Tafsir Al-Qur’an Surah Qaaf (5)

13 Mar

Tafsir Ibnu Katsir Surah Qaaf
Surat Makkiyyah; Surat ke 50: 45 ayat

 

tulisan arab alquran surat qaaf ayat 23-29“23. dan yang menyertai Dia berkata : ‘ Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku’. 24. Allah berfirman : ‘Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, 25. yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, 26. yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah Maka lemparkanlah Dia ke dalam siksaan yang sangat ‘. 27. yang menyertai dia berkata (pula): ‘Ya Tuhan Kami, aku tidak menyesatkannya tetapi Dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh’. 28. Allah berfirman : “Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, Padahal Sesungguhnya aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu”. 29. keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan aku sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Ku” (Qaaf: 23-29)

Allah berfirman seraya memberitahukan tentang malaikat yang diberi tugas mengawasi amal perbuatan anak cucu Adam, dimana ia akan memberikan kesaksian atas apa yang pernah mereka kerjakan  pada hari kiamat kelak seraya berkata: Haadzaa maa ladayya ‘atiid (“Inilah [catatan amalnya] yang tersedia di sisiku.”) inilah yang disiapkan dan dihadirkan, tanpa adanya penambahan dan pengurangan.

Mujahid mengatakan: “Demikianlah ungkapan Malaikat penggiring, dimana ia mengatakan: ‘Inilah anak Adam yang Engkau [Allah] telah mengutusku mengawasinya, dan aku telah menghadirkannya.”)  dan penafsiran ini pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir, dimana hal itu mencakup penggiring dan saksi. Dan ia mempunyai beberapa  pandangan dan kekuatan. Pada saat itulah Allah memberikan keputusan terhadap semua makhluk-Nya secara adil, dan Dia berfirman: alqiyaa fii jaHannama kullu kaffarin ‘aniid (“Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka  semua orang yang sangat ingkar lagi keras kepala.”)

Para ahli ilmu nahwu telah berbeda pendapat mengenai firman Allah Ta’ala: alqiyaa (“lemparkanlah olehmu”). Sebagian dari mereka berpendapat: “Ungkapan itu merupakan dialek sebagian masyarakat Arab, dimana mereka sering menyapa satu orang dengan menggunakan kata ganti dua [orang], sebagaimana yang diriwayatkan dari al-Hajjaj, dimana ia berkata: “Wahai penjagaku, penggallah lehernya oleh kalian berdua.” Dan di antara yang disebutkan Ibnu Jarir adalah ungkapan seorang penyair: “Jika kalian berdua melarangku wahai putera ‘Affan, maka aku akan taat, dan jika kalian berdua membiarkanku, niscaya aku akan menjadi pengawal yang tangguh.”

Ada yang menyatakan: “Ungkapan itu (alqiyaa) merupakan nun taqid yang dimudahkan kepada alif.” Namun pendapat terakhir ini terlalu jauh, karena hal itu  berada dalam  waqaf. Secara lahiriyah, kata tersebut ditujukan  kepada penggiring dan saksi, dimana malaikat penggiring telah menghadirkannya  di pelataran hisab. Setelah penggiring dan saksi melaksanakan tugasnya, keduanya diperintahkan Allah untuk melemparkannya ke neraka jahanam, sesungguhnya jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Alqiyaa fii jaHannama kullu kaffarin ‘aniid (“Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka  semua orang yang sangat ingkar lagi keras kepala.”) maksudnya banyak berbuat kekufuran dan mendustakan kebenaran serta keras kepala terhadap kebenaran dan cenderung kepada kebathilan, padahal ia mengetahui hal tersebut. Mannaa’il lilkhairi (“Yang sangat enggan melakukan kebajikan.”) maksudnya tidak menunaikan hak orang lain, tidak berbuat kebaikan, tidak menyambung tali silaturahim, serta tidak mengeluarkan shadaqah, mu’tadin (“Melanggar batas.”) yakni dalam menggunakan dan membelanjakan harta kekayaan,  ia melampaui batas. Dan Qatadah berkata: “Melanggar batas dalam ucapannya, perjalanannya dan urusannya. Muriib (“lagi ragu-ragu”). Maksudnya, ia ragu dalam urusannya sendiri  dan membuat ragu orang yang melihat urusannya.

Firman-Nya: alladzii ja’ala ma’allaaHi ilaaHan aakhara (“Yang menyembah ilah-ilah yang lain bersama Allah.”) maksdunya, ia menjadikan sekutu lain di samping Allah, dimana ia menyembahnya  bersamaan dengan penyembahan terhadap-Nya. Fal qiyaaHu fil ‘adzaabisy syadiid (“Maka, lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”) firman-Nya: qaala qariinuHuu  (“Yang menyertainya berkata,”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah, dan ulama lainnya mengatakan: “Yaitu syaitan yang ditugaskan untuk menyertainya. Rabbanaa maa athghaituHuu (“Yaa Rabb kami, aku tidak menyesatkannya.”) maksudnya, Allah menceritakan tentang orang yang datang pada hari kiamat dalam keadaan kafir, dimana syaiitan akan berkata: rabbanaa maa athghaituHuu walaa king kaana fii  dlalaalim ba’iid (“Ya Rabb kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.”) maksudnya, tetapi justru dirinya sendirilah yang sesat, menerima kebathilan dan menentang kebenaran.

Firman Allah Ta’ala: qaala laa takhtashimuu ladayya (“Allah berfirman: ‘Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku.”) artinya Rabb berfirman kepada manusia dan temannya dari kalangan jin, hal itu karena keduanya  bertengkar di hadapan Allah, dimana manusia berkata: “Ya Rabb-ku, syaitan telah menyesatkanku dari peringatan yang telah datang kepadaku.” Lalu syaitan itupun berkata: “Rabbanaa maa athghaituHuu walaa king kaana fii  dlalaalim ba’iid (“Ya Rabb kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.”) maksudnya [jauh] dari jalan kebenaran. Maka Rabb berfirman kepada keduanya: qaala laa takhtashimuu ladayya (“Allah berfirman: ‘Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku.”) yakni di sisi-Ku. Waqad qadamtu ilaikum bil wa’iid (“Padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu.”) maksudnya Aku telah menegakkan kitab-kitab  dan hujjah; dalil dan bukti-bukti pun telah ditegakkan.

Maa yubaddalul qaulu ladayya (“Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah”)  Mujahid mengatakan: “Yakni, telah Aku  tetapkan apa yang menjadi wewenang-Ku.”) wa maa ana bidlalaamil lil’abiid (“Dan Aku sekali-sekali tidak menganiaya  hamba-hamba-Ku”) maksudnya, Aku tidak akan menimpakan siksaan kepada seseorang karena dosa orang lain, tetapi Aku menjatuhkan siksaan kepada seseorang  karena dosanya  sendiri setelah ditegakkannya hujjah kepadanya.

2 Tanggapan to “Tafsir Al-Qur’an Surah Qaaf (5)”

  1. Lashonda 5 April 2013 pada 21.03 #

    I came to your “Tafsir Al-Qur’an Surah Qaaf (5) | alqur&” page and noticed you could have a lot more traffic. I have found that the key to running a website is making sure the visitors you are getting are interested in your subject matter. There is a company that you can get traffic from and they let you try it for free. I managed to get over 300 targetted visitors to day to my website. Check it out here: http://voxseo.com/traffic/

Tinggalkan komentar