penh keikhlasan dan kekuatan.“

Kepada Mu‘adz bin Jabal, Nabi saw bersabda :
„Sesungguhnya engkau akan menemui orang-orang dari ahli Kitab! Jika engkau bertemu maka ajaklah mereka untuk bersaksi tidak ada Ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Jika mereka bersedia mentaati kami dengan mengucapkan Syahadat tersebut maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari, jika mereka telah mentaati kamu untuk melaksanakan kewajiban tersebut maka beritahukan kepada mereka shadaqah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya merka dan dibagikan lagi kepada orang-orang fakir mereka, jika mereka telah mentaati kamu untuk melaksanakan hal itu maka janganlah kamu mengusik kehormatan harta mereka. Takutlah kamu dari do‘a orang yang teraniaya karena antara dia dan Allah tidak ada penghalang sama sekali.”

Di dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan bahwa Nabi saw keluar bersama Mu‘adz ke pintu gerbang kota Madinah dengan berjalan kaki sedangkan Mu‘adz menunggang kendaraannya. Kemudian beliau berwasiat kepadanya :“Wahai MU‘adz barangkali engkau tidak akan menemuiku lagi setelah tahun ini! Barangkali engkau akan melewati masjidku dan kuburanku (juga).“ Kemudian Mu‘adz menangis karena perpisahannya dengan Rasulullah saw. Mu‘adz tinggal di Yaman sampai setelah wafatnya Rasulullah saw. Apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada Mu‘adz tersebut telah menjadi kenyataan.

Beberapa Ibrah.

Hal terpenting harus dipahami oleh seorang Muslim dari pengiriman para utusan ini ialah bahwa tanggungjawab penyebaran dan perjuangan Islam merupakan tanggungjawab seluruh kaum Muslimin di setiap jaman dan tempat. Tanggung jawab ini bukan hal yang remeh sebagaimana dipahami oleh sebagian besar kaum Muslimin sekarang.

Tidaklah cukup hanya menyatakan keislaman dengan lisan semata. Juga tidak cukup hanya dengan mengamalkan sebagian ajaran Islam yang ringan-ringan dalam kehidupan kita. Bahkantidak cukup hanya berpegang teguh dengan Islam untuk dirinya sendiri kemudian tidak mau perduli dengan yang lainnya.

Tanggungjawab perjuangan dan pergerakkan Islam tidak akan terlepas dari tengkuk kaum Muslimin sebelum hal ini juga dilaksanakan. Melaksanakan kewajiban dakwah kepada Islam dan pergi ke seluruh penjuru dunia dalam rangka menunaikan kewajiban dakwah. Itulah amanah yang dipikulkan oleh Rasulullah saw ke atas pundak kita dan kewajiban ynag tidak boleh diabaikan di setiap jaman dan tempat. Para Ulama dan Imam yang empat telah sepakat bahwa melaksanakan kewajiban dakwah di dalam dan di luar negeri kaum Muslimin adalah fardhu Kifayah atas seluruh kaum Muslimin. Mereka tidak akan terlepas dari tanggung jawab ini kecuali setelah adanya sejumlah orang (da‘I) yang mengajak kepada Allah dan memperjelaskan hakekat Islam ke seluruh penjuru dunia secar amerta dan mencukupi. Jika sejumlah da‘I yang diperlukan ini belum terpenuhi di setiap negeri Islam maka semua penduduk negeri tersebut berdosa.

Jumhur para Imam dan Fuqaha‘ berpendapat bahwa kewajiban dakwah ini tidak hanya dipikul di atas pundak kaum lelaki saja tetapi berlaku secara umum lelaki , wanita , orang merdeka dan hamba sahaya, selama mereka mukallaf dan mampu melakukan tugas-tugas dakwah dan taujih, masing-masing sesuai batas kemampuan dan sarana kemampuannya.

Wasiat yang disampaikan Rasulullah saw kepada Mu‘adz dam Abu Musa al-Asyari, menunjukkan sebagian adab (kode etik) ynag harus dimiliki oleh para da‘I dalam melaksanakan tugas dakwahnya. Diantaranya harus mengutamakan aspek taisir (memudahkan) dari tasyid (mempersulit) dan tadyiq( mempersempit). Lebih banyak memberikan tabsyir (kabar gembira yang menggemarkan) dari pada tahdid (ancaman dan kecaman) dan diistilahkan oleh Rasulullah saw dengan tanfir (membuat orang lari dari Islam).

Kode etik ini kemudian dijelaskan Rasulullah saw melalui contoh aplikatif dengan memerintahkan Mu‘adz mengajak manusia pertama-tama untuk mengucapkan syahadatain, jika mereka telah mengikrarkannya maka hendaklah diajak untuk menegakkan shalat. Jika mereka telah menerimanya maka hendaklah diajak untuk membayar zakat dan seterusnya.

Tetapi wujud kode etik taisir dan tabsyir ini tidak boleh melampauibatas-batas syaria. Prinsip taisir yang disyariatkan ini tidak berarti membolehkan pengubahan sebagian hukum Islam atau mempermainkan ajaran-ajaran Islam atau mempermainkan ajaran-ajaran islam demi mencari kemudahan bagi manusia. Prinsip taisir juga tidak berarti boleh mengakuit kemaksiatan, kendatipun dalam prinsip taisir dibolehkan memilih sarana yang harus digunakan untukmenolak kemaksiatan tersebut.

Termasuk kode etik berdakwah kepada Allah (juga termasuk adab Imamah dan Walayah) adalah menghindari tindakan menzhalimi siapapun, terutama dalam masalah pemungutan seauatau seperti memungut harta orang tanpa kebenaran. Tindakan kezhaliman ini bisa saja dilakukan oleh para da‘I apabila mereka dihadapkan Allah, sebagaimana juga bisa dilakukan oleh para pemegang kebijaksanaan dan kekuasaan. Karena Mu‘adz telah berpegang teguh sepenuhnya dengan kedua sifat tersebut, ketika hendak dikirim oleh Rasulullah saw ke Yaman : sifat sebagai da‘I dan penguasa , maka Nabi saw memperingatkan denga keras agar tidak terjerumus melakukan tindakan kezhaliman apapun :
„Takutlah kamu dari do‘a orang yang teraniaya karena antara dia dan Allah tidak ada penghalang sama sekali.“

&

Berita Masuk Islamnya Adi Bin Hatim

19 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Adi bin Hatim, putera hatim yang terkenal sangat dermawan, adalah seorang Nasrani yang sangat disegani oleh kaumnya. Ia berhak mengambil seperempat barang pampasan perang ynag berhasil dijarah oleh kaumnya (tradisi ynag berlaku di kalangan orang-orang Arab pada waktu itu). Setelah mendengar Rasulullah saw dan dakwahnya dia tidak menyukai dakwah Rasulullah saw dan meninggalkan kaummnya kemudian bergabung dengan orang-orang Nasrani Syam.

Adi menuturkan kisahnya : Kemudian aku lebih membenci keberadaanku di sana ketimbang kebencianku kepada Rasulullah saw, lalu aku putuskan lebih baik aku pergi menemuinya, kalau ia seornag raja atau pendusta niscaya aku dapat mengetahuinya dan jika ia seorang yang benar (Nabi) maka aku harus mengikutinya.

Kemudian aku berangkat hingga aku berada di hadapan Rasulullah saw di Madinah. Aku menemui beliau ketika beliau berada di masjidnya lalu aku ucapkan salam kepadanya. Beliau bertanya :“ Siapa anda ?“ , aku jawab : „Adi bin Hatim!“ Rasulullah saw kemudian berdiri dan membawaku ke rumahnya. Demi Alah, ketika beliau membawaku ke rumah tiba-tiba ada seorang perempuan tua dan lemah yang mencegatnya kemudian belau pun berhenti lama sekali kepada wanita yang mengajukan keperluannya kepada beliau itu. Menyaksikan hal ini aku berkata di dalam hati :“Demi Allah, ini bukan gaya seorang raja.“

Setelah itu, Rasulullah saw berjalan lagi membawaku. Ketika membawaku masuk ke dalam rumahnya, beliau mengambil sebuah bantal dari kuliat ynag sangat sederhana kemudian melemparkannya kepadaku seraya berkata : Duduklah di atasnya! Aku jawab : Anda sajalah yang duduk di atas bantal itu sedangkan beliau sendiri duduk di atas tanah. Di dalam hati aku berkata : Demi Allah , ini bukan perilaku seorang raja.

Kemudian beliau berkata : Wahai Adi bin Hatim, apakah engkau mengetahui Ilah selain Allah ? Aku jawab : Tidak. Beliau bertanya lagi : Tidakkah engkau seorang yang beragama ? Aku jawab : Ya, benar demikian. Beliau bertanya lagi : tidakkah engkau memungut seperempat dari barang pampasan yang diperoleh kaummu ? Aku jawab : Ya, benar demikian. Beliau kemudian berkomentar : Sesungguhnya hal itu tidak dihalalkan oleh agamamu. Aku jawab : Demi Allah , memang dilarang.

Selanjutnya beliau berkata : Wahai Adi bin Hatim, barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini (Islam) karena melihat kemiskinan di kalangan pemeluknya. Demi Allah sebentar lagi harta kekayaan akan berlimpah ruah kepada mereka (kaum Muslimin) sehingga tidak ada orang lagi yang mau mengambilnya. Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini (Islam) karena banyaknya musuh mereka dan sedikitnya jumlah mereka, demi Allah sebentar lagi engkau akan mendengar seorang wanita yang pergi dari Qadisiyah munggang onta ke rumah ini tanpa rasa takut.

Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini, karena kerajaan dan kekuataan masih berada di tangan orang-orang selain mereka, demi Allah sebentar lagi engkau akan mendengar tentang istana-istana putih dari Babilonia jatuh ke tangan mereka (kaum Muslimin) Adi berkata : Kemudian aku pun masuk Islam. Adi berkata : Kemudian aku telah menyaksikan dua kali hal yang disebutkan Rasulullah saw di atas : wanita (yang pergi dari Qadisiyah ke Madinah sendirian tanpa rasa takut, sebagaimana diramalkan Nabi saw) dan aku sendiri ikut dalam pasukan Pertama penyerbuan harta kekayaan Kisra. Aku bersumpah kepada Allah, hal ketiga yang dijanjikan Nabi saw akan terbukti.

Beberapa Ibrah.

Adi bin Hatim datang kepada Rasulullah saw dan berita masuk Islamnya, pada tahun kedatangan para utusan dari berbagai penjuru dan tempat. Kedatangan Adi ini dapat kita masukkan sebagai salah satu utusan yang datang kepada Rasulullah saw menyatakan diri masuk Islam.

Tetapi sengaja kami membahasnya secara khusus karena ia mengandung sejumlah pelajaran penting tentang dasar-dasar aqidah Islam. Di dalam kisahini terdapat analisis yang mendalam bahkan gambaran yang sangat jelas tentang pribadi Nabi saw. Kepribadian ynag nampak jelas bagi Adi bin Hatim : Bersih dari segala kotosan kepemimpinan, kerajaan, ambisi kekuasaan atau kesombongan. Kepribadian ynag tidak menampakkan sisi lain kecuali sebagai seorang Rasul dari Penguasa alam semesta kepada semua ummat manusia. Kepribadian yang menjadi keimanan dan rahasia keislaman Adi bin Hatim.

Marilah kita merenungkan apa yang pernah direnungkan oleh Adi bin Hatim …marilah kita mengambil pelajaran dari apa yang pernah menambah keimanan dan keyakinan kita kepada kenabian penghulu kita Muhammad saw. Mari kita renungkan sejenak karakteristik yang diungkapkan oleh Adi bin Hatim ketika menggambarkan kepribadian Nabi saw yang kemudian menjadi sebab keimanannya.

Adi menuturkan : „Demi Alah, ketika beliau membawaku ke rumah tiba-tiba ada seorang wnaita tua yang lemah mencegatnya kemudian beliau pun berhenti lama sekali kepada wanita yang mengajukan keperluannya kepada beliau itu. Menyaksikan hal ini aku berkata di dalam hati : Demi Allah, ini bukan gaya seorang raja.“

Memang benar, seorang raja atau seorang yang berambisi kepemimpinan dan kemegahan dunia tidak akan dapat bersabar melakukan hal ini. Tetapi bagi Rasulullah saw, hal itu sudah menjadi tabiat dankepribadiannya di setiap keadaan dan waktu. Beliau tidak pernah berbeda dari para sahabatnya dalam suatu majelis. Kehidupan dan pola hidupnya pun tidak pernah mengungguli tara hidup orang-orang fakir dan miskin. Beliau tidak pernah berpangku tangan sementara para sahabatnya menekuni pekerjaan.

Demikianlah kepribadian Nabi saw hingga beliau meninggalkan dunia yang fana ini. Semua itu tidak lain hanyalah merupakan kenabian yang dikaruniakan Allah kepadanya. Adi berkata : Ketika membawaku masuk ked alam rumahnya, beliau mengambil sebuah bantal dari kuliat ynag sangat sederhana kemudian melemparkannya kepadaku seraya berkata : Duduklah di atasnya ! Kemudian aku duduk di atas bantal itu sedankgan beliau duduk di atas tanah!.. Lalu aku berkata di dalam hati : Demi Allah ini bukan perilaku seorang raja.

Barangkali Adi sebagai orang yang punya kedudukan tinggi di tengah kaummnya mengira akan mendapatkan isi rumah Rasulullahs awa sebagaimana perabotan rumah yang megah, tetapi ia dikejutkan oleh keadaan yang sebaliknya. Lebih terkejut lagi setelah ia menyaksikan Rasululalh duduk di atas tanah kering di hadapannya. Ia tidak menyaksikan sama sekali tanda-tanda kemeggahan dan kemewahan duniawi di dalam rumah Rasulullah saw, sebagaimana ynag dibayangkan sebelumnya… Kesaksian ini merupakan jawaban telak bagi merkea ynag menuduh Rasulullah saw berdakwah hanya untuk merebut kekuasaan dankejayaan.

Selanjutnya Adi mengungkapkan pembicaraan Nabi saw tentang masa depan Islam dan kaum Muslimin. Sabda Nabi kepadanya :
„Sebentar lagi harta kekayaan akan melimpah ruah kepada kaum Muslimin sehingga tidakada lagi yang mau mengambilnya“ Ramalan Rasulullah saw ini terbukti kebenarannya di jaman Umar bin Abdul Aziz. Di mana pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz pernah mengutus para petugas untuk memungut harta zakat kemudian membagikannya kepada para mustahiqnya di seantero Afrika tetapi para petugas tersebut terpaksa memwa kembali harta zakat itu karena tidak menemukan orang-oang yang berhak menerimanya, sehingga harta tersebut dipakai untuk membeli budak-budak belian kemudian dimerdekakannya.

Sabda Nabi saw kepada Adi :
„Sebentar lagi engkau akan mendengar seorang wanita yang pergi dari Qadisiyah menunggang ontanya ke rumah ini (Masjid Nabawi) tanpa rasa takut sama sekali.“ Apa yang diramalkan Rasulullah saw ini telah menjadi kenyataan. Keamanan dan kedamaian Islam pernah menyebar di wilayah tersebut sehingga orang-orang yang melewati wilayah tersebut merasa aman dari gangguan apapun, kecuali rasa takut kepada Allah dan kekhawatiran terhadap srigala yang akan memangsa kambingnya sebagaimana yang disebutkan oleh hadits lain.

Selanjutnya Nabi saw bersabda kepada Adi :
„Demi Allah sebentarlagi engkau akan mendengat istana-istana putih di Babilonia jatuh ke tangan kaum Muslimin.“ Apa yang diramalkan oelh Nabi saw ini pun telah menjadi kenyataan. Kita semua telah mendengar dan menyaksikan hal-hal tersebut. Segala puji milik Allah yang telah menunaikan segala janji-Nya kepada Rasul-Nya.

Adi telah mendapatkan tanda-tanda kenabian yang benar di dalam gaya hidup dan kehidupannya Nabi saw, sebagaimana ia juga mendapatkanna di dalam pembicaraan beliau.Selanjutnya ia mendapatkan bukti kebenaran ucapan Nabi saw di dalam peristiwaperistiwa sejarah, sehingga semunya itu menjadi sebab dan penguat keislamannya serta mendorongnya untuk melepaskan segala bentuk pola hidup dan kehidupannya.

Jika seorang yang berakal sehat memiliki kebebasan berpikir pasti akan menerima kebenaran Islam dan mengimaninya, sekalipun melalui proses dan perjalanan ynag berat. Tetapi jika ia tidak memiliki kebebasan berpikir dan kehilangan kesucian akal maka ia akan dikuasi oleh hawa nafsu dan rasa benci sehingga ia tidak dapat melepaskan diri dari cengkeraman kebathilan dan kebodohan. Maha Besar Allah Rabbul alamin, ketika menejlaskan sifat-sifat mereka ini kepada kita dan dalam kitab-Nya :
„Mereka berkata : „Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding , maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.“ (QS Fushilat : 5)

&

Para Utusan Arab Berduyun-Duyun Masuk Islam

19 Sep

DR.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy; Sirah Nabawiyah;
analisis Ilmiah Mahajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah

Ibnu Ishaq berkata : Setelah Rasululalh saaw menaklukkan Mekkah, memenangkan perang Tabuk dan menerima kedatangan utusan Tsaqif yang menyatakan diri masuk Islam, maka berduyun-duyunlah utusan Arab datang kepada Nabi saw dari segala penjuru. Orang-orang Arab ini tertunda masuk Islam hanyalah karena terhalangi oleh kaum quraisy. Sebab, kaum Quraisy merupakan pemimpin dan panutan manusia pada waktu itu. Disamping sebagai penjaga baitullah dan Masjidil Haram, mereka adalah anak cucku Nabi Ismail dan pemimpin bangsa Arab. Setelah Mekkah tertaklukkan dan orang-orang Quraisy pun tunduk kepada Nabi saw serta menganut ajaran Islam, maka orang-orang Arab menyadari bahwa mereka tidak memiliki kesanggupan untuk memerangi Rasulullah saw . Oleh sebab itu mereka kemudian masuk Islam secara berduyun-duyun, sebagaimana difirmankan Allah :

„Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,dan kamu lihat manusia masuk ke dalam Agama Allah dengan berbondong-bondong , maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.“ (QS An-Nashr : 1-3)
Kami menganggap tidak perlu memaparkan rincian tentang para utusan ini karena tidak banyak berkaitan dengan masalah yang kita inginkan dari buku ini.

Beberapa Ibrah.

Ingatkah anda kisah orang-orang yang menyambut Rasulullah saw, ketika berhijrah ke Thaif dengan sambutan yang buruk, penolakan, pelemparan batu dan penghinaan ? Itulah orang-orang Tsaqif yang sekarang datang kepada Nab saw menyatakan diri masuk ke dalam agama Allah dengan jujur dan taat. Ingatkah anda ketika zaid bin harisah berkata kepada Rasulullah saw dalam perjalanan pulang dari Thaif ke Mekkah :“Bagaimana engkau akan kembali ke Mekkah sedangkan penduduknya telah mengusirmu wahai Rasulullah ?“ Waktu itu beliau menjawab :“Wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan memberikan kemudahan dan jalan keluar terhadap apa yang kamu khawatirkan. Sesungguhnya Allah pasti membela agama- Nya dan memenangkan Nabi-Nya.“

Apa yang terjadi sekarang ini adalah bukti kebenaran sabda Rasulullah saw kepada Zaid bin Haritsah tersebut. Demikianlah , Thaif , mekkah dan seluruh kabilah Arab pada hari ini berbondong-bondong datang menyatakan diri masuk islam.

Kemudian cobalah anda renungkan tentang segala penyiksaan yang dilancarkan oleh Tsaqif dan kekecewaan beliau melakukan hijrah ke Thaif dengan berjalan kaki melintasi pegunungan dan sahara dengan harapan mendapatkan sambutan yang baik dari penduduknya. Perlakuan kasar yang dilancarkan oleh Tsaqif ini minimal akan mendorong rasa igin membalas dendam atau melaksanakan tindakan yang serupa pada jiwa manusia biasa.

Tetapi adakah anda temukan sikap ataupun perasaan balas dendamini di dlaam jiwa Rasululalh saw dalam menghadapi para utusan Tsaqif ? Bahkan selama beberapa hari beliau pernah mengepung Thaif kemudian memerintahkan para sahabatnya agar kembali pulang, lalu kepadanya para sahabat mendesak: berdo‘alah untuk kehancuran Tsaqif. Tetapi beliau telah mengucapkan do‘a kebaikan bagi Tsaqif : „Ya Allah tunjukilah Tsaqif dan datangkanlah mereka dalam keadaan beriman „

Ketika Allah mengabulkan do‘a Rasul-Nya kemudian utusan Tsaqif datang ke Madinah, Abu Bakar Ash Shiddiq dan Mughirah bin Syu‘bah berlomba-lomba datang menyampaikan kabar gembira itu kepada Rasulullah saw. Karena kedua sahabat ini mengetahui betapa gembiranya Nabi saw mendengar berita Islamnya Tsaqif. Dengan ceria dan penuh penghormatan, Rasulullah saw kelcuar menyambut kedatangan mereka.

Bahkan kemudian memberikan seluruh waktunya untuk mengajarkan Islam kepada mereka selama mereka berada di Madinah. Kendatipun dahulu Tsaqif pernah melampiaskan kebencian mereka terhadapnya, tetapi beliau tidak punya keinginan apa-apa terhadap mereka kecuali kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akherat. Kendatipun dahulu Tsaqif merasa puas melihat Rasulullah saw menderita dan sengsara, tetapi kini beliau justru merasa gembira melihat mereka mendapatkan karunia Islam dari Allah.

Adakah semua ini tabiat manusia biasa yang memperjuangkan suatu prinsip dan ideologi yang dianutnya ? Ia tidak lain hanylaah merupakan tabiat kenabian Ia adalah sikap yang ditempa oleh satu-satunya sasaran dakwah : Dakwah membuahkan hasilnya dan Allah pun ridha keapda dirinya. Di jalan (dakwah) ini semua penderitaand an gangguan terasa ringan.

Sungguh merupakan suatu kebahagiaan besar manakala seorang hamba berhasil melewati semua tintangan dan gangguan tersebut sedangkan ia masih tetap berada di atas sasaran yang mulia ini. Itulah Islam : tidak mengenal kebencian atau rasa dendam. Juga tidak pernah menginginkan keburukan bagi manusia. Ia memerintah jihad tetapi tanpa rasa kebencian ataupun kedengkian. Ia mengajarkan kekuatan tapi tanpa egoisme dan kesombongan. Ia mengajak kepada kasih sayang tetapi tanpa merendahkan diri atau kelemahan. Ia mengajarkan cinta tetapi di jalan Allah semata.

Demikianlah utusan Tsqif dan utusan-utusan lainnya yang berbondong-bondong datang ke Madinah menyatakan diri masuk Islam, merupakan penunaian terhadap janji kemenangan yang penuh kewibawaan yang pernah dijanjikan oleh Allah kepada Rasul- Nya.

Itulah Ibrah yang harus diambil dari kisah apra utusan ini. Berikut ini adalah beberapa pelajaran dan hukum yang dapat kita ambil darinya :

Pertama,
Boleh Menempatkan Orang Musyrik di dalam Masjid jika diharapkan Keislamannya.

Anda lihat bagaimana Nabi saw menyambut utusan Tsaqif di masjidnya. Beliau berbicara dan mengajar mereka di dalam masjid. Bila hal ini dibolehkan bagi orang-orang musyrik maka palagi bagi ahli Kitab. Nabi saw juga pernah menyambut utusan-utusan orang-orang Nasrani Najran di dalam masjid, ketika mereka datang ingin mendengarkan kebenaran dan mengetahui Islam.

As-zakarsyi berkata : ketahuilah bahwa Rafi‘I dan Nawawi membolehkan orang kafir masuk masjid selian Masjidil Haram dengan beberapa syarat :
Pertama :
Tidak dilarang oleh perjanjian sebelumnya, yang tertuang di dalam perjanian Ahli Dzimmah. Jika telah dilarang di dalam perjanjian tersebut maka ia tidak dibolehkan memasukinya.
Kedua :
Orang Muslim yang mengijinkannya hendaknya mukallaf dan memiliki kelayakan sepenuhnya.
Ketiga :
Hendaknya tujuan masuknya untuk mendengarkan al-Quran, belajar keislaman, diharapkan keislamannya atau untuk memperbaiki bangunan dan lainnya. Tetapi al- Qadhi Abu Ali al fariqi tidka membolehkan orang kafir masuk masjid sekalipun untuk mendengarkan al-Quran atau belajar jika tidak dapat diharapkan keislamannya. Hal ini sebagaimana jika pelaksanaannya itu akan mengesankan penghinaan atau basa-basi politik demi tujuan tertentu seperti yang dilakukan oleh orang-orang asing sekarang ini.

Jika ia minta ijin masuk untuk tidur atau makan dan sejenisnya, dikatakan dalam Ar Raudah : Ia tidak boleh diijinkan memasukinya untuk tujuan tersebut. Berkata yang lainnya yakni selain Nawawi, kita tidak boleh mengijinkan untuk tujuan tersebut. Al Fariqi berkata : Mereka tidak boleh diijinkan memasukinya untuk mempelajari matematika, bahasa dan sejenisnya. Tidak diragukan lagi bahwa alasan pembolehannya ialah apabila tidak dikhawatirkan membahayakan masjid, najis atau menganggu orangorang yang shalat.

Saya berkata : bahaya fitnah yang kemungkinan akan orang-orang yang shalat karena masuknya wanita-wanita kafir ke dalam masjid dengan pakian seronok, lebih besar daripada bahaya gangguan. Sebagaimana mereka tidak dibolehkan memasuki masjid untuk tidur atau makan, mereka juga harus dilarang memasuki masjid sekadar untuk melihat-lihat seni bangunan dan lukisan di dinding-dinding masjid.

Kedua,
Perlakuan Yang baik Terhadap Para Utusan dan Orang-orang yang Meminta Keamanan.

Perbedaan antara utusan dan orang yang meminta keamanan, bahwa yang pertama datang sebagai utusan dari kaumnya yang biasanya terdiri dari beberapa orang, sedangkan yang kedua adalah orang yang datang sendiri untuk mencari keamanan di negeri kaum Muslimin, sementara itu ia mempelajari Islam dari kaum Muslimin.

Allah memerintahkan agar kita menyambut dengan baik dan melindungi orang yang meinta perlindungan kemudian mengantarkannya ke tempat yang aman bila ia menginginkannya. Firman Allah :
„Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tampat yang aman baginya …“ (QS At Taubah : 6)

Hukum ini berlaku bagi para utusan. Rasulullah saw telah memperlakukan para utusan dengan perlakuan ynag baik sebagaimana anda saksikan bagaimana beliau menghormati dan memuliakan utusan Tsaqif.

Ketiga,
Orang Yang Paling berhak Memegang Kepemimpinan adalah Orang yang Paling Mengerti Al-Quran

Oleh sebab itu, Rasulullah saw menunjuk Ustman bin Abul Ash sebagai Amir orang-orang Tsaqif. Nabi saw sangat mengagumi keseriusan untuk memahami Kitab Allah sehingga dalam waktu yang relatif sangat singkat selama keberadaannya di Madinah bersama-sama kawan-kawannya, ia menjadi orang yang paling mengerti Kitab Allah dan paling faqih tentang Islam. Imarah dan walayah (kepemimpinan) adalah merupakan tanggung jawab keagamaan (mas‘uliyah diniah) yang dimaksudkan untuk menegakkan pemerintahan dan masyarakat Islam, sehingga persyaraatan ini mutlak diperlukan.

Keempat,
Kewajiban Menghancurkan Berhala dan Patung.

Kewajiban ini berlaku secara mutlak dan dalam segala keadaan, baik patung atau berhala itu sisembah ataupun tidak, mengingat keumuman dalil yang menunjukkannya. Dalil lain yang menguatkannya ialah perintah Rasulullah saw untuk menghancurkannya patung-patung ynag telah dikeluarkan dari dalam Ka‘bah, padahal patung-patugn itu tidak disembah sebagaimana berhala-berhala yang lain. Ini juga menunjukkan haramnya membuat patung dalam berbagai bentuknya. Juga haram memilikinya dengan alasan apapun.

Di antara hal yang perlu anda ketahui bahwa utusan-utusan ini secra keseluruhan mewakili dua kelompok :

Pertama,
Kelompok Musyrikin kebanyakan mereka masuk Islam. Utusan-utuan mereka tidaklah kembali ke perkampungan mereka kecuali dengan membawa cahaya keimanan dan tauhid kepada kaumnya. Sedangkan para utusan ahli Kitab, kebanyakan mereka tetap memeluk agama mereka, Yahudi dan Nasrani. Utusan yang mewakili orang-orang Nasrani Najran terdiri dari 60 orang. Mereka berdiskusi bersama Rasulullah saw selama beberapa hari tentang Isa as dan keesaan Allah.

Sikap terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah saw kepada ahli Kitab ini ialah
membacakan ayat al-Quran di bawah ini : „Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adlaah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya :Jadilah (seorang manusia) maka jadilah ia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu) , itualah yang benar, yang datang dari Rabb-mu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang raguragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu) maka katakanlah (kepadanya) : „Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.“ (QS Ali Imran : 59-61)

Setelah mereka tidak mau mengakui kebenaran akhirnya Rasulullah saw mengajak mereka bermubahalah (saling bersumpah bahwa Allah akan menimpakan laknat-Nya atas pihak yang berdusta) sebagaimana yang diperintahkan Allah di dalam ayat-Nya terebut. Rasulullah saw berangkat untuk bermubahalah dengan membawa Hasan dan Husain digendongnya serta Fatimah ra di belakangnya.

Tetapi ketua rombongan itu, Syaurahbil bin Wada‘ah, menolak mubahalah dan memperingatkan teman-temannya akan akibat burujk dari tindakan ini. Akhirnya mereka datang menemui Rasulullahs aw memitna keputusan dari beliau selain dari pilihan masuk Islam dan mubahalah. Kemudian Rasulullah saw memberikan perjanjian damai dengan syarat mereka harus membayar jizsyah. Rasulullah saw memberikan jaminan keamanan kepada mereka selama mereka membayar jizyah ynag telah disepakati tidak akan membatalkan perjanjian ini, dan tidak akan mengusik kebebasan beragama mereka selama mereka tidak melakukan pengkhianatan atau memakan riba.

&