Arsip | 21.19

Seruan Terbuka untuk Keluar dari Neraka dan Masuk Surga

6 Jul

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Seruan dari neraka menuju surga merupakan seruan terbuka dari Dzat Yang Mahapengasih kepada hamba-hamba-Nya di dunia sampai matahari terbit dari arah terbenamnya. Maksudnya adalah bertobat dan kembali kepada jalan Allah swt. dari segala dosa dan perbuatan-perbuatan durhaka, perbuatan keji dan mengikuti bujukan hawa nafsu, serta tidak mau menyembah Allah swt. dan taat kepada-Nya secara global mengharuskan pelakunya masuk neraka ketika ia meninggal dunia dalam kekufuran dan dosa-dosanya.

Allah swt. telah menciptakan surga yang mampu menampung semua makhluk-Nya dengan berbagai kenikmatan agung di dalamnya, keluasan tempat, dan kedudukan yang terhormat dan aman. Allah swt. telah menyeru kepada kita untuk memasuki surga-surga-Nya dan tidak menyeru kita untuk memasuki neraka-Nya.

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Ali ‘Imraan: 133)

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al-Hadid: 21)

Dalam al-Qur’an Allah juga sering mengajak kita untuk segera bertobat dan kembali kepada-Nya serta meninggalkan berbagai perbuatan durhaka dan dosa karena Allah swt. adalah Dzat yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Oleh karena itu Dia berkeinginan memasukkan kita ke dalam surga-Nya yang kekal.

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar: 53)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (at-Tahrim: 8)

Agar manusia tidak berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah swt dan diterima tobatnya atau merasa takut dan khawatir kepada Allah swt. jika sampai Allah tidak menerima tobatnya setelah melakukan dosa-dosa dan berbagai perbuatan keji yang telah dilakukannya, lalu apa yang akan dilakukan dengan tobatnya dalam mengisi umur yang tersisa setelah melakukan perbuatan durhaka, dosa-dosa, tidak taat, dan tidak beribadah kepada-Nya, serta tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Nya? Oleh karena itu Allah swt mengajak dan menyeru kepada semua hamba-Nya tanpa terkecuali bahwa apabila mereka mau kembali dan memohon ampun kepada Allah swt dan bertobat kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, Allah swt tidak hanya mengabulkan tobat mereka, bahkan Dia akan menggantikan keburukan-keburukan mereka dengan kebaikan-kebaikan meskipun sebesar apapun dosa-dosanya.

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (al-Furqaan: 70-71)

Setiap kehidupan dan peristiwa akan mencapai titik penghabisannya, kecuali surga dan neraka, yang tidak akan pernah berakhir. Di dalam surga dan neraka tersebut terdapat kekekalan dan keabadian. Dan ini adalah perjalanan akhir manusia, semoga manusia mampu memilih tempat akhir yang terbaik baginya.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Fushilat: 40)

“Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan: ‘Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah), atau supaya jangan ada yang berkata: ‘Kalau Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa’. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab ‘Kalau Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan Termasuk orang-orang berbuat baik.’” (az-Zumar: 54-58)

&

Rantai, Belenggu, Dan Tali Kekang Penghuni Neraka

6 Jul

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Alangkah ngeri bermacam-macam adzab yang disediakan Allah swt bagi penghuni neraka, sedangkan adzab itu tidak pernah berhenti.

Setiap kali kiat membicarakan berbagai kesengsaraan dan adzab penghuni neraka di dalamnya, ternyata siksaan itu justru bertambah pedih dari yang sebelumnya. Semua adzab itu menyakitkan dan menghinakan. Semua itu melampaui batas kemampuan akal manusia di dunia bahkan khayalan kita. Sebenarnya orang-orang kafir, musyrik dan munafik itu mengetahui jika mereka akan masuk neraka, bahkan mereka mengetahui betapa besar adzab yang disediakan Allah swt. untuk mereka. oleh karena itu mereka berharap, sedang mereka dalam keadaan hina akan masuk neraka dan mendapatkan adzab-Nya tersebut. Mereka akan dihisab, sebagaimana yang tela disebutkan sebelumnya.

“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (al-Haaqqah: 18)

“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:”Alangkah baiknya Sekiranya dahulu aku jadi tanah”. (an-Naba’: 40)

Orang kafir berharap musnah selamanya daripada harus menghadap Allah swt karena dosa-dosa yang telah mereka perbuat, kekafiran, dan kesyirikan mereka terhadap-Nya. Sementara orang-orang yang beriman berada dalam kenikmatan, yaitu masuk ke dalam surga yang telah disediakan Allah swt. dan ia kekal di dalamnya. Hal itu karena orang-orang kafir hidup di dunia dalam kesesatan bahkan menutup telinga dari pendengaran, nasehat dan peringatan serta sesuatu yang berharap kepada mereka untuk beriman dan kembali kepada kebenaran.

Sesungguhnya kehinaan, penderitaan, dan kesengsaraan yang didapatkan orang-orang kafir itu merupakan hasil atau akibat yang pasti karena kekafiran, kemaksiatan dan kejahatan serta ejekan mereka terhadap orang-orang beriman.

Selama 950 tahun Nabi Nuh as. menyeru kaumnya, tetapi tidak seorangpun dari orang-orang kafir mengikuti seruannya itu. Bahkan mereka memasukkan jari-jari mereka ke telinga dan menutupkan baju mereka setiap kali Nabi Nuh as menyeru mereka.

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (Nuh: 5-7)

Kaum Nabi Nuh as. dan yang seperti mereka merupakan jumlah besar dari orang kafir yang telah disediakan adzab oleh Allah swt. Kepedihan adzab itu melampaui batas khayalan manusia. Di antara adzab yang telah disediakan Allah adalah belenggu, rantai, palu besi, dan tali kekang. Semua itu merupakan bentuk atau jenis siksaan yang didapatkan penghuni neraka di dalamnya. Selain adzab api yang membakar dan memanggang tubuh mereka adalah belenggu dan rantai yang dipergunakan untuk menyeret dan mengikat mereka, seperti mengikat binatang. Tangan mereka terbelenggu sampai ke leher, sedang rantai mengikat mereka dari berbagai sisi, baik dari kaki maupun leher. Rantai yang diikatkan itu dipergunakan untuk menyeret atau menarik mereka ke dalam neraka.

“Mereka Itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka Alangkah beraninya mereka menentang api neraka!” (al-Baqarah: 175)

Allah juga memperingatkan orang-orang yang menentang dan sombong terhadap keimanan dan ketaatan bahwa bagi mereka adalah adzab yang pedih.

“….. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (al-Baqarah: 165)

Maksud ayat ini bahwa Allah swt telah memperingatkan kepada mereka akan adzab-Nya yang berat dan pedih. Di antara adzab Allah itu adalah mereka kekal di dalam neraka, sedang mereka dalam keadaan bergandengan, terbelenggu dan terikat pada rantai.

“….dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir….” (Saba’: 33)

“Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” (al-Insaan: 4)

“Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,” (al-Mu’min: 71-72)

“(Allah berfirman): “Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (al-Haaqqah: 30-32)

“Karena Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.” (al-Muzzammil: 12-13)

“Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,” (Ibrahim: 49-50)

Tubuh para penghuni neraka itu besar tetapi mereka tetap tidak kuat dan tidak berdaya di hadapan kehendak Allah swt. itulah adzab yang disediakan Malaikat Zabaniyah, pengawas adzab dan yang akan menambah kehinaan mereka.

Dalam Shafwah at-Tafasir, ash-Shabuni berpendapat bahwa makna ayat “dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir” adala Allah menjadikan rantai-rantai yang mengikat leher mereka sebagai siksa mereka di neraka.

Adapun menurut Ibnu Katsir, ayat “dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir” ini bermakna rantai-rantai itu mengumpulkan atau menyatukan tangan dan leher mereka.

Ibnu Katsir juga menafsirkan ayat “Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” Dengan makna bahwa Allah swt memberitahukan apa yang telah disiapkan-Nya untuk orang-orang kafir, yaitu belenggu, rantai, dan api yang menyala-nyala di dalam nereka, sebagaimana ayat “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.”

Keadaan mereka itu sungguh berbeda dengan keadaan yang disediakan Allah swt bagi orang-orang yang berbahagia mendapatkan surga:

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (al-Insaan: 5)

Di dalam air kafur tersebut terkandung sifat segar dan mempunyai bau yang sedap. Kafur adalah mata air surga yang airnya putih dan baunya sedap serta enak rasanya.

Menurut ash-Shabuni, ayat “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” Ini maknanya ketika orang-orang kafir itu memasuki neraka, tangan mereka terbelenggu ke leher mereka dengan belenggu dan rantai. Kemudian, dengan rantai itulah mereka diseret ke dalam air yang mendidih, lalu dinyalakan dan dibakar di dalam neraka.

Ibnu Katsir menafsirkan ayat: “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” Dengan makna rantai itu tersambung ke tangan Malaikat Zabaniyah yang terkadang menyeret orang-orang kafir di atas wajah mereka ke dalam air panas yang mendidih dan terkadang menyeret mereka ke neraka.

“(Allah berfirman): “Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (al-Haaqqah: 30-32) merupakan ayat yang banyak menerangkan tentang belenggu, rantai, dan tali pengikat yang digunakan untuk mengikat orang-orang kafir. Oleh karena itu itu akan diterangkan makna setiap kata dari ayat ini:

khudzuHu: ucapan yang disampaikan untuk penjaga neraka.
faghulluuH: ikatlah dengan kuat dan kumpulkan kedua tangannya ke lehernya dengan rantai.
Tsummal jahiima: api menyala-nyala yang membakar.
shalluuH: masukkan dia ke dalam neraka yang apinya menyala-nyala dan membakar.
Dzar’uHaa: yang panjangnya.
Sab’uuna dziraa’an: maksudnya adalah rantai yang panjang. Rantai ini sangat panjang karena orang kafir di dalam neraka tubuhnya dibesarkan sehingga jarak antara kedua bahunya sejauh perjalanan tiga hari, ketebalan kulitnya sepanjang empat puluh dua hasta, dan tempat duduknya sejauh antara Makkah dan Madinah. Oleh karena itu rantai yang diikatkan kepada mereka sangat besar dan panjang. Panjangnya mencapai tujuh puluh hasta, yaitu hasta malaikat.

faslukuuHu: masukkan orang kafir itu ke dalam rantai, setelah dimasukkan ke dalam neraka, lalu ikatkan rantai itu ke tubuhnya agar tidak bergerak. Neraka dan rantai disebutkan lebih dahulu untuk menunjukkan kekhususan dan perhatian terhadap jenis siksaan atau adzab bagi orang kafir.

Tsumma: sebagai perbedaan antara berat adzab keduanya.
Dalam tafsir al-Munir disebutkan bahwa Dr.Wahbah az-Zahiliy berpendapat sekitar penafsiran ayat yang menerangkan adanya siksa dengan belenggu dan rantai: “(Allah berfirman): “Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (al-Haaqqah: 30-32)

Menurut Dr.Wahbah az-Zahiliy, ayat tersebut bermakna bahwa Allah swt menyuruh Malaikat Zabaniyah untuk memegang orang kafir dengan mengumpulkan tangannya ke lehernya, lalu diikat dengan tali dan belenggu. Kemudian Allah swt memerintahkan malaikat itu untuk memasukkan orang kafir itu ke dalam neraka agar dibakar dengan panasnya, lalu dimasukkannya ke rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Rantai ini digunakan untuk melipat dan mengikat tubuhnya agar tidak bergerak.

Menurut ash-Shabuni, ayat “tangkaplah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya” bermakna bahwa Allah swt berfirman kepada Malaikat Zabaniyah agar memegang orang kafir dan mengikatnya dengan belenggu.

Menurut al-Qurthubi ayat ini bermakna bahwa seratus ribu malaikat berebut memegang orang kafir, kemudian mengumpulkan tangannya ke lehernya. Adapun ayat “kemudian masukkan dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala” berarti malaikat memasukkan orang kafir ke dalam api neraka yang bergejolak agar ia dibakar panasnya.
“Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta” bermakna kemudian masukkan orang kafir itu ke dalam rantai besi yang panjangnya mencapai tujuh puluh hasta. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, rantai itu dimasukkan tangan malaikat dari dubur orang kafir dan keluar dari tenggorokannya, kalu kepala dan kedua kakinya dikumpulkan dan dilipat.

Menurut Ibnu Katsir, tafsir dari ayat “Peganglah Dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah Dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. kemudian belitlah Dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” Adalah Allah swt. menyuruh Malaikat Zabaniyah untuk mengambil tindakan terhadap orang kafir di padang mahsyar. Malaikat itupun segera membelenggu orang kafir dan meletakkan rantai pada lehernya atau mengikatnya. Kemudian ia ditarik ke neraka untuk dibakar di dalamnya.

Menurut Minhal bin Amr, ketika Allah swt memerintahkan malaikat untuk memegang orang kafir, ada tujuh puluh ribu malaikat yang berebut, lalu mereka melemparkan tujuh puluh ribu orang kafir ke dalam neraka.

Menurut al-Fadhil bin ‘Iyadh, ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk memegang orang-orang kafir, ada tujuh puluh ribu malaikat yang meletakkan rantai pada leher orang-orang kafir. Adapun maksud ayat “kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala” ini menerangkan bahwa orang-orang kafir itu dibanjiri api dalam neraka. sedangkan ayat “kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta” menurut Ka’ab bin al-Akhbar adalah setiap mata rantai itu besarnya sama dengan besi di dunia. Ibnu Abbas berpendapat bahwa maksud dari “hasta” dalam ayat tersebut adalah hasta malaikat. Sedangkan al-Aufi berkata dari Ibnu Abbas bahwa belenggu itu dimasukkan ke dalam duburnya [orang kafir] hingga keluar dari hidungnya sehingga ia tidak mengetahui kedua kakinya.

Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seandainya satu remukan [bubuk] seperti ini [lalu beliau menunjuk tempat minum dari kayu] dijatuhkan dari langit ke bumi, niscaya baru akan sampai ke bumi setelah perjalanan lima ratus tahun, sebelum malam tiba. Akan tetapi, jika dijatuhkan dari kepala rantai, niscaya baru akan sampai ke ujungnya setelah perjalanan empat puluh tahun, siang dan malam.” (HR Ahmad dan Turmudzi)

“Karena Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala.” (al-Muzzammil: 12)

Allah menyebutkan dan mensifati adzab dalam neraka yang telah disediakan bagi orang-orang kafir, yaitu belenggu. Belenggu ini adalah tali yang berat, yang membebani punggung orang-orang kafir dan menambah berat timbangan mereka sehingga mereka tetap berada dalam timbangan yang berat. Dalam at-Tashil disebutkan, “ankal” adalah jamak dari “niklun” yaitu tali dari besi. Ada pula yang berpendapat bahwa “ankal” adalah tali-tali hitam dari neraka.

“Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.” (Ibrahim: 49)

Sebelum menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir menyebutkan firman Allah yang artinya: “[yaitu] pada hari [ketika] bumi diganti dengan bumi yang lain dan [demikian pula] langit…” (Ibrahim: 48) atau semua makhluk dikumpulkan di padang mahsyar, umat demi umat dan kamu [Muhammad] pada hari itu akan melihat orang-orang yang berdosa karena kekafiran dan suka berbuat kerusakan [di muka bumi] diikat dengan sebagian yang lain serta dikumpulkan secara berkelompok, sebagaimana firman Allah:

“(kepada Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka ….” (ash-Shaaffaat: 22)

Selain itu Allah swt juga menerangkan keadaan setiap jiwa dan orang kafir pada hari kiamat.

“Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).” (at-Takwir: 7)

“Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.” (al-Furqaan: 13)

Maksudnya: mereka mengharapkan kebinasaan, agar terlepas dari siksaan yang Amat besar, Yaitu azab di neraka yang Amat panas dengan dibelenggu, di tempat yang sempit pula, sebagai yang dilukiskan itu.

&

Palu Besi Penghuni Neraka

6 Jul

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Dalam neraka terdapat beberapa palu dari besi, selain rantai, belenggu, dan tali. Palu-palu itu disediakan Allah bagi orang-orang yang akan keluar dari neraka. orang-orang kafir itu terikat dengan tali rantai yang membebani mereka serta memberatkan timbangan mereka sehingga mereka tetap berada di dasar meskipun mereka berusaha untuk keluar darinya. Kemudian mereka bergerak lamban menuju puncak [agar keluar dari neraka]. ketika malaikat yang mengawasi mereka melihat, ia membiarkan mereka agar penderitaan dan siksa mereka bertambah, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Muddatstsir: 17: “Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.”

Ketika salah seorang di antara mereka sampai ke tempat yang memungkinkannya keluar, didatangkanlah sesuatu yang belum pernah mereka perhitungkan sebelumnya. Maka ia dipukul oleh malaikat Zabaniyah dengan palu besi [yang berat dan besarnya hanya diketahui Allah swt] maka jatuhlah ia kembali ke dalam neraka.

“Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”. (al-Hajj: 21-22)

“Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” Artinya bagi mereka palu-palu dan cambuk-cambuk dari besi yang dipukulkan untuk mendorong mereka kembali ke dasar neraka. dalam sebuah hadits disebutkan, “Jika palu itu diletakkan di bumi, niscaya segala isi bumi akan terkumpul hingga bagian yang terkecil sekalipun.” (HR Ahmad)

“Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.” Berarti setiap kali penghuni neraka itu hendak berusaha keluar darinya karena penderitaan yang mereka rasakan, mereka dikembalikan lagi ke dalamnya.

Menurut Hasan, lidah api neraka itu memukul para penghuninya sehingga mereka terlempar ke atas. Ketika sampai di atas, mereka dipukul dengan palu besi hingga jatuh lagi ke neraka dan baru akan sampai ke dasarnya setelah tujuh puluh tahun.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika sebuah gunung dipukul dengan palu besi itu, niscaya akan kembali remuk [hancur].” (HR Ahmad)

Dalam kitab az-Zuhdi, Imam Ahmad mengatakan bahwa ia diberitahu oleh Sayyar dari Ja’far bahwa ia pernah mendengar Malik bin Dinar berkata, “Jika penghuni neraka itu merasakan pukulan palu besi itu, mereka menyelam ke dalam air yang mendidih, dan pergi ke bawah, sebagaimana seseorang yang sedang menyelam dalam air [di dunia], lalu berenang sampai ke bawah.”

Sa’id berkata dari Qatadah bahwa Umar bin Khaththab ra. berkata, “Sesungguhnya panas api neraka itu sangat dahsyat, dasarnya sangat dalam, minumannya adalah nanah yang bercampur darah, dan palunya adalah besi.”

&

Jeleknya Wajah Orang Kafir Di Neraka

6 Jul

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”. (Ali ‘Imraan: 106)

“Adapun orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) Balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. mereka Itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Yunus: 27)

Makna ayat dari surat Yunus di atas adalah bahwa orang-orang yang berbuat kejahatan atau kejelekan [di dunia] dan berbuat maksiat kepada Allah swt serta kafir kepada-Nya, akan mendapatkan balasan setimpal dengan kejahatan mereka, tidak lebih dari itu. Artinya adil menurut Allah swt. Sedangkan perbuatan baik balasannya akan dilipatgandakan oleh Allah swt.

Menurut al-Qurthubi, makna ayat “dan mereka diselubungi kehinaan” adalah orang-orang kafir itu akan tertutup kehinaan yang disebabkan perbuatan mereka. sedangkan “tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari [adzab] Allah” maknanya tidak seorang pun yang dapat menolong atau melindungi mereka dari kemurkaan Allah swt dan siksa-Nya. Adapun “seakan-akan wajah mereka ditutup dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita” berarti seolah-olah wajah mereka ditutupi kegelapan yang merupakan bagian dari kegelapan malam. Kemudian ayat “mereka itulah penghuni neraka. mereka kekal di dalamnya” berarti mereka tidak akan keluar dari neraka selamanya.

Allah swt telah menjelaskan buruknya keadaan penghuni neraka ketika wajah mereka dibakar api neraka dan dijadikan cacat, padahal mereka hidup kekal di dalamnya.

“Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam Keadaan cacat.” (al-Mu’minuun: 104)

Dalam hadits Rasulullah saw. telah disebutkan tentang penafsiran ayat di atas. Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “[Dan mereka di neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat] berarti wajah mereka dibakar api sehingga bibir bagian atas mereka berkerut sampi ke tengah bagian kepala, sedangkan bibir bagian bawah mereka melembek hingga sampai ke pusar.” (HR Ahmad dalam Musnad, Turmudzi dalam Sunan, dan Hakim dalam Mustadrak)

Menurut Ibnu Mas’ud, ayat “Dan mereka di neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat” ini berarti seperti cacatnya kepala yang matang [karena dipanggang] atau cacatnya kepala yang disisir dengan api sehingga gigi-gigi orang kafir itu tampak dan bibirnya berkerut.

Al-Khallal menyebutkan hadits dari Hikam bin al-A’raj dari Abu Hurairah ra. bahwa di neraka para penghuninya akan dibesarkan sehingga tubuh mereka seperti tujuh malam, [gigi taring] mereka seperti gunung Uhud, kedua bibir mereka tergantung hingga ke dada, dan mereka berdesak-desakan di dalam neraka.

Menurut ash-Shabuni, “Dan mereka di neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat” berarti mereka muram di dalam neraka, bahwa wajah mereka terlihat sebagai pemandangan yang buruk.

Ibnu Mas’ud menambahkan bahwa gigi mereka terlihat dan kedua bibir mereka berkerut seperti rambut yang disisir dengan api [terbakar], sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits di atas.

&

Apakah Tubuh Orang yang Maksiat Akan Membesar di Neraka?

6 Jul

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Di dalam hadits Rasulullah saw. disebutkan bahwa tubuh orang-orang yang berbuat maksiat juga akan dibesarkan di dalam neraka. di antara mereka ada yang datang kepada Allah dengan kemaksiatan dan dosa-dosa besar yang mereka perbuat serta ada pula yang datang kepada-Nya karena kedhaliman, kejahatan, durhaka kepada kedua orang tua, dan dosa-dosa besar lain yang mereka kerjakan.

Dari Harits bin Qais ra, bahwa Rasulullah saw. bersabada, “Sungguh di antara umatku ada yang akan membesar di neraka sehingga besarnya seperti gunung Uhud.” (HR Ahmad dalam Musnad, Ibnu Majah dan Hakim dalam al-Mustadrak)

Dari Abu Ghanam al-Kala’iy dari Abu Ghassan adh-Dhabbiy bahwa Abu Hurairah ra. berkata kepadanya dalam kebingungan, sedangkan pada waktu itu Abdullah bin Khaddasy mengetahuinya. Lalu Abu Hurairah mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Pahanya penghuni neraka sebesar gunung Uhud dan gigi taringnya sebesar Gunung Baidha” kemudian Abu Hurairah bertanya, “Mengapa, ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Karena ia durhaka kepada kedua orang tuanya.” (HR Thabrani)

Hadits ini dikuatkan oleh hadits lain yang khusus membicarakan tentang kedurhakaan seorang anak kepada kedua orang tuanya. Perbuatan ini akan mengakibatkan pelakunya mendapat murka dari Allah swt pada hari kiamat nanti dan Allah menjanjikannya dengan adzab yang pedih.

Dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga golongan yang tidak akan dilihat Allah pada hari kiamat, yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tua, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan mucikari. Ada juga tiga golongan yang tidak akan masuk surga, yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tua, peminum khamar, dan orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian.” (HR Ahmad dalam Sunan serta Nasa’i dan Hakim dalam al-Mustadrak)

Memang benar mereka yang suka berbuat maksiat, tetapi masih mengesakan Allah swt. dan pernah bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, akan keluar dari neraka dengan syafaat dari Rasulullah saw., orang-orang beriman, dan rahmat-Nya. Akan tetapi mereka tetap akan dilemparkan ke dalam neraka sebagai balasan atas dosa-dosanya yang telah diperbuat, baik kejahatan, tidak taat kepada ketetapan-Nya, maupun yang tidak beribadah.

Berapa banyak orang yang bermaksiat dari golongan ahli tauhid [yang mengakui ketauhidan Allah swt] yang datang menghadap-Nya, padahal mereka tidak menjalankan shalat, tidak mengeluarkan zakat, dan tidak melaksanakan haji, selain dosa-dosa yang telah mereka perbuat? Mereka akan mendapatkan balasan, yaitu neraka, sedangkan tubuh mereka membesar di dalamnya. Pada akhirnya tidaklah bermanfaat bagi mereka kecuali yang pernah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Mereka akan keluar dari neraka karena syafaat dan rahmat dari Allah swt.

Ali bin Abi Thalib ra. berkata, “Kerjakan amal di dunia menurut kemampuanmu menahan beban api neraka di akhirat.” Ucapan Ali bin Abi Thalib ini menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat maksiat dari golongan ahli tauhid tetap akan menerima balasannya di neraka pada hari kiamat nanti.

&

Makanan Penghuni Neraka

6 Jul

Neraka, Kengerian dan Siksaannya;
Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Di antara penderitaan berat bagi penghuni neraka adalah dihidangkannya kepada mereka makanan di neraka yang justru akan menambah siksa mereka, seperti dlari’ dan zaqqum [pohon berduri].

“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (al-Ghaasyiyah: 6-7)

Kata dlari’ pada ayat di atas adalah duri yang berada di Syam, disebut juga dengan syabraq. Menurut Ibnu Abbas, syabraq adalah sejenis tumbuhan yang berduri. Duri ini melekat di tanah. Jika bergerak dia dinamakan dlari’. Dikatakan pula bahwa dlari’ adalah sejenis duri yang dihindari oleh binatang melata karena sangat menyakitkan dan pahit.

Dalam tafsir al-Qurthubi, Ibnu Abbas berpendapat bahwa dlari’ adalah sesuatu di neraka yang menyerupai duri, lebih pahit daripada perasan pohon yang pahit, lebih busuk daripada bangkai, dan lebih panas daripada api. Dalam kedua ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa tidak ada makanan yang dapat dimakan oleh penghuni neraka kecuali dlari’, yaitu duri kering yang pahit dan membahayakan. Oleh penduduk Hijaz, duri ini dinamakan syabraq jika dalam keadaan basah dan dinamakan dlari’ jika dalam keadaan kering. Duri ini merupakan racun, sejelek-jelek makanan, tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan rasa lapar. Makan dlari’ merupakan salah satu bentuk siksaan dalam neraka.

“Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang Amat panas. Peganglah Dia kemudian seretlah Dia ke tengah-tengah neraka.” (ad-Dukhan: 43-47)

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Abu ad-Darda’ berpendapat, pohon zaqqum adalah makanan bagi pendosa atau tidak mendapatkan makanan lainnya. Sedangkan menurut Mujahid, pohon zaqqum adalah seperti endapan minyak, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat “Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.”

Dalam Shafwah at-Tafasir, ash-Shabuni juga berpendapat ketika Allah swt menyebutkan dalil tentang adanya hari kiamat, diikuti pula penyebutan sifat hari yang sangat panas itu. Disebutkan pula janji terhadap orang-oran kafir dan mereka yang taat kepada aturan Allah bahwa mereka akan dikumpulkan, sebagai ancaman dan kabar gembira bagi mereka. “Sungguh pohon zaqqum itu makanan bagi orang yang banyak dosa” ditafsirkan bahwa pohon yang jelek itu [zaqqum] yang tumbuh di dasar neraka merupakan makanan orang yang berdosa. Ia tidak mempunyai makanan selain darinya.

Abu Hayan juga berpendapat bahwa yang dimaksud “orang yang banyak dosa” di sini adalah orang musyrik karena dosa merupakan sifat yang melekat pada dirinya. Adapun ayat “Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut” maksudnya adalah kekejian dan kengeriannya jika dimakan seperti tembaga yang mendidih. Panasnya tidak dapat diredakan dan ia akan bersuara di dalam perut. Sedangkan “seperti mendidihnya air yang panas” berarti seperti mendidihnya air karena panasnya api.

Dalam tafsirnya, al-Qurthubi berpendapat bahwa pohon zaqqum adalah pohon yang diciptakan dalam neraka. ia juga dinamakan pohon yang terlaknat. Jika para penghuni neraka merasa lapar, mereka akan mendatangi pohon itu dan makan darinya. Kemudian bergolaklah apa yang mereka makan itu di dalam perut mereka, sebagaimana bergolaknya air yang sangat panas. Allah swt menyerupakan apa yang terjadi di dalam perut mereka itu sebagai endapan minyak. Maksudnya adalah tembaga yang meleleh. Sedangkan yang dimaksud dengan “orang yang berdosa” adalah orang yang mempunyai banyak dosa, yaitu Abu Jahal karena ia berkata, “Muhammad menjanjikan kepada kita bahwa kita akan memakan zaqqum di dalam neraka. padahal itu adalah bubur dengan keju dan kurma.” Oleh karena itu dalam ayat selanjutnya disebutkan “Peganglah dia, kemudian seretlah ia ke tengah-tengah neraka”. maksudnya Allah swt memerintahkan malaikat Zabaniyah [pada hari kiamat] untuk memegang orang yang berdosa ini dan menyeret lehernya dengan keras ke tengah neraka.

Dalam al-Qur’an disebutkan secara rinci tentang sifat pohon zaqqum agar manusia berhati-hati terhadapnya. Allah swt mensifatinya dengan sifat yang tercela, lalu menerangkan tumbuhnya, makanannya dan siksaannya.

“(makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka Sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, Maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. kemudian sesudah Makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. kemudian Sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.” (ash-Shaaffaat: 62-68)

“apakah [makanan surga itu] hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum?” maksudnya apakah kenikmatan di dalam surga itu merupakan hidangan atau pemberian yang lebih baik ataukah pohon zaqqum yang ada di neraka? buah-buahan yang segar adala makanan penghuni surga, sedangkan zaqqum adalah makanan penghuni neraka. maksudnya adalah untuk celaan terhadap orang-orang kafir.

“Sungguh Kami menjadikannya [pohon zaqqum] sebagai adzab bagi orang-orang yang dhalim].” Maksudnya Allah menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi mereka. mereka berkata, “bagaimana mungkin di neraka terdapat pohon, sedangkan api membakar pohon?” mereka tidak mengetahui bahwa Allah swt berkuasa terhadap sesuatu. Mereka juga tidak mengetahui bahwa hukum di dunia bukanlah hukum untuk di akhirat dan segala sesuatu yang ada di akhirat itu berubah, tidak sebagaimana yang kita alami di dunia.

“Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka jahim” maksudnya pohom zaqqum tumbuh di dasar neraka, kemudian bercabang-cabang di dalamnya dengan perintah Allah swt. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Jika menghendaki sesuatu Dia tinggal berkata, “Jadilah maka jadilah ia.” Pohon ini hidup di atas air tawar. Jika selalu disiram air, ia akan mati. Ia juga hidup di dalam air yang asin. Jika tidak disiram dengan air yang asin ia akan mati. Sifat lain dari pohon ini adalah membutuhkan air, tetapi hanya pada bulan tertentu. Dan masih banyak sifatnya yang lain. Begitulah Allah swt menciptakan apa saja yang Dia kehendaki.

“Mayangnya seperti kepala-kepala setan” maksudnya buah zaqqum itu seperti kepala para setan, mempunyai bentuk yang jelek dan mengerikan. Ibnu Katsir menambahkan bahwa buah itu diumpamakan kepala setan meskipun kepala setan itu belum diketahui oleh manusia karena setan itu berada dalam jiwa. Selain itu karena setan mempunyai bentuk yang sangat jelek.

“Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya [buah pohon itu] dan mereka memenuhi perutnya dengannya [zaqqum]” maksudnya karena sangat lapar, orang-orang kafir itu terpaksa memakan buah zaqqum. Di antara mereka ada yang memenuhi perutnya dengan buah itu karena memang itulah makanan dan buah mereka, sangat berbeda dengan rizki para penghuni surga. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Seandainya sepotong [setitik] buah zaqqum itu dijatuhkan di laut dunia, niscaya akan merusak kehidupan manusia.” (HR Turmudzi).

“Kemudian sungguh, setelah makan [buah zaqqum] mereka mendapatkan minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas” maksudnya setelah mereka kenyang dengan buah zaqqum, mereka dahaga. Kemudian mereka diberi minuman yang bercampur air yang sangat panas. Panasnya telah mencapai derajat yang paling tinggi. Air itu dicampurkan pada makanan mereka agar mereka merasakan pahitnya buah zaqqum dan panasnya air yang mendidih, sebagai azab bagi mereka.

“Kemudian tempat kembali mereka ke neraka jahim” maksudnya tempat kembali mereka adalah neraka jahim yang paling bawah. Muqatil berpendapat bahwa hamim [air yang panas] itu berada di luar neraka jahim. Orang-orang kafir itu menuju hamim untuk minum, lalu mereka dikembalikan ke neraka jaim. Menurut Abu as-Su’ud, zaqqum dan hamim dihidangkan terlebih dulu sebelum mereka memasuki neraka.

“Kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan”. (al-Waaqi’ah: 51-56)

Pohon zaqqum itu sangat jelek dan tampak mengerikan, tetapi para penghuni neraka tetap merasakan lapar. Kemudian dihidangkanlah pohon itu kepada mereka. jika perut mereka itu telah penuh, zaqqum itu bergolak di dalam perut, seperti mendidihnya minyak. Oleh karena itu mereka sangat menderita yang tidak dapat dituangkan dengan kata-kata atau dibayangkan. Jika keadaan mereka telah seperti itu, mereka bergegas untuk minum air yang mendidih, yaitu air panas yang mencapai derajat paling tinggi. Kemudian, mereka meminumnya seperti unta yang minum tanpa merasa kenyang atau hilang dahaganya. Ketika itulah air panas itu memutus usus-usus mereka, sebagaimana firman Allah:

“(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (Muhammad: 15)

Di atas siksa yang mereka rasakan itu [karena pahit dan panasnya makanan mereka] zaqqum itu berhenti di tenggorokan mereka dan tidak mau masuk ke dalam usus. Dengan demikian, mereka merasakan penderitaan yang sangat pedih, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

“Karena Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.” (al-Muzzammil: 12-13)

Makanan penghuni neraka itu mempunyai ghushah, yaitu sesuatu yang menyumbat kerongkongan karena itu berhenti di dalamnya dan tidak mau masuk ke dalam perut. Dan firman-Nya yang lain, Allah swt juga menyebutkan bahwa di antara makanan penghuni neraka adalah nanah dan darah serta minuman yang sangat dingin.

“Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (al-Haaqqah: 35-37)

“Inilah (azab neraka), Biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. ” (Shaad: 57-58)

Ghislin dan ghassaaq mempunyai satu arti, yaitu sesuatu yang mengalir dari kulit penghuni neraka, yaitu nanah yang bercampur darah. Dikatakan juga sesuatu yang keluar dari kemaluan perempuan pezina serta dari daging dan kulit busuk orang-orang kafir. Sedangkan menurut al-Qurthubi adalah ampas penghuni neraka.

Dalam tafsir al-Munir disebutkan bahwa ayat “Dan tidak ada makanan [baginya] kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa” bermakna para penghuni neraka itu tidak mempunyai makanan selain apa yang mengalir dari tubuh mereka, yang berupa nanah dan darah, yang tidak dimakan kecuali oleh orang-orang yang berdosa.

Adapun menurut Qatadah, ghisliin adalah makanan yang paling jelek bagi penghuni neraka. sedangkan tentang ayat “Inilah [adzab neraka] maka biarlah mereka merasakannya, [minuman mereka] air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan berbagai macam [adzab] yang lain yang serupa dengan itu” Qatadah menafsirkan [dalam Shafwah at-Tafsir] dengan rasakanlah adzab yang pedih ini, yaitu air yang sangat panas atau yang panasnya mencapai derajat paling tinggi sehingga memungkinkannya untuk membakar. Sedangkan qhassaaq adalah sesuatu yang mengalir dari kulit penghuni neraka, berupa darah dan nanah. “Dan berbagai macam [adzab] yang lain yang serupa dengan itu” berarti adzab lain yang serupa dengan adzab itu sebagaimana yang telah disebutkan seperti zamharir [angin yang sangat dingin], samum [angin yang sangat panas] dan zaqqum. Allah swt menjadikan adzab penghuni neraka itu bermacam-macam dan tidak diketahui oleh siapapun kecuali Dia. semua itu tidak akan terjadi jika dikehendaki-Nya.

Para shahabat lain juga menafsirkan ayat yang menyebutkan makanan penghuni neraka. di antara mereka adalah Ibnu Abbas. Ia menafsirkan zaqqum dengan pohon yang tumbuh dari dasar neraka saqar. Diriwayatkan pula dari Hasan bahwa akar pohon zaqqum itu berada di neraka, sedangkan cabang-cabangnya berada di tingkatan neraka lain atau yang berada di atasnya. Salam bin Masakin juga mengatakan bahwa ia pernah mendengar bahwa Hasan membaca ayat yang berarti “[Sungguh] pohon zaqqum itu makanan bagi orang yang banyak dosa” lalu ia [Hasan] berkata, “Di atas pohon zaqqum telah dikumpulkan neraka.”

Mughirah mengatakan bahwa menurut Ibrahim dan Abu Razin, makna ayat “Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut” adalah pohon yang mendidih. Sedangkan menurut Ja’far bin Sulaiman [menukil pendapat Abu Imran al-Jauni] yang dimaksud ayat ini bahwa pohon itu menggigit di dalam perut penghuni neraka, sebagaimana ia juga memnggigitnya.

Al-Qur’an telah menerangkan bahwa para penghuni neraka itu makan dari pohon zaqqum untuk memenuhi perutnya sehingga mendidih di dalamnya, sebagaimana air yang mendidih karena panas. Setelah itu, mereka sangat membutuhkan air untuk minum. Kemudian, mereka minum air yang sangat panas seperti minumnya unta yang sangat haus.

Menurut Ibnu Abbas dalam riwayat Ali bin Abi Thalhah, alhim adalah unta yang sangat haus. Sedangkan menurut as-Sudi adalah penyakit yang menyerang unta, yang membuatnya tidak pernah segar [karena dahaganya tidak pernah hilang] sehingga mengakibatkannya mati. Begitu pula penghuni neraka. mereka tidak pernah merasa segar dengan hamim [air yang sangat panas] tersebut. Mujahid pun berpendapat demikian.

Menurut adh-Dhahhak, sebagian orang Arab mengartikan Syurbal hiim dengan pasir. Sedangkan sebagian lain mengartikannya dengan unta yang sangat haus. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa kedua pendapat orang Arab itu didasarkan pada ayat “Sesungguhnya setelah makan buah zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas” artinya air yang sangat panas itu dicampur dengan zaqqum yang telah mereka makan, di dalam perut mereka.

‘Atha’ al-Khurasaniy memaknai ayat “bercampur dengan air yang sangat panas” dengan makanan mereka dicampur dengan air yang sangat panas. Qatadah juga berpendapat sama, yaitu dicampur dengan air yang sangat panas.

Sa’id bin Jubair berkata, “Jika penghuni neraka merasa lapar, ia akan minta pertolongan dari rasa lapar tersebut. Kemudian diberilah mereka pohon zaqqum. Mereka memakannya dan terkelupaslah kulit wajah mereka. jika ada seseorang yang melewati dan melewati mereka, akan terciumlah bau kulit wajah mereka. jika kulit itu mereka makan, mereka akan merasakan sangat haus. Kemudian mereka meminta tolong dari rasa haus itu. Diberilah air yang mendidih, seperti ter. Al-Muhlu adalah minyak yang mendidih, yang panasnya mencapai derajat yang paling panas. Jika ia didekatkan ke mulut mereka, wajah mereka terbakar, lalu bergolaklah apa yang ada di perut mereka. kemudian mereka dipukul dengan palu besi dan terjatuhlah mereka ke neraka, lalu berharap binasa selamanya.

“Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim” maknanya, setelah makan buah zaqqum dan minum hamim [sedangkan hamim berada di luar neraka] mereka dikembalikan ke neraka. ayat lain yang menunjukkan makna ini adalah firman Allah yang artinya:

“Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya.” (ar-Rahmaan: 43-44)

Menurut Qatadah dan Ibnu Juraij, makna ayat di atas adalah mereka ragu dan bimbang antara neraka jahanam dan jahim. Terkadang mereka ke neraka jahanam dan terkadang ke neraka jahim.

Adapun menurut al-Qurthubi, ayat “Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih” berarti bahwa hamim itu bukan api. Lalu, seorang hamba dibakar dari tulang-tulangnya. Kemudian ia diseret ke hamim hingga dagingnya meleleh dan hanya tinggal tulang-tulangnya, sedangkan kedua mata mereka berada di kepala. Pendapat ini sesuai dengan firman Allah yang artinya:

“Ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” (al-Mu’min: 72)

&

Shahih Bukhari Bab Iman Hadits ke 5

6 Jul

Shahih Bukhari
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ، قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الْخَيْرِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو ـ رضى الله عنهما ـ أَنَّ رَجُلاً، سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ ‏”‏ تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ ‏”‏‏.‏

Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin ‘Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Islam manakah yang paling baik?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”.

&

Shahih Bukhari Bab Iman Hadits ke 4

6 Jul

Shahih Bukhari
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقُرَشِيِّ، قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ، حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ قَالَ ‏”‏ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ‏”‏‏.‏

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Yahya bin Sa’id Al Qurasyi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami bapakku berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Abu Burdah bin Abdullah bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata: ‘Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya”.

&

Shahih Bukhari Bab Iman Hadits ke 3

6 Jul

Shahih Bukhari
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ، قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ، وَإِسْمَاعِيلَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو ـ رضى الله عنهما ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ ‏”‏‏.‏ قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا دَاوُدُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم‏.‏ وَقَالَ عَبْدُ الأَعْلَى عَنْ دَاوُدَ عَنْ عَامِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم‏.‏

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas berkata, Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abdullah bin Abu As Safar dan Isma’il bin Abu Khalid dari Asy Sya’bi dari Abdullah bin ‘Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah ” Abu Abdullah berkata; dan Abu Mu’awiyyah berkata; Telah menceritakan kepada kami Daud, dia adalah anak Ibnu Hind, dari ‘Amir berkata; aku mendengar Abdullah, maksudnya ibnu ‘Amru, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Dan berkata Abdul A’laa dari Daud dari ‘Amir dari Abdullah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

&

Shahih Bukhari Bab Iman Hadits ke 2

6 Jul

Shahih Bukhari
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ، قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ‏”‏‏.‏

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad Al Ju’fi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Amir Al ‘Aqadi yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman”.

&