Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nahl ayat 72

18 Sep

Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nahl (Lebah)
Surah Makkiyyah; surah ke 16: 128 ayat

tulisan arab alquran surat an nahl ayat 72“Allah menjadikan bagimu isteri-isteri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isterimu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. an-Nahl: 72)

Allah Ta’ala menceritakan berbagai macam nikmat-Nya yang telah Dia karuniakan kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia menjadikan bagi mereka isteri-isteri dari jenis dan sosok mereka sendiri. Seandainya Dia memberikan isteri dari jenis lain, niscaya tidak akan terwujud keharmonisan, cinta dan kasih sayang. Tetapi berkat rahmat kasih sayang-Nya, Dia menciptakan manusia terdiri atas laki-laki dan perempuan yang berpasang-pasangan. Kemudian Allah Ta’ala menciptakan anak dan cucu dari perkawinan mereka.

Demikian yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas, `Ikrimah, al-Hasan al-Bashri, adh-Dhahhak, dan Ibnu Zaid. Thawus dan beberapa ulama lainnya mengata- kan: “Al-Hafadah berarti pembantu.”

Mengenai firman Allah Ta’ala: wa ja’ala lakum min azwaajikum baniina wa hafadatan (“Dia menjadikan bagimu dari isteri-isterimu itu anak-anak dan cucu-cucu,”) al-`Aufi dari Ibnu `Abbas mengatakan: “Yakni anak isteri seorang laki-laki yang mereka bukan dari suaminya.”
`Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu `Abbas: “Mereka itu adalah semenda (menantu).” Ibnu Jarir mengatakan: “Semua pendapat tersebut masuk ke dalam makna al-hafadah yaitu khidmat, seperti yang terdapat di dalam do’a (Dan kepada-Mulah kami berusaha dan berkhidmat). Khidmat (pengabdian) itu dapat dilakukan oleh anak, pelayan, dan menantu, sehingga kenikmatan tercapai melalui ketiga pihak ini.

Firman-Nya: wa razaqakum minath thayyibaati (“Dan memberimu rizki dari yang baik-baik.”) Yakni, berupa makanan dan minuman.

Selanjutnya, dengan nada mengingkari terhadap orang-orang yangmenyekutukan pihak lain dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya: afa bil baathili yu’minuun (“Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil?”) Yakni, berupa sekutu dan patung-patung. Wa bi ni’matillaaHi Hum yakfuruun (“Dan mengingkari nikmat Allah.”) Maksudnya, mereka menutupi nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka dan menyandarkan nikmat-nikmat tersebut kepada selain diri-Nya.

Dalam hadits shahih disebutkan: “Sesungguhnya Allah akan berfirman kepada seorang hamba dengan nada mengumpat pada hari Kiamat; ‘Bukankah Aku telah menikahkanmu? Bukankah Aku telah memuliakanmu? Dan bukankah Aku telah menundukkan kuda dan unta bagimu, serta menjadikanmu berkuasa dan hidup senang (bahagia)?’”

bersambung

Tinggalkan komentar