Tafsir Al-Qur’an Surah Yunus
Surah Makkiyyah; surah ke 10: 109 ayat
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia: ‘Aku percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang diimani oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’ (QS. 10:90) Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 10:9 1) Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS. 10:92)” (Yunus: 90-92)
Allah menyebutkan cara-Nya dalam menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya, karena sesungguhnya Bani Israil ketika meninggalkan Mesir menemani Nabi Musa as. dikabarkan berjumlah enam ratus ribu pejuang selain kelompok pemuda-pemuda, mereka telah meminjam perhiasan yang sangat banyak dari kaum Qibthi. Kemudian mereka keluar dengan membawa perhiasan itu. Karena kemarahan Fir’aun terhadap mereka semakin keras, maka ia (Fir’aun) mengirimkan pasukan-pasukan perekrut ke seluruh negeri untuk mengumpulkan pasukan-pasukannya dari berbagai daerah, kemudian dia tambah lagi dengan pasukan-pasukan dan serdadu-serdadu yang jumlahnya sangat banyak. Kerena Allah Ta’ala ingin (membinasakan) mereka, maka tidak seorang pun dari mereka yang tinggal, termasuk orang yang mempunyai pemerintahan dan kekuasaan atas daerah-daerah sekitarnya, lalu mereka menyusul Musa dan pasukannya pada waktu matahari terbit.
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: ‘Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.’” (QS. Asy-Syu’araa’: 61). Yaitu, ketika mereka telah sampai di pinggir laut dan Fir’aun di belakang mereka dan tidak ada waktu lagi untuk kedua pasukan itu kecuali bertempur. Pengikut-pengikut Nabi Musa as. terus-menerus melontarkan pertanyaan: “Bagaimana kami bisa lolos dari kepungan ini?” Maka Musa berkata: “Aku diperintah untuk melewati jalan ini.”
“Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Asy-Syu’araa’: 62)
Tatkala urusan telah sempit, maka urusan itu menjadi luas (dengan pertolongan Allah), lalu Allah menyuruhnya agar dia memukul lautan dengan tongkatnya, maka dia segera memukulnya, maka terbelahlah lautan dan belahan seperti gunung yang besar dan terbentuklah dua belas jalan setiap suku (satu jalan).. Lalu Allah menyuruh angin untuk mengeringkan tanahnya;
“Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tak usah takut (akan tenggelam).” (QS. Thaahaa: 77)
Dan air pun terbelah-belah di antara jalan-jalan itu, persis seperti jendela-jendela, agar tiap-tiap kaum dapat melihat kaum yang lainnya, supaya mereka tidak mengira bahwa mereka binasa. Bani Israil telah melewati lautan ketika rombongan terakhir mereka telah keluar dari laut, Fir’aun dan pasukannya telah sampai di tepi laut, di seberang yang lain. Dia bersama seratus pasukan, belum lagi pasukan yang belum tampak, ketika dia melihat kejadian itu, ia merasa takut, ingin mundur, gemetar dan memutuskan untuk kembali. Akan tetapi, usahanya itu sia-sia dan tidak ada tempat yang aman baginya, takdir telah ditentukan dan do’a telah dikabulkan. Jibril telah datang dengan menunggang kuda, kemudian dia lewat di samping kuda Fir’aun dan meringkik kepada kuda itu. Jibril memasuki lautan, maka kuda di belakangnya ikut masuk juga, akhirnya Fir’aun bingung dan tidak dapat mengusai dirinya sendiri, kemudian berusaha menyebarkan menteri-menterinya, lalu dia berkata kepada mereka: “Kita lebih berhak dengan lautan ini daripada Bani Israil,”
Maka mereka semua memasuki lautan hingga pasukan terakhir, sedangkan Mikail menggiring mereka hingga tidak tersisa satu pun dari mereka. Ketika mereka telah masuk ke dalam laut semuanya dan yang pertama telah menginginkan untuk keluar dari laut itu, Allah yang Mahakuasa menyuruh lautan untuk mengacaukan mereka, maka tidak satu pun dari mereka selamat dan ombak memutarbalikkan mereka dan ia bertubi-tubi menghatam Fir’aun.
Akhirnya dia menemui sakaratulmaut, di saat itu dia berkata: aamantu annaHu laa ilaaHa illal ladzii aamanat biHii banuu israa-iila wa ana minal muslimiin (“Akupercaya bahwa tidak ada Ilah melainkan Rabb yang diimani oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri [kepada Allah]”) maka dia beriman disaat iman itu sudah tidak bermanfaat lagi.
“Maka tatkala mereka melihat adzab Kami, mereka berkata: ‘Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada ilah-ilah yang telah kami sekutukan dengan Allah.’ Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” (QS. Al-Mu’min: 84-85)
Maka dari itu Allah berfirman untuk menjawab Fir’aun ketika dia mengucapkan ucapannya dengan firman-Nya: aal aana wa qad ‘ashaita qablu (“Apakah sekarang [baru kamu percaya], padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu.”) Maksudnya, apakah saat ini kamu baru berkata, sedangkan kamu telah bermaksiat kepada Allah sebelum ini, dalam sesuatu yang (ada) di antara kamu dan Allah. Wa kunta minal mufsidiin (“Dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”) Maksudnya, di dunia yang mereka itu menyesatkan manusia.
Inilah yang Allah Ta’ala ceritakan tentang Fir’aun, tentang ucapannya dan tingkah lakunya, itulah sebagian rahasia-rahasia ghaib-Nya yang diberitakan kepada Rasul-Nya (Muhammad saw)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, berkata dari Ibnu `Abbas, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ketika Fir’aun berkata: ‘Aku beriman kepada Rabb yang tidak ada IlaH kecuali IlaH yang diimani oleh Bani Israil.’” Beliau bersabda: “Jibril berkata kepadaku; ‘Seandainya kamu melihatku, aku waktu itu mengambil lumpur laut yang hitam, kemudian aku sumbatkan ke mulut Fir’aun, karena dikhawatirkan dia akan mendapat rahmat.’” Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dalam tafsir mereka. Dan at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan”.
Firman-Nya: fal yauma nunajjiika bibadanika litakuuna liman khalfaka aayatan (“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang.”)
Ibnu `Abbas dan lain-lain dari ulama salaf berkata: “Sesungguhnya sebagian Bani Israil meragukan kematian Fir’aun, maka Allah Ta’ala menyuruh lautan untuk melemparkan sekujur tubuhnya tanpa ruh ke daratan tinggi dan dia sedang mengenakan baju besinya yang terkenal, agar mereka yakin atas kematiannya.
Maka dari itulah Allah berfirman: fal yauma nunajjiika (“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu.”) Maksudnya, Kami angkat kamu ke atas gundukan tanah.
Bibadanika (“Badanmu.”) Mujahid berkata: “Dengan jasadmu.” Al-Hasan berkata: “Dengan badanmu tanpa ruh.” Dan Abdullah bin Syaddad berkata: “Masih dalam keadaan utuh dan tidak robek, agar mereka yakin dan mengetahui.”
Dan firman-Nya: litakuuna liman khalfaka aayatan (“Supaya kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu.”) Maksudnya, agar menjadi bukti kematianmu untuk Bani Israil dan bahwa sesungguhnya Allah Mahakuasa yang ubun-ubun setiap binatang melata berada di tangan-Nya dan bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa melawan jika Allah sedang murka.
Wa inna katsiiram minan naasi ‘an aayaatinaa laghaafiluun (“Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”) Maksudnya, mereka tidak mengambil nasihat dan pelajaran dengannya.
Hari kematian mereka adalah hari “Asyura” (10 Muharram), sebagaimana al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu `Abbas, ia berkata, Rasulullah saw. datang ke Madinah, sedangkan orang-orang Yahudi sedang berpuasa hari “Asyura”, lalu mereka berkata: “Hari apa ini, yang menyebabkan kalian berpuasa?” Maka mereka menjawab: “Ini adalah hari di mana Musa meraih kemenangan Fir’aun.” Kemudian Nabi bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “Kamu
lebih berhak dengan Musa daripada mereka, maka berpuasalah kamu semua.”
Bersambung
Tag:90, 92, agama islam, Al-qur'an, ayat, bahasa indonesia, ibnu katsir, islam, religion, surah, surah yunus, surat, surat yunus, tafsir, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir, Tafsir Ibnu Katsir Surah Yunus ayat 90-92, yunus