Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Hajj ayat 11-13

5 Agu

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Hajj (Haji)
Surah Madaniyyah; surah ke 22: 78 ayat

tulisan arab alquran surat al hajj ayat 11-13“Dan di antara manusia ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi; maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS. 22:11) Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. 22:12) la menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan. (QS. 22:13)” (al-Hajj: 11-13)

Mujahid, Qatadah dan selain keduanya berkata: ‘alaa harfin (“Berada di tepi,”) yaitu di atas keraguan.” Sedangkan selain mereka berkata: “Yaitu berada di atas tepi, di antaranya ialah, yaitu tepi gunung.” Yakni, dia masuk ke dalam agama di tepinya, jika ia mendapatkan apa yang disenanginya maka dia tetap berada di dalamnya, dan jika tidak (disenanginya) dia pun berlalu.

Al-Bukhari berkata dari Ibnu `Abbas tentang ayat: wa minan naasi may ya’budullaaHa ‘alaa harfin (“Dan di antara manusia ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi.”) Yaitu, seorang laki-laki yang menuju Madinah. Jika isterinya melahirkan seorang anak laki-laki dan kudanya pun berkembangbiak, maka dia berkata: “Ini agama yang baik.” Jika isterinya tidak melahirkan serta kudanya tidak berkembang biak, maka dia berkata: “Ini agama yang buruk.” Mujahid berkata tentang firman-Nya: inqalaba ‘alaa wajHiHi (“Berbaliklah ia ke belakang,”) yaitu kembali kepada kekafiran.

Firman-Nya: khasirad-dun-yaa wal aakhiraH (“Rugilah dia di dunia dan di akhirat,”) yaitu, dia tidak meraih apa pun di dunia, sedangkan di akhirat saat dia berada dalam kekufuran kepada Allah Yang Mahaagung, maka dia berada di dalam puncak kecelakaan dan kehinaan.

Untuk itu Allah Ta’ala berfirman: dzaalika Huwal khusraanul mubiin (“Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata,”) yaitu sebuah kerugian yang besar dan perdagangan yang merugi. Firman-Nya: yad’uuna min duunillaaHi maa laa ya-dlurruHum wa laa yanfa’uHum (“Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak pula memberi manfaat,”) yaitu berhala-berhala dan patung-patung yang dimintakan bantuan, pertolongan dan rizki, padahal mereka tidak memberikan manfaat dan mudharat.
Dzaalika Huwadl-dlalaalul ba’iid (“Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.”)

Firman-Nya: yad’uu laman dlar-ruHu aqrabu min naf’iHi (“Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya,”) yaitu bahayanya di dunia sebelum di akhirat lebih dekat dari pada manfaat yang didapatkan di dalamnya. Sedangkan di akhirat, maka bahayanya pasti dan yakin terjadi. Firman-Nya: labi’sal maulaa wa labi’sal ‘asyiir (“Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat jahat penolong dan sejahat jahat kawan.”) Mujahid berkata: “Berhala-berhala itu seburuk-buruk penolong yang diseru selain Allah.” Wa labi’sal ‘asyiir (“Dan sejahatjahat kawan,”) yaitu kawan dan keluarga.

Bersambung

Tinggalkan komentar