Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy
Di antara penderitaan berat bagi penghuni neraka adalah dihidangkannya kepada mereka makanan di neraka yang justru akan menambah siksa mereka, seperti dlari’ dan zaqqum [pohon berduri].
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (al-Ghaasyiyah: 6-7)
Kata dlari’ pada ayat di atas adalah duri yang berada di Syam, disebut juga dengan syabraq. Menurut Ibnu Abbas, syabraq adalah sejenis tumbuhan yang berduri. Duri ini melekat di tanah. Jika bergerak dia dinamakan dlari’. Dikatakan pula bahwa dlari’ adalah sejenis duri yang dihindari oleh binatang melata karena sangat menyakitkan dan pahit.
Dalam tafsir al-Qurthubi, Ibnu Abbas berpendapat bahwa dlari’ adalah sesuatu di neraka yang menyerupai duri, lebih pahit daripada perasan pohon yang pahit, lebih busuk daripada bangkai, dan lebih panas daripada api. Dalam kedua ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa tidak ada makanan yang dapat dimakan oleh penghuni neraka kecuali dlari’, yaitu duri kering yang pahit dan membahayakan. Oleh penduduk Hijaz, duri ini dinamakan syabraq jika dalam keadaan basah dan dinamakan dlari’ jika dalam keadaan kering. Duri ini merupakan racun, sejelek-jelek makanan, tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan rasa lapar. Makan dlari’ merupakan salah satu bentuk siksaan dalam neraka.
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang Amat panas. Peganglah Dia kemudian seretlah Dia ke tengah-tengah neraka.” (ad-Dukhan: 43-47)
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Abu ad-Darda’ berpendapat, pohon zaqqum adalah makanan bagi pendosa atau tidak mendapatkan makanan lainnya. Sedangkan menurut Mujahid, pohon zaqqum adalah seperti endapan minyak, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat “Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.”
Dalam Shafwah at-Tafasir, ash-Shabuni juga berpendapat ketika Allah swt menyebutkan dalil tentang adanya hari kiamat, diikuti pula penyebutan sifat hari yang sangat panas itu. Disebutkan pula janji terhadap orang-oran kafir dan mereka yang taat kepada aturan Allah bahwa mereka akan dikumpulkan, sebagai ancaman dan kabar gembira bagi mereka. “Sungguh pohon zaqqum itu makanan bagi orang yang banyak dosa” ditafsirkan bahwa pohon yang jelek itu [zaqqum] yang tumbuh di dasar neraka merupakan makanan orang yang berdosa. Ia tidak mempunyai makanan selain darinya.
Abu Hayan juga berpendapat bahwa yang dimaksud “orang yang banyak dosa” di sini adalah orang musyrik karena dosa merupakan sifat yang melekat pada dirinya. Adapun ayat “Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut” maksudnya adalah kekejian dan kengeriannya jika dimakan seperti tembaga yang mendidih. Panasnya tidak dapat diredakan dan ia akan bersuara di dalam perut. Sedangkan “seperti mendidihnya air yang panas” berarti seperti mendidihnya air karena panasnya api.
Dalam tafsirnya, al-Qurthubi berpendapat bahwa pohon zaqqum adalah pohon yang diciptakan dalam neraka. ia juga dinamakan pohon yang terlaknat. Jika para penghuni neraka merasa lapar, mereka akan mendatangi pohon itu dan makan darinya. Kemudian bergolaklah apa yang mereka makan itu di dalam perut mereka, sebagaimana bergolaknya air yang sangat panas. Allah swt menyerupakan apa yang terjadi di dalam perut mereka itu sebagai endapan minyak. Maksudnya adalah tembaga yang meleleh. Sedangkan yang dimaksud dengan “orang yang berdosa” adalah orang yang mempunyai banyak dosa, yaitu Abu Jahal karena ia berkata, “Muhammad menjanjikan kepada kita bahwa kita akan memakan zaqqum di dalam neraka. padahal itu adalah bubur dengan keju dan kurma.” Oleh karena itu dalam ayat selanjutnya disebutkan “Peganglah dia, kemudian seretlah ia ke tengah-tengah neraka”. maksudnya Allah swt memerintahkan malaikat Zabaniyah [pada hari kiamat] untuk memegang orang yang berdosa ini dan menyeret lehernya dengan keras ke tengah neraka.
Dalam al-Qur’an disebutkan secara rinci tentang sifat pohon zaqqum agar manusia berhati-hati terhadapnya. Allah swt mensifatinya dengan sifat yang tercela, lalu menerangkan tumbuhnya, makanannya dan siksaannya.
“(makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka Sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, Maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. kemudian sesudah Makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. kemudian Sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.” (ash-Shaaffaat: 62-68)
“apakah [makanan surga itu] hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum?” maksudnya apakah kenikmatan di dalam surga itu merupakan hidangan atau pemberian yang lebih baik ataukah pohon zaqqum yang ada di neraka? buah-buahan yang segar adala makanan penghuni surga, sedangkan zaqqum adalah makanan penghuni neraka. maksudnya adalah untuk celaan terhadap orang-orang kafir.
“Sungguh Kami menjadikannya [pohon zaqqum] sebagai adzab bagi orang-orang yang dhalim].” Maksudnya Allah menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi mereka. mereka berkata, “bagaimana mungkin di neraka terdapat pohon, sedangkan api membakar pohon?” mereka tidak mengetahui bahwa Allah swt berkuasa terhadap sesuatu. Mereka juga tidak mengetahui bahwa hukum di dunia bukanlah hukum untuk di akhirat dan segala sesuatu yang ada di akhirat itu berubah, tidak sebagaimana yang kita alami di dunia.
“Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka jahim” maksudnya pohom zaqqum tumbuh di dasar neraka, kemudian bercabang-cabang di dalamnya dengan perintah Allah swt. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Jika menghendaki sesuatu Dia tinggal berkata, “Jadilah maka jadilah ia.” Pohon ini hidup di atas air tawar. Jika selalu disiram air, ia akan mati. Ia juga hidup di dalam air yang asin. Jika tidak disiram dengan air yang asin ia akan mati. Sifat lain dari pohon ini adalah membutuhkan air, tetapi hanya pada bulan tertentu. Dan masih banyak sifatnya yang lain. Begitulah Allah swt menciptakan apa saja yang Dia kehendaki.
“Mayangnya seperti kepala-kepala setan” maksudnya buah zaqqum itu seperti kepala para setan, mempunyai bentuk yang jelek dan mengerikan. Ibnu Katsir menambahkan bahwa buah itu diumpamakan kepala setan meskipun kepala setan itu belum diketahui oleh manusia karena setan itu berada dalam jiwa. Selain itu karena setan mempunyai bentuk yang sangat jelek.
“Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya [buah pohon itu] dan mereka memenuhi perutnya dengannya [zaqqum]” maksudnya karena sangat lapar, orang-orang kafir itu terpaksa memakan buah zaqqum. Di antara mereka ada yang memenuhi perutnya dengan buah itu karena memang itulah makanan dan buah mereka, sangat berbeda dengan rizki para penghuni surga. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Seandainya sepotong [setitik] buah zaqqum itu dijatuhkan di laut dunia, niscaya akan merusak kehidupan manusia.” (HR Turmudzi).
“Kemudian sungguh, setelah makan [buah zaqqum] mereka mendapatkan minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas” maksudnya setelah mereka kenyang dengan buah zaqqum, mereka dahaga. Kemudian mereka diberi minuman yang bercampur air yang sangat panas. Panasnya telah mencapai derajat yang paling tinggi. Air itu dicampurkan pada makanan mereka agar mereka merasakan pahitnya buah zaqqum dan panasnya air yang mendidih, sebagai azab bagi mereka.
“Kemudian tempat kembali mereka ke neraka jahim” maksudnya tempat kembali mereka adalah neraka jahim yang paling bawah. Muqatil berpendapat bahwa hamim [air yang panas] itu berada di luar neraka jahim. Orang-orang kafir itu menuju hamim untuk minum, lalu mereka dikembalikan ke neraka jaim. Menurut Abu as-Su’ud, zaqqum dan hamim dihidangkan terlebih dulu sebelum mereka memasuki neraka.
“Kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan”. (al-Waaqi’ah: 51-56)
Pohon zaqqum itu sangat jelek dan tampak mengerikan, tetapi para penghuni neraka tetap merasakan lapar. Kemudian dihidangkanlah pohon itu kepada mereka. jika perut mereka itu telah penuh, zaqqum itu bergolak di dalam perut, seperti mendidihnya minyak. Oleh karena itu mereka sangat menderita yang tidak dapat dituangkan dengan kata-kata atau dibayangkan. Jika keadaan mereka telah seperti itu, mereka bergegas untuk minum air yang mendidih, yaitu air panas yang mencapai derajat paling tinggi. Kemudian, mereka meminumnya seperti unta yang minum tanpa merasa kenyang atau hilang dahaganya. Ketika itulah air panas itu memutus usus-usus mereka, sebagaimana firman Allah:
“(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (Muhammad: 15)
Di atas siksa yang mereka rasakan itu [karena pahit dan panasnya makanan mereka] zaqqum itu berhenti di tenggorokan mereka dan tidak mau masuk ke dalam usus. Dengan demikian, mereka merasakan penderitaan yang sangat pedih, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
“Karena Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.” (al-Muzzammil: 12-13)
Makanan penghuni neraka itu mempunyai ghushah, yaitu sesuatu yang menyumbat kerongkongan karena itu berhenti di dalamnya dan tidak mau masuk ke dalam perut. Dan firman-Nya yang lain, Allah swt juga menyebutkan bahwa di antara makanan penghuni neraka adalah nanah dan darah serta minuman yang sangat dingin.
“Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (al-Haaqqah: 35-37)
“Inilah (azab neraka), Biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. ” (Shaad: 57-58)
Ghislin dan ghassaaq mempunyai satu arti, yaitu sesuatu yang mengalir dari kulit penghuni neraka, yaitu nanah yang bercampur darah. Dikatakan juga sesuatu yang keluar dari kemaluan perempuan pezina serta dari daging dan kulit busuk orang-orang kafir. Sedangkan menurut al-Qurthubi adalah ampas penghuni neraka.
Dalam tafsir al-Munir disebutkan bahwa ayat “Dan tidak ada makanan [baginya] kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa” bermakna para penghuni neraka itu tidak mempunyai makanan selain apa yang mengalir dari tubuh mereka, yang berupa nanah dan darah, yang tidak dimakan kecuali oleh orang-orang yang berdosa.
Adapun menurut Qatadah, ghisliin adalah makanan yang paling jelek bagi penghuni neraka. sedangkan tentang ayat “Inilah [adzab neraka] maka biarlah mereka merasakannya, [minuman mereka] air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan berbagai macam [adzab] yang lain yang serupa dengan itu” Qatadah menafsirkan [dalam Shafwah at-Tafsir] dengan rasakanlah adzab yang pedih ini, yaitu air yang sangat panas atau yang panasnya mencapai derajat paling tinggi sehingga memungkinkannya untuk membakar. Sedangkan qhassaaq adalah sesuatu yang mengalir dari kulit penghuni neraka, berupa darah dan nanah. “Dan berbagai macam [adzab] yang lain yang serupa dengan itu” berarti adzab lain yang serupa dengan adzab itu sebagaimana yang telah disebutkan seperti zamharir [angin yang sangat dingin], samum [angin yang sangat panas] dan zaqqum. Allah swt menjadikan adzab penghuni neraka itu bermacam-macam dan tidak diketahui oleh siapapun kecuali Dia. semua itu tidak akan terjadi jika dikehendaki-Nya.
Para shahabat lain juga menafsirkan ayat yang menyebutkan makanan penghuni neraka. di antara mereka adalah Ibnu Abbas. Ia menafsirkan zaqqum dengan pohon yang tumbuh dari dasar neraka saqar. Diriwayatkan pula dari Hasan bahwa akar pohon zaqqum itu berada di neraka, sedangkan cabang-cabangnya berada di tingkatan neraka lain atau yang berada di atasnya. Salam bin Masakin juga mengatakan bahwa ia pernah mendengar bahwa Hasan membaca ayat yang berarti “[Sungguh] pohon zaqqum itu makanan bagi orang yang banyak dosa” lalu ia [Hasan] berkata, “Di atas pohon zaqqum telah dikumpulkan neraka.”
Mughirah mengatakan bahwa menurut Ibrahim dan Abu Razin, makna ayat “Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut” adalah pohon yang mendidih. Sedangkan menurut Ja’far bin Sulaiman [menukil pendapat Abu Imran al-Jauni] yang dimaksud ayat ini bahwa pohon itu menggigit di dalam perut penghuni neraka, sebagaimana ia juga memnggigitnya.
Al-Qur’an telah menerangkan bahwa para penghuni neraka itu makan dari pohon zaqqum untuk memenuhi perutnya sehingga mendidih di dalamnya, sebagaimana air yang mendidih karena panas. Setelah itu, mereka sangat membutuhkan air untuk minum. Kemudian, mereka minum air yang sangat panas seperti minumnya unta yang sangat haus.
Menurut Ibnu Abbas dalam riwayat Ali bin Abi Thalhah, alhim adalah unta yang sangat haus. Sedangkan menurut as-Sudi adalah penyakit yang menyerang unta, yang membuatnya tidak pernah segar [karena dahaganya tidak pernah hilang] sehingga mengakibatkannya mati. Begitu pula penghuni neraka. mereka tidak pernah merasa segar dengan hamim [air yang sangat panas] tersebut. Mujahid pun berpendapat demikian.
Menurut adh-Dhahhak, sebagian orang Arab mengartikan Syurbal hiim dengan pasir. Sedangkan sebagian lain mengartikannya dengan unta yang sangat haus. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa kedua pendapat orang Arab itu didasarkan pada ayat “Sesungguhnya setelah makan buah zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas” artinya air yang sangat panas itu dicampur dengan zaqqum yang telah mereka makan, di dalam perut mereka.
‘Atha’ al-Khurasaniy memaknai ayat “bercampur dengan air yang sangat panas” dengan makanan mereka dicampur dengan air yang sangat panas. Qatadah juga berpendapat sama, yaitu dicampur dengan air yang sangat panas.
Sa’id bin Jubair berkata, “Jika penghuni neraka merasa lapar, ia akan minta pertolongan dari rasa lapar tersebut. Kemudian diberilah mereka pohon zaqqum. Mereka memakannya dan terkelupaslah kulit wajah mereka. jika ada seseorang yang melewati dan melewati mereka, akan terciumlah bau kulit wajah mereka. jika kulit itu mereka makan, mereka akan merasakan sangat haus. Kemudian mereka meminta tolong dari rasa haus itu. Diberilah air yang mendidih, seperti ter. Al-Muhlu adalah minyak yang mendidih, yang panasnya mencapai derajat yang paling panas. Jika ia didekatkan ke mulut mereka, wajah mereka terbakar, lalu bergolaklah apa yang ada di perut mereka. kemudian mereka dipukul dengan palu besi dan terjatuhlah mereka ke neraka, lalu berharap binasa selamanya.
“Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim” maknanya, setelah makan buah zaqqum dan minum hamim [sedangkan hamim berada di luar neraka] mereka dikembalikan ke neraka. ayat lain yang menunjukkan makna ini adalah firman Allah yang artinya:
“Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya.” (ar-Rahmaan: 43-44)
Menurut Qatadah dan Ibnu Juraij, makna ayat di atas adalah mereka ragu dan bimbang antara neraka jahanam dan jahim. Terkadang mereka ke neraka jahanam dan terkadang ke neraka jahim.
Adapun menurut al-Qurthubi, ayat “Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih” berarti bahwa hamim itu bukan api. Lalu, seorang hamba dibakar dari tulang-tulangnya. Kemudian ia diseret ke hamim hingga dagingnya meleleh dan hanya tinggal tulang-tulangnya, sedangkan kedua mata mereka berada di kepala. Pendapat ini sesuai dengan firman Allah yang artinya:
“Ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” (al-Mu’min: 72)
&
Tag:abadi, Ahmad, akhirat, Api, aqidah, Ash-Shufiy, dosa, iman, islam, jahanam, kekal, kesengsaraan, Mahir, makanan penghuni neraka, Neraka