Tafsir Al-Qur’an Surah Thaahaa
Surah Makkiyyah; surah ke 20: 135 ayat
“53. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. 54. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. 55. dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain, 56. dan Sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir’aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya. Maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).” (ThaaHaa: 53-56)
Ini merupakan kelengkapan ucapan Musa yang disebutkan oleh Rabbnya ketika ia ditanya Fir’aun tentang Rabbnya. Maka Musa berkata, “Rabb [kami] adalah Rabb yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” Tetapi ucapannya itu dibantah oleh Fir’aun dengan pertanyaan tentang umat-umat terdahulu. Kemudian Musa memberikan bukti kepadanya, lalu dia mengatakan:
Alladzii ja’ala lakumul ardla maHdan (“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan.”) Menurut sebagian ahli qira-at, di baca yakni hamparan yang kalian tinggal, berdiri, dan tidurdi atasnya, serta melakukan perjalanan di atas permukaannya.
Wa salaka lakum fiiHaa subulan (“Dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan jalan,”) yakni, Dia telah membuatkan jalan bagi kalian, yang kalian dapat berjalan di permukaannya.
Wa anzala minas samaa-i maa-an fa akhrajnaa biHii azwaajam min nabaatin syattaa (“Dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”) Yakni, berbagai macam tumbuh-tumbuhan berupa tanam-tanaman dan buah-buahan, baik yang asam, manis, maupun pahit, dan berbagai macam lainnya.
Kuluu war’au an’aamakum (“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu.”) Yakni, sesuatu bagi makanan kalian dan buah-buahan kalian serta sesuatu bagi binatang ternak kalian berupa makanannya yang hijau dan yang kering.
Inna fii dzaalika la-aayaati (“Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah,”) yakni, bukti-bukti, hujjah-hujjah, dan argumen.
Li ulin nuHaa (“Bagi orang-orang yang berakal.”) Yakni, orang yang berakal sehat lagi lurus, bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah, dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia.
minHaa khalaqnaakum wa fiiHaa nu’iidukum wa minHaa nukhrijukum taaratan ukhraa (“Dari bumi [tanah] itulah Kami menciptakanmu dan kepadanya Kami akan mengembalikanmu dan dari padanya Kami akan mengeluarkanmu pada kali yang lain.”) Yakni, dari bumi awal kejadian kalian, karena sesungguhnya ayah kalian, Adam as diciptakan dari tanah, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian. Atau dengan kata lain, dan kepadanya kalian akan kembali jika kalian mati dan mengalami kehancuran, darinya pula Kami akan mengeluarkan kalian pada kali yang lain.
“Yaitu pada hari Dia memanggilmu, lalu kamu mematiuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” (QS. Al-Israa’: 52)
Dalam hadits yang terdapat dalam kitab Sunan, bahwa Rasulullah pernah menghadiri seorang jenazah, dan setelah si mayit dikubur, beliau mengambil segenggam tanah, lalu melemparkannya ke kuburan seraya bersabda: minHaa khalaqanaakum (“Dari bumi [tanah] itulah Kami menciptakanmu.”
kemudian beliau mengambil tanah yang lain, lalu beliau mengatakan: wa fiiHaa nu’iidukum (“Dan kepadanya Kami akan mengembalikanmu.”) Selanjutnya, beliau mengambil tanah yang lain seraya berkata: wa minHaa nukhrijukum taaratan ukhraa (“Dan darinya Kami akan mengeluarkanmu pada kali yang lain.”)
Firman-Nya: laqad arainaaHu aayaatinaa kullaHaa fakadzdzaba wa abaa (“Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya [Fir’aun] tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan [menerima kebenaran].”) Yakni, Fir’aun, di mana telah jelas baginya berbagai macam hujjah, tanda-tanda kekuasaan, serta dalil-dalil, bahkan dia melihat dengan jelas, tetapi dia justru mendustakannya dan enggan menerimanya karena kufur dan ingkar serta melampaui batas. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: “Dan mereka mengingkarinya karena kedhaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya.” (QS. An-Naml: 14).
bersambung