Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

5 Mar

Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an)
Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an; Mannaa’ Khaliil al-Qattaan

Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah saw. atau dari shahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang shahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat [ra’y], tetapi ia mempunyai hukum marfu’ [disandarkan kepada Rasulullah saw].

Al-Wahidi mengatakan: “Tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul Kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya.”

Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. Muhammad bin Sirin mengatakan: “Ketika kutanyakan kepada ‘Ubaidah mengenai satu ayat al-Qur’an, dijawabnya: ‘Bertakwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar. Orang-orang yang mengentahui mengenai apa al-Qur’an itu diturunkan telah meninggal.’”

Maksudnya, para shahabat. Apabila seorang tokoh ulama semacam Ibnu Sirin, yang termasuk tokoh tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan, orang harus mengentahui benar-benar asbabun nuzul.

Oleh karena itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul ialah riwayat ucapan-ucapan shahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul.

As-Suyuti berpendapat bahwa bila ucapan seorang tabi’in secara jelas menunjukkan asbabun nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabi’in itu benar dan ia termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari para shahabat, seperti Muhahid, ‘Ikrimah, dan Sa’ad bin Jubair serta didukung oleh hadits mursal yang lain.

Al-Wahidi telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan: “Sekarang, setiap orang suka mengada-ada dan berbuat dosa; ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat.”

&

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: