Tidak berlebih-lebihan dalam Beribadah (2)

15 Apr

Riyadhush Shalihin; Imam Nawawi; hadits-hadits tentang Hemat dalam Beribadah

Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: Nabi saw. diberitahu tentang ucapanku, yaitu: “Demi Allah, sungguh saya akan selalu berpuasa pada siang hari dan bangun sepanjang malam untuk mengerjakan shalat selama saya hidup.” Kemudian Rasulullah saw. bertanya: “Kamukah yang mengucapkan ucapan seperti itu?” Kemudian saya menjawab: “Benar saya yang mengucapkannya.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup untuk berbuat demikian, maka berpuasalah dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk shalat, serta berpuasalah tiga hari setiap bulan karena pahalanya dilipatkan sepuluh kali. Jadi, jika setiap bulan kamu berpuasa tiga hari, maka itu seperti berpuasa sepanjang masa.” saya berkata: “Sesungguhnya saya mampu untuk berpuasa melebihi tiga hari setiap bulan.” Beliau menjawab: “(Kalau begitu) berpuasalah satu hari dan berbukalah dua hari.” Itulah cara berpuasa Nabi Dawud a.s. dan itulah puasa yang paling utama.”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Itu adalah puasa yang paling utama.” Saya berkata lagi: “Sesungguhnya saya mampu untuk puasa lebih dari itu.” Beliau bersabda: “Sungguh tidak ada puasa melebihi keutamaan puasa Nabi Dawud.” Kemudian Abu Muhammad berkata: “Seandainya dulu saya menerima anjuran Rasulullah saw. berupa berpuasa tiga hari setiap bulannya maka itu lebih saya sukai daripada keluarga dan harta benda.”

Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah saw. bersabda: “Saya mendengar bahwa engkau berpuasa sepanjang hari dan bangun sepanjang malam untuk shalat malam?” saya menjawab: “ Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Janganlah berbuat demikian. Berpuasa dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk mengerjakan shalat. Karena sesungguhnya tubuhmu, kedua matamu, istrimu dan tamumu mempunyai hak. Cukuplah kamu berpuasa tiga hari setiap bulannya, karena setiap satu kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat. Dan jika kamu berpuasa tiga hari setiap bulannya berarti kamu berpuasa sepanjang masa.” Maka saya memberatkannya sehingga aku diperberat. Saya bertanya: “Wahai Rasulallah, saya merasa lebih kuat,” Nabi saw. menjawab: “Berpuasalah seperti puasanya nabi Dawud. Jangan lebih dari itu.” Saya bertanya: “Bagaimana puasanya Nabi Dawud?” beliau menjawab: “Setengah masa.” Ketika Abdullah sudah tua ia berkata: “Aduh menyesal sekali, sekiranya dahulu saya menerima keringanan yang diberikan oleh Rasulullah saw. niscaya akan lebih baik bagiku.

Dalam riwayat lain dikatakan: “Saya mendengar bahwa kamu berpuasa sepanjang masa dan membaca al-Qur’an sepanjang malam, benarkah demikian?” Saya menjawab: “Benar wahai Rasulullah. Dan saya berbuat demikian tiada lain yang kuharapkan adalah kebaikan.” Beliau bersabda: “Berpuasalah sebagaimana puasa Nabi Dawud, karena dialah yang paling banyak ibadahnya di antara manusia. Dan hatamkanlah al-Qur’an itu setiap bulan sekali.” Saya menyatakan: “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya saya mampu untuk berbuat lebih dari itu.” Beliau bersabda: “Hatamkanlah al-Qur’an setiap seminggu sekali dan janganlah kamu berbuat lebih dari itu.” Saya merasa sangat kuat dan minta diberi tambahan, kemudian Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya kamu tidak tahu, mungkin kamu dipanjangkan umurmu.” Abdullah berkata: “Maka benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. kepadaku. Ketika sudah tua, saya menyesal, kenapa dulu tidak mau menerima keringanan yang diberikan oleh Nabi Allah saw.

Dalam riwayat lain Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya anakmu mempunyai hak yang harus kau tunaikan.”

Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak dikatakan puasa bagi orang yang berpuasa sepanjang masa.” Beliau mengulanginya tiga kali.

Dalam riwayat lain Rasulullah saw. bersabda: “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Nabi Dawud, shalat yang paling disukai oleh Allah adalah tata cara shalatnya Nabi Dawud dimana beliau tidur sampai tengah malam dan bangun pada sepertiganya kemudian tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Beliau berpuasa sehari serta berbuka sehari, dan tidak pernah lari ketika bertemu dengan musuh.

Dalam riwayat lain dikatakan: Abdullah berkata: “Ayahku telah mengawinkan aku dengan wanita bangsawan, dan ayahku selalu mendatangi istriku dan menanyakan keadaanku, kemudian istriku menjawab: “Suamiku adalah sebaik-baik orang laki-laki, hanya saja tidak pernah tidur bersama dan juga tidak begitu memperhatikan istrinya sejak saya di sini.” Setelah hal itu berjalan lama, kemudian ayah memberitahukan kepada Nabi saw, maka beliau bersabda: “Hadapkan dia padaku!” saya lalu menghadap dan beliau bersabda: “Bagaimana cara kamu berpuasa?”Saya menjawab: “Setiap hari.” Beliau bertanya: “Bagaimana kamu menghatamkan al-Qur’an?” saya menjawab: “Setiap malam.” Kemudian Abdullah melanjutkan haditsnya seperti di atas. Semua riwayat hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Dai Abu Rib’i Handzalah bin Robi’ al-Usayyidiy, salah seorang sekretaris Rasulullah saw. ia berkata: Saya bertemu dengan Abu Bakar ra. kemudian ia bertanya: “Bagaimanakah keadaanmu hai Handzalah?” saya menjawab: “Handzalah kini telah munafik.” Abu bakar berseru: “SubhaanallaaH, apa yang kamu katakan?” Saya menjelaskan: “Kalau kami di hadapan Rasulullah saw. kemudian beliau menceritakan tentang surga dan neraka maka seakan-akan kami melihat dengan mata dan kepala. Tetapi bila kami pergi dari beliau dan bergaul dengan istri dan anak-anak serta mengurusi berbagai urusan maka kami sering lupa.” Abu Bakar berkata: “Demi Allah, kami juga begitu.” Kemudian saya dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah saw. lalu saya berkata: “Wahai Rasulallah. Handzalah telah munafik.” Rasulullah saw. bertanya: “Mengapa demikian?” saya berkata: “Wahai Rasulallah, apabila apabila kami berada di hadapanmu kemudian engkau menceritakan tentang neraka dan surga, maka seolah-olah kami melihat dengan mata dan kepala sendiri, namun bila kami keluar dan bergaul dengan istri dan anak-anak serta mengurusi berbagai macam persoalan, maka kami sering lupa.” Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kamu tetap sebagaimana keadaanmu di hadapanku dan mengingat-ingatnya niscaya malaikat akan menjabat tanganmu di tempat tidurmu dan di jalan. Tetapi, hai Handzalah sesaat dan sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Tatkala Nabi saw. berkhutbah tiba-tiba ada seorang laki-laki bediri, kemudian beliau menanyakannya. Para shahabat menjawab: “Dia adalah Abu Israil, ia bernadzar akan berdiri pada waktu panas, tidak akan duduk, dan dia tidak akan berteduh juga tidak akan berbicara sedangkan dia sedang berpuasa.” Kemudian Nabi saw. bersabda: “Perintahkanlah supaya dia berbicara, berteduh, duduk, dan perintahkanlah dia supaya menyempurnakan puasanya.” (HR Muslim)

Tinggalkan komentar