Arsip | 07.39

Hadits Arbain ke 25: Karunia dan Luasnya Rahmat Allah

11 Des

Al-Wafi; Imam Nawawi; DR.Musthafa Dieb al-Bugha

Hadits Arbain nomor 25 (dua puluh limaAbu Dzar ra. berkata, beberapa shahabat berkata kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulallah, orang-orang kaya itu mengumpulkan banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa bershadaqah).”
Beliau bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang bisa kalian shadaqahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (subhanallah) adalah shadaqah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah shadaqah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah shadaqah, setiap tahlil (laa ilaaHa illallaaH) adalah shadaqah, menyeru kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah, dan bersetubuh dengan istri juga shadaqah.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulallah, apakah jika di antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat pahala?” Beliau menjawab: “Bukankah jika disalurkan pada yang haram dia berdosa? Maka demikian pula jika disalurkan pada yang halal, dia mendapatkan pahala.” (HR Muslim)

KANDUNGAN HADITS

1. Berlomba-lomba mendapatkan kebaikan
Berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan dan melakukan amal shalih adalah diperintahkan. Karena itu setiap muslim hendaknya berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan dan melakukan amal shalih.

Abu Dzar al-Ghifari ra. yang menceritakan kepada kita fenomena persaingan di kalangan para shahabat ra. untuk mendapatkan kebaikan. Ia menyaksikan bagaimana Rasulullah saw. menyikapinya dengan arif, bagaimana Islam memberikan peluang yang amat luas untuk berbuat baik.

Dikisahkan bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin (sebagian kecil dari kalangan Anshar) merasa tidak bisa memperbanyak amal kebaikan, karena mereka tidak memiliki harta untuk diinfakkan, sebagai bukti keimanan mereka. padahal mereka selalu mendengar berbagai hadits dan ayat al-Qur’an yang mendorong untuk berinfak, memuji orang-orang yang berinfak dan menjanjikannya surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Mereka juga melihat saudara-saudaranya seiman yang kaya, berlomba-lomba untuk berinfak. Ada yang menginfakkan seluruh hartanya. Ada yang menginfakkan separuh hartanya. Ada yang memberikan beribu-ribu dinar. Ada yang membawa tumpukan hartanya kepada Rasulullah saw. lalu Rasulullah saw. mendoakan mereka dan memohonkan ampunan dan keridlaan dari Allah terhadap mereka.

Fenomena tersebut menggugah jiwa para shahabat yang miskin, untuk bisa memiliki kelebihan dan derajat sebagaimana saudara-saudaranya. Bukan karena dengki dengan harta yang dimiliki saudaranya, dan bukan semata-mata menginginkan kekayaan. Akan tetapi didorong oleh rasa ingin bersaing dalam kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Mereka selalu berkumpul dan datang kepada Rasulullah saw. mendukan kondisi yang dialami, dengan air mata yang berlinang lantaran tidak ada sesuatu yang bisa diinfakkan. Mereka berkata: “Ya Rasulallah, orang-orang kaya telah mendapatkan pahala yang banyak, sedangkan kami tidak, karena mereka juga shalat sebagaimana kami shalat, mereka juga puasa sebagaimana kami puasa. Tidak ada kelebihan sama sekali dalam hal ini. Akan tetapi, mereka lebih dari kami, karena mereka berinfak dengan kelebihan hartanya. Sedangkan kami tidak memiliki apapun yang bisa kami infakkan agar bisa menyusul mereka. padahal kami benar-benar ingin bisa mencapai kedudukan mereka. apa yang perlu kami perbuat?”

2. Sikap Rasulullah saw. yang arif dan bijaksana, serta banyakknya peluang untuk berbuat baik.
Rasulullah benar-benar memahami keinginan mereka yang begitu kuat untuk bisa mencapai derajat yang paling tinggi di sisi Tuhannya. Dengan sikap bijaksana yang dimilikinya, beliau kemudian menenangkan kegelisahan mereka. yaitu dengan memberitahukan, bahwa pintu kebaikan sangat luas. Ada beberapa amalan yang menyamai pahala orang berinfak, bahkan bisa melebihinya. Namun semua itu tentunya sesuai dengan usaha masing-masing. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (al-Baqarah: 286)

“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melaikan [sekedar] apa yang Allah berikan kepadanya.” (ath-Thalaq: 7)
Bukankah Allah telah menjadikan berbagai hal, yang dapat kalian shadaqahkan?
Macam-macam shadaqah dari kalian itu banyak sekali. Ada yang berbentuk infak untuk keluarga. Ada yang tidak berbentuk infak. Semua pahalanya tidak lebih kecil dari pahala infak di jalan Allah.

3. Dzikir kepada Allah adalah sebaik-baik shadaqah untuk diri sendiri.
Jika kalian tidak mempunyai kelebihan harta, maka ucapkanlah subhaanallah, allaHu akbar, alhamdulillah dan laa ilaaHa illallaaH. Karena setiap lafadz tersebut memiliki pahala seperti pahala shadaqah. Sebagai kita ketahui bahwa kalimat-kalimat tersebut adalah amalan-amalan yang kekal.

Allah berfirman: “Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shahih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk mejadi harapan.” (al-Kahfi: 46)
“Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar [keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain]. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Ankabut: 45)

Rasulullah saw. bersabda: “Tiada satu hari, satu malam dan satu waktu, kecuali Allah memberikan shadaqah kepada hamba yang Dia kehendaki. Dan tiada pemberian Allah yang lebih berharga dari memberikan kemudahan kepada hamba-Nya untuk berdzikir kepada-Nya.” (HR Ibnu Majah)

Suatu ketika Rasulullah saw. ditanya: “Hamba yang bagaimanakah yang paling baik di sisi Allah pada hari kiamat?” Beliau menjawab: “Orang yang banyak berdzikir.” (HR Ahmad)

4. Dakwah adalah shadaqah kepada masyarakat
Pintu untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar senantiasa terbuka lebar. Orang yang melakukan kewajiban tersebut, akan mendapatkan pahala yang tidak kalah dengan pahala orang yang berinfak. Bahkan bisa jadi lebih banyak. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw.: “Setiap kebaikan adalah shadaqah.”
Lebih-lebih umat yang mau melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebaik-baik umat.
Firman Allah: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali ‘Imraan: 110)

5. Luasnya karunia Allah
Allah telah memberikan pahala kepada kita semua, siang dan malam, jika dalam kehidupan ini kita senantiasa ikhlas. Karena kita senantiasa memberi nafkah kepada keluarga kita.
Rasulullah saw. bersabda: “Dan nafkah yang diberikan seseorang kepada keluarganya adalah shadaqah.” (HR Muslim dan lainnya)
“Semua yang kamu infakkan dengan hanya mengharapkan keridlaan Allah, maka kamu akan mendapatkan pahala, termasuk sesuap nasi yang dimakan istrimu.” (Muttafaq alaih)
Bahkan ketika kita berhubungan badan dengan istri, agar terhindar dari perbuatan haram, juga mendapat pahala. Selama semua itu kita lakukan dengan penuh keikhlasan.

6. Semua perbuatan tergantung niatnya.
Termasuk karunia Allah yang diberikan kepada setiap muslim, adalah semua kebiasaan yang dilakukan aakan mempunyai nilai ibadah jika disertai niat yang baik. Bahkan dengan niat yang baik, semua perkara menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Jika seorang muslim makan atau minum, dengan makanan dan minuman yang halal, disertai niat untuk menjaga tubuhnya agar mampu melaksanakan perintah Tuhannya, maka makan dan minum tersebut dinilai ibadah dan diberi pahala. Terlebih jika dalam pelaksanaannya dilakukan sambil mengingat Allah, ketika hendak memuali dan ketika mengakhirinya. Memulai dengan membaca basmalah, dan diakhiri dengan membaca alhamdulillah. Sebagaimana dianjurkan dalam hadits.

Jika ia menggauli istrinya, dengan niat agar terhindar dari yang diharamkan, memberikan hak istri, atau memperoleh keturunan yang shalih yang senantiasa menyembah Allah, maka hubungan tersebut dicatat sebagai ibadah dan akan ditulis sebagai amalan kebaikan. Terlebih jika dalam pelaksanaannya mengucapkan doa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

“Jika salah seorang dari kalian akan mendatangi [menggauli] istrinya, dan berdoa: ‘Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari rizky yang Engkau berikan kepada kami.’ Lalu keduanya ditakdirkan mempunyai anak, [dari hubungan tersebut], niscaya setan tidak akan membahayakannya.”

Pahala yang dimiliki oleh seorang Muslim, yang senantiasa menghindari berbagai hal yang diharamkan, akan selalu berkembang dan bertambah di sisi Allah swt. Terlebih jika ia senantiasa memperbarui niat. Selalu merasa bahwa dalam meninggalkan maksiat, tidak lain kecualii untuk merealisasikan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah swt. juga karena mengharap pahala-Nya dan takut akan siksa-Nya.

Orang-orang seperti ini termasuk golongan Ibadur Rahmaan yang disebut Allah dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (al-Furqaan: 73)
Dan termasuk golongan al-Mukminuun ash-Shaadiquun yang disebutkan Allah dalam firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Rabb lah mereka bertawakkal.” (al-Anfaal: 2)

7. Pintu kebaikan terbuka lebar
Pintu-pintu kebaikan dan shadaqah tidak berbatas apa yan disebutkan dalam hadits di atas. Masih banyak amalan-amalan lain yang bisa dilakukan seorang muslim, yang berpahala seperti pahala shadaqah.

Rasulullah saw. bersabda: “Setiap manusia diwajibkan shadaqah setiap hari, mulai terbitnya matahari hingga tenggelam kembali.” para shahbat bertanya: “Ya Rasulallah, dari mana kami bershadaqah.” Rasulullah saw. menjawab: “Pintu kebaikan sangat banyak: tasbih, tahmid, takbir, tahlil, amar ma’ruf nahi munkar, membuang sesuatu yang membahayakan dari jalan, memahamkakn orang bisu, menuntun orang buta, menunjukkan arah bagi orang yang bertanya, membantu orang yang minta pertolongan dan menolong orang yang lemah, semua itu adalah shadaqah darimu untuk dirimu sendiri.” (HR Ibnu Hibban)

Dalam hadits lain disebutkan, “Dengan tidak melakukan kejahatan kepada orang lain, adalah shadaqah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Juga disebutkan: “Senyummu kepada saudaramu [sesama muslim] adalah shadaqah… dan memberikan air yang ada di timbamu untuk saudaramu adalah shadaqah.” (HR Ibnu Majah)

8. Berusaha bijaksana dalam menyelesaikan masalah dan senantiasa memberi harapan.

9. Keutamaan dzikir-dzikir disebutkan dalam hadits di atas, dan bahwa pahalanya menyamai pahala shadaqah, apalagi jika diucapkan setelah shalat wajib.
Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kalian aku beritahu satu amal perbuatan. Jika kalian melakukannya, niscaya kalian dapat menyamai keutamaan generasi terdahulu dan tidak tertandingi oleh generasi setelah kalian. Kalian menjadi generasi terbaik kecuali jika dibanding dengan orang yang juga melakukannya? Hendaknya kalian membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali, setiap habis shalat.”

10. Anjuran kepada orang-orang fakir untuk bershadaqah jika tidak menyulitkan diri dan keluarganya. Juga anjuran kepada orang kaya agar senantiasa berdzikir, meskipun ia telah banyak mengeluarkn shadaqah, untuk menambah kebaikan dan pahala.

11. Shadaqah bagi orang yang mampu, tetap lebih mulia daripada dzikir. Karena shadaqah mempunyai manfaat bagi orang lain. Sedangkan dzikir, manfaatnya hanya untuk dirinya sendiri. Namun jika orang kaya, menggabungkan pahala shadaqahnya dengan dzikir, tentulah akan mendapatkan pahala yang sangat besar di sisi Allah swt.

Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa orang-orang fakir (yang tersebut dalam hadits di atas) mendatangi Rasulullah saw. untuk kedua kalinya. Mereka berkata: “Ya Rasulallah, teman-teman kami yang kaya mendengar nasehatmu. Lalu mereka melakukan yang kami lakukan.” Rasulullah saw. menjawab: “Itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya.” (HR Muslim)

12. Menyedekahkan sesuatu yang ia sendiri masih memerlukannya, atau diperlukan oleh keluarganya hukumny makruh. Bahkan bisa juga haram, jika kebutuhan tersebut hingga tingkat membahayakan (jika tidak terpenuhi).
Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik shadaqah adalah dari harta yang lebih.” (HR Bukhari)

13. Keutamaan orang kaya yang senantiasa bersyukur dan berinfak, juga orang fakir yang sabar dan senantiasa mengharapkan pahala.

14. Keutamaan amar ma’ruf nahi munkar. Ia merupakan fardlu kifayah. Jika tidak ada satu orangpun yang melaksanakannya, maka semua masyarakat akan turut berdosa.

15. Berlaku baik terhadap istri, memberikan semua haknya dan berusaha untuk membuatnya senang dan bahagia.

16. Dorongan untuk bertanya tentang berbagai hal yang bermanfaat dan bisa meningkatkan keimanan dan keislaman bagi seorang muslim.

17. Orang yang ingin bertanya, diperbolehkan bertanya, jika menurutnya orang yang ditanya akan suka dengan pertanyaannya.

18. Anjuran untuk menjelaskan suatu dalil bagi orang yang belajar, termasuk menjelaskan hal-hal yang samar dalam dalil yang ada, agar mempunyai pengaruh yang mendalam dalam jiwa orang yang belajar, supaya dapat segera mengamalkannya.

19. Disyariatkan qiyas.

&

Usia Para Bidadari adalah Sebaya

11 Des

Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Al-Qur’an telah mengisyaratkan bahwa para bidadari berada dalam usia yang sama, yaitu usia muda, perawan, tidak akan pernah tua, tidak keriput, tidak akan lumpuh, dan kemampuannya tidak akan mengurang. Bahkan mereka akan senantiasa menyambut suami-suami mereka dengan sambutan yang hangat, cinta yang penuh, dan kerinduan yang besar. Kemudaan mereka akan kekal. Keharumannya yang semerbak, menyebar di tengah-tengah surga….

Firman Allah: “Dan di samping mereka [ada bidadari-bidadari] yang redup pandangannya dan sebaya umurnya.” (Shaad: 52)

“Kami menciptakan mereka [bidadari-bidadari itu] secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta [dan] sebaya umurnya.” (al-Waaqi’ah: 35-37)

Kata “atrab” dalam ayat di atas menunjukkan bahwa mereka dalam satu usia, yaitu senantiasa muda.

&

Seni sebagai Sambutan Para Bidadari

11 Des

Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Para bidadari mempunyai kelompok musik, nyanyian, dan puisi yang meggugah jiwa, dengan suara yang indah dan merdu. Mereka bernyanyi dan bermain musik, menjadikan orang-orang mukmin berada di tengah-tengah kesenangan yang indah. Itulah mimpi yang datang kepada orang-orang mukmin dalam kelembutan, kehalusan, dan semua yang sedap dipandang mata. Lalu datang panggilan hingga lembutlah hatinya, sedangkan ia berada di surga, usia yang panjang, masa yang abadi, dan tentu saja penuh dengan kesenangan dan kegembiraan.

Musik dan nyanyian yang indah merupakan bagian dari kenikmatan yang abadi di surga. Itu sebabnya Allah menjadikan bidadari bersenang-senang dengan karakter seperti ini, yaitu pandai menyanyi dengan suara yang indah. Allah memberikan kemampuan pada tenggorokan mereka sehingga mereka melantunkan tembang, burung-burung akan bergerak romantis dan bunga-bunga merekah, menjadikan mukmin dan mukminah hidup bahagia, ridla dan makmur.

Diceritakan dari Abdullah bin Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya istri-istri ahli surga menyanyi untuk suami-suami mereka dengan suara yang sangat merdu, yang sama sekali tidak pernah mereka dengar sebelumnya. Di antara kalimat yang mereka nyanyikan, “Kami adalah bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Suami-suami kami kaum yang terhormat.” Mereka melihatnya dengan pandangan yang indah. Di antara kalimat yang mereka nyanyikan juga, “Kami semua hidup kekal sehingga tidak akan mati. Kami semua aman maka tak perlu takut. Kami sudah mukim maka bepergian tidak ada lagi.” Hadits ini diriwayatkan kepada kita dalam Zawa-id az-Zuhd karya Ibnul Mubarak dan al-Kasyif karya Adz-Dzahabi.

Sebagai tambahan dari kenikmatan suara-suara para bidadari itu adalah sebagaimana yang telah disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah saw. yang menyatakan bahwa orang-orang mukmin dapat menikmati suara-suara yang merdu yang dengan kekuasaan Allah bisa keluar dari setiap tempat.

Diceritakan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat pohon yang terbuat dari emas, sedangkan cabang dan ranting-rantingnya terbuat dari zabarjad [sejenis batu mulia]. Ketika datang angin bertiup maka orang yang mendengarnya belum pernah mendengar suara semerdu dan sebagus suara pohon [dari emas yang mengeluarkan suara karena angin tersebut].” (HR Baihaqi dalam Ba’ts an-Nusyur)

&

Para Bidadari adalah Suci

11 Des

Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

Tidak ada hubungannya antara keindahan yang menggoda dan cahaya yang terang, pondasi yang kukuh, serta posisi yang tinggi. Para bidadari itu tidak haid, tidak mempunyai darah, tidak perlu meludah, tidak bersin, tidak menguap dan tidak kotor.

Firman Allah: “.. dan di sana mereka [memperoleh] pasangan-pasangan yang suci…” (al-Baqarah: 25)

Mayoritas para ulama dan ahli fikih dalam menafsirkan firman Allah, “pasangan-pasangan yang suci.” Yang dimaksud adalah suci dari dosa dan kotoran.
Menurut imam Mujahid, maksud dari firman Allah di atas adalah suci dari haid, buang air besar, buang air kecil, dahak atau lendir, ludah sperma dan anak.

&

Nama-Nama Surga dan Jumlahnya

11 Des

Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy

1. Surga Firdaus
Surga Firdaus adalah surga yang paling tinggi di antara surga-surga. Firman Allah:
“Sungguhn orang yang beriman dan beramal shalih, untuk mereka disediakan surga firdaus sebagai tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.” (al-Kahfi: 107-108)

“Mereka itulah orang yang mewarisi, [yaitu] yang akan mewarisi [surga] firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (al-Mu’minuun: 10-11)

2. Surga ‘Adn
Firman Allah:
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). dan Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya.” (Shaad: 49-54)

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, [akan mendapat] surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan [mendapat] tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridlaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.” (at-Taubah: 72)
Disebutkan juga bahwa di dalam surga ‘Adn ini terdapat duabelas kemuliaan.

3. Surga Khudl (Abadi)
Firman Allah:
“Katakanlah [Muhammad], ‘Apakah [azab] seperti itu yang baik, atau surga yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan, dan tempat kembali bagi mereka?’ Bagi mereka segala yang mereka kehendaki ada di dalamnya [surga], mereka kekal [di dalamnya]. Itulah janji Tuhanmu yang pantas dimohonkan [kepada-Nya].” (al-Furqaan: 15-16)

4. Surga Ma’wa
“Dan sungguh, dia [Muhammad] telah melihatnya [dalam rupanya yang asli] pada waktu yang lain, [yaitu] di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga tempat tinggal, [Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.” (an-Najm: 13-16)

&