Tag Archives: Tafsir Ibnu Katsir Surah Maryam ayat 71-72

Tafsir Ibnu Katsir Surah Maryam ayat 71-72

24 Jul

Tafsir Al-Qur’an Surah Maryam
Surah Makkiyyah; surah ke 19: 98 ayat

tulisan arab alquran surat maryam ayat 71-72“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudab ditetapkan. (QS. 19:71) Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang dhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (QS. 19:72)” (Maryam: 71-72)

Imam Ahmad berkata, bahwa Abu Sumayyah berkata: “Kami berbeda pendapat tentang makna al-wuruud (mendatangi).” Sebagian mereka berkata: “Seorang mukmin tidak akan memasukinya.”

Sebagian lagi berpendapat bahwa mereka semuanya akan memasukinya, kemudian Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa. Lalu, aku berjumpa dengan Jabir bin `Abdillah dan bertanya: “Sesungguhnya kami berbeda pendapat tentang makna al-wuruud.”
Beliau menjawab: “Mereka seluruhnya akan mendatangi neraka.” `Abdullah bin al-Mubarak berkata bahwa al-Hasan al-Bashri berkata: “Seorang laki-laki bertanya kepada saudaranya, ‘Apakah datang berita padamu bahwa engkau pun akan mendatangi neraka?’ Dia menjawab: ‘Ya.’ Dia bertanya lagi: ‘Apakah datang berita padamu bahwa engkau muncul darinya?’ Dia menjawab: ‘Tidak.’ Dia berkata: ‘Bagaimana bisa tertawa?’ Dia menjawab: ‘Ia tidak terlihat tertawa lagi sampai ia berjumpa dengan Allah (wafat).”‘

Al-‘Aufi berkata dari Ibnu `Abbas tentang firman-Nya: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) yaitu orang yang berbakti dan orang yang durhaka. Apakah engkau tidak mendengar firman Allah kepada Fir’aun:
“Ia berjalan di muka kaumnya di hari Kiamat, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka,” (QS. Huud: 98), mendatangi neraka berarti memasukinya.

Imam Ahmad berkata dari `Abdullah bin Mas’ud, wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) Rasulullah bersabda:
“Seluruh manusia akan datang, kemudian menampakkan amal-amal mereka.” (HR. At-Tirmidzi)

Ahmad berkata bahwa Ummu Mubasysyir isteri Zaid bin al-Haritsah berkata di saat Rasulullah berada di rumah Hafshah beliau bersabda: “Tidak seorang pun yang masuk neraka yang menyaksikan perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah.”
Hafshah bertanya: “Bukankah Allah berfirman: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”)
Maka Rasulullah bersabda: tsumma nunajjil ladziinat taqaw (“Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa”) dan ayat seterusnya.”

Di dalam ash-Shahihain, dari hadits az-Zuhri, dari Said, bahwa Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak seorang pun dari kaum muslimin yang ditinggalkan mati 3 orang anak,maka akan tersentuh api neraka, kecuali penebus sumpah.” (Penebus sumpah yang belum menyelesaikan sumpahnya, maka ia akan melintas neraka sebagai penebus sumpahnya yang belum selesai itu.)

`Abdurrazzaq berkata dari Qatadah tentang firman-Nya: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) dia berkata: “Orang yang melintasinya.”

`Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata tentang firman-Nya: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) kaum muslimin mendatangi, artinya melintasi jembatan di hadapannya. Sedangkan wurudnya (datangnya) orang-orang musyrik adalah memasukinya.

As-Suddi berkata dari Murrah, dari Ibnu `Abbas tentang firman-Nya: kaana ‘alaa rabbika hatmam maqdliyyan (“Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan,”) adalah pembagian yang wajib. Mujahid berkata: “Hatman adalah ketetapan.” Demikian pula perkataan Ibnu Juraij.

Firman-Nya: tsumma nunajjil ladziinat taqaw (“Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa”) yaitu jika seluruh makhluk melintas di atas api neraka dan orang-orang kafir serta pelaku maksiat jatuh ke dalamnya, maka Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertakwa sesuai amal-amal mereka. Melintas dan cepatnya mereka di atas shirath tergantung amal-amal mereka yang dilaksanakan pada waktu di dunia.

Kemudian mereka memberikan syafa’at kepada para pelaku dosa besar. Para Malaikat, para Nabi dan orang-orang yang beriman dapat memberikan syafa’at, lalu syafa’at mereka di terima dan dapat mengeluarkan banyak makhluk yang telah ditelan api neraka kecuali bagian wajah mereka, yaitu anggota-anggota sujud. Upaya mereka mengeluarkan makhluk tersebut dari api neraka sesuai dengan keimanan yang ada di dalam hati mereka.

Pertama kali yang akan keluar adalah orang di dalam hatinya terdapat keimanan seberat dinar, kemudian orang yang selanjutnya, kemudian orang yang selanjutnya. Hingga keluar orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan yang paling rendah seberat biji dzarrah. Kemudian Allah mengeluarkan dari api neraka orang yang berkata “Laa Ilaaha illallaah” dalam kehidupannya dan belum beramal satu kebaikan pun. Mereka tidak kekal di dalam api neraka, kecuali orang yang diwajibkan kekalnya. Sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam hadits-hadits shahih dari Rasulullah saw.

Untuk itu, Allah berfirman: tsumma nunajjil ladziinat taqaw wa nadzaradh dhaalimiina fiiHaa jitsiyyan (“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”)

bersambung