Pasar-Pasar di Surga
Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy
Di surga terdapat pasar-pasar (tempat-tempat) orang-orang mukmin berkumpul setiap hari Jum’at. Di sana mereka berkumpul saling mengingat dunia. Mereka memuji Allah swt karena Dia telah memasukkan mereka ke dalam surga. Kenikmatan dan anugerah Allah swt yang telah mereka terima sungguh sangat besar.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Di surga terdapat pasar. Orang-orang akan mendatanginya setiap hari Jum’at, lalu angin utara bertiup sepoi-sepoi meniupkan parfum misik ke wajah dan pakaian mereka sehingga menambah keindahan dan ketampanan mereka. lalu mereka pun pulang kepada istri-istri mereka, sedangkan mereka telah makin indah dan makin tampan. Para istri mereka pun berkata, ‘Demi Allah, engkau makin indah dan tampan.’” (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Musayyab bahwa ia bertemu dengan Abu Hurairah ra. Lalu Abu Hurairah berkata, “Aku memohon kepada Allah agar Allah berkenan mengumpulkan kita di pasar surga.” Lalu Abu Sa’id bertanya, “Apakah di surga ada pasar?” Abu Hurairah ra. menjawab, “Ya.” Lalu beliau membacakan hadits yang di antaranya ada kalimat, “Lalu, ia mendatangi pasar dengan disertai kemudahan oleh malaikat. Di sana akan didapati sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Di sana ia mendapatkan apa yang dia inginkan. Di sana tidak ada yang dibeli, juga tidak ada yang dijual. Di pasar itulah, para ahli surga bertemu satu dengan lainnya. Maka bertemulah mereka yang mendapatkan posisi tinggi dengan mereka yang mendapatkan posisi di bawahnya, bahkan yang lebih bawah lagi, yang tampak perbedaan dari pakaiannya. Di surga mereka tidak mempersoalkan pakaian itu, kecuali yang tampak oleh mereka adalah keindahannya sebab di surga tidak akan ditemukan kesedihan.” (HR Turmudzi)
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ahli surga ketika masuk surga, mereka menempati posisi mereka berkat keutamaan amal-amal mereka. lalu mereka diizinkan –seperti layaknya hari Jum’at dan hari-hari dunia- lalu Allah mendatangi mereka. ditampakkan ‘Arsy Allah kepada mereka yang sedang berada di taman-taman surga. Lalu diletakkan mimbar-mimbar dari cahaya, mimbar-mimbar dari mutiara, mimbar-mimbar dari yakut, mimbar-mimbar dari zabarjad, mimbar-mimbar dari emas, dan mimbar-mimbar dari perak. Yang lebih rendah dari mereka juga duduk berdekatan dengan misik dan kafur. Tidak ada yang tahu kalau ada lagi yang lebih utama dari orang-orang yang duduk di atas kursi.” Abu Hurairah berkata, “Wahai Rasulallah, apakah kita bisa melihat Tuhan kita?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, apakah kalian melihat bulan di malam bulan purnama membuat mata perih?” para shahabat menjawab, “Tidak.” Rasulullah saw. bersabda, “Demikian juga tidak akan perih melihat Tuhan kalian di surga, dan tak seorang pun yang tersisa dari majelis tersebut, kecuali Allah swt yang memang hadir, sampai-sampai Allah berfirman kepada seseorang, ‘Tidakkah kau ingat, wahai Fulan, saat engkau melakukan ini dan itu?’ Lalu Allah mengingatkan sebagian perjalanannya di dunia. Kemudian orang itu berkata, ‘Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah ampunia?’ Allah menjawab, ‘Benar, engkau telah Aku ampuni. Karena keluasan ampunan-Ku, engkau dapat menempati posisi yang seperti ini.’ Lalu tiba-tiba ada awan menutupi mereka dari atas dan hujan kebaikan pun turun membasahi mereka. mereka tidak terkena apa-apa kecuali seperti angin bertiup. Lalu Allah berfirman, ‘Bangkitlah menemui apa yang telah Aku janjikan dari kemuliaan. Ambillah apa yang kauinginkan.’ Rasulullah saw. bersabda, “Lalu mereka mendatangi pasar…” dan seterusnya hingga sampai pada perkataan, “Hal itu karena di surga tidak ada seorang pun yang sedih.”
Abu Hurairah berkata, “Kemudian kami semua pulang ke rumah masing-masing dan bercerita kepada istri-istri kami.” Lalu mereka [para istri] menjawab, ‘Selamat datang, engkau datang makin tampan dan makin baik. Lebih baik atau lebih utama dari sebelum berangkat.’ Lalu mereka [para shahabat] menjawab, ‘Hari ini kami duduk bersama Tuhan kami Yang Mahaperkasa. Tentu sudah menjadi hak kami untuk berubah sebagaimana mestinya.’” (HR Ibnu Majah)
&